Sudah lama nggak jalan jalan. Seringnya mendekam di teras rumah. Tubuhnya penuh debu, meski bagian dalamnya tetap bersih.
Pagi ini sengaja dikeluarkan, diajak ke kantor. Sekalian tangkinya diisi lagi hingga penuh. Tidak kemana mana, kadang malas juga buat ngasih minum.
InsyaAllah esok ngajak "mother rice" jalan jalan. Berduaan saja. Melihat keramaian anak-anak yang datang dari tempat study nya, dari pelosok kota yang jauh dari Jakarta. Melihat keriuhan para wali dan keluarganya dalam menjemput buah hati mereka, para mujahid dan mujahiddah tercinta. Tahun ini kami absen, tetapi kami tetap hadir untuk meramaikan suasana. Menjaga dan mempertahankan silaturahmi yang sudah terikat sejak lama, enam tujuh tahun belakangan.
Hari ini, "kuda Jepang" kami mandikan. Saya sholat dia dititipkan pada carwash yang terdekat dari mesjid dimana saya menunaikan ibadah wajib, sholat jumat berjamaah.
Selesai sholat, dari kejauhan sambil makan siang di salah satu rumah makan padang, di pertigaan yang tak jauh dari kantor tempat saya bekerja, terbayang berapa kuda Jepang ini sangat berjasa. Dia sudah melintasi jalur Sumatera dan Jawa, entah berapa luluh kalinya. Seribu enam ratus ribu kilometer lebih sudah bersamanya. Dan dia tetap kokoh menapak. Tidak pernah rewel dibawa kemana-mana.
Siang ini gagahnya makin terasa saja. Makin terasa jasa jasanya. Dan sudah satu setengah tahun dia tak menapak pulau Sumatera. Penyebabnya?
Ternyata godaan naik bus lintas Sumatera untuk berdua atau bertiga, lain pula pesonanya. Irit di ongkos, ditenaga dan enjoy selama perjalanan bersama bundo dan sibungsu tercinta.
Akhir tahun nanti? Entahlah, masih binggung mempertimbangkannya.
Namun esok kami nikmati jalan bersama untuk jarak dekat dekat saja. Melihat keramaian InsyaAllah di pusat Tangerang Kota.