Dalam lustrum XII Kimia Unand kemarin sengaja saya ingin bertemu dengan Prof Suryati, yang baru baru ini pengukuhannya dilaksanakan oleh Rektor Universitas Andalas. Saya ragu yang mana orangnya, karena lama tak bertemu.
Dan ketika ada kesempatan bertemu, saya menyampaikan permintaan maaf. Permintaan maaf saya secara personal yang belum sempat saya laksanakan sejak Pak Rizal meninggal dunia. Padahal itu sudah lama sekali. Belum ada kesempatan.
Saya sampaikan permohonan maaf jika dulu saya sering berhadir di kontrakan mereka hingga tengah malam. Pak Rizal Fahmi adalah dosen pembimbing penelitian saya. Beliau pembimbing kedua, sementara pembimbing satunya adalah Prof. Yunazar Manjang. Tetapi dengan beliau saya sangat intens. Beliau lah langsung mewakili pak Yun yang memang super sibuk. Pak Yun waktu itu menjabat sebagai Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan. Semua urusan anak bimbingan penelitiannya hampir di-handle oleh pembimbing dua, yang memang orang kepercayaannya. Selain pak Rizal ada juga pak Adlis Santoni.
Pak Rizal ini lah yang totalitas membimbing saya, mengoreksi dan mengedit apa apa yang ada dalam draft skripsi saya secara sempurna. Bolak bolak kekediaman hingga tengah malam adalah hal yang lumrah. Juga ketika pulang dari laboratorium Kimia Organik Bahan Alam (KOBA) sering kami lakukan sehabis Maghrib. Berjalan kaki adalah hal yang biasa karena bus kota sudah tak ada lagi. Bahkan kalo pun ada bus kota, sering kali beliau yang membayarkan ongkos kami. Umumnya mahasiswa tingkat akhir sangat dekat dengan beliau.
Yang penelitian dengan beliau umumnya dua katagori saja. Pertama Mahasiswa yang pengen penelitian dengan biaya murah, artinya relatif "pandai", pengen cepat tamat dengan mengharapkan adanya proyek penelitian, sehingga sebagian besar yang bahannya disediakan atau dibelikan dari proyek tersebut. Yang kedua adalah mahasiswa mahasiswa bermasalah. Bermasalah dengan masa study yang harus segera diakhiri. Harus segera jadi sarjana. Yang kedua inilah yang banyak beliau bantu. Dengan kesabaran dan kemurahan hati beliau. Jiwa kebapakannya sangat dirasakan, walau kadang mahasiswa sering memanggil beliau dengan sebutan Uda, atau da Rizal.
Kondisi beliau yang sebenarnya pas-pasan, dengan anak dua orang masih kecil, rumah masih ngontrak, kemana-mana naik bus kota, saya akhirnya merenungi. Bahwa saya tentu sangat menganggu "dapur" nya, yang otomatis ni Sur juga harus lebih sabar lagi dibandingkan pak Rizal ini dalam mengatur keuangan keluarga. Makanya ketika bertemu dengan ni Sur kemarin saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya tentu termasuk salah satu mahasiswa almarhum yang menggangu "dapurnya" Ni Sur.
Tetapi dari ni Sur juga saya tahu, bahwa almarhum wafat dalam kondisi sholat. Wafat di hari baik, hari yang mulia, Jum'at 12 Mei 2012. Saya mendapatkan kabar waktu itu banyak sekali yang ikut menshalatkan beliau di madjid kampus "Nurul Ilmi", mesjid Kampus Universitas Andalas, Limau Manih.
Alhamdulillah, beliau ternyata telah menunaikan ibadah haji sebanyak dua kali. Walau begitu beliau sempat "drop" ketika Al Hadid, anak laki-laki yang beliau sayangi wafat di waktu kecil. Tetapi dalam doa beliau ketika berhaji, setelah Hadid wafat, doa tersebut Allah kabulkan. Allah hadirkan sebagai ganti dengan anak ketiga mereka. Madina namanya putrinya ini. Nama yang beliau lekatkan karena doa yang beliau panjatkan ketika berada di Madinah.
Alhamdulillah, dua putri nya, Titan dan Dina, sudah menjadi dokter. Uni Sur pun sudah menjadi Guru Besar di Kimia Unand.
Saya yakin ini adalah keberkahan yang Allah tampakkan setelah beliau tiada. Kadang balasan kebaikan kita tak selalu Allah SWT tampakkan ketika kita masih hidup, tetapi Allah tunda setelah kita tiada, atau ganti di akhirat kelak. Sekecil apapun kebaikan, pasti Allah siapkan balasannya. Janji Allah adalah pasti.
Kesabaran beliau yang luar biasa. Kebaikan beliau terhadap mahasiswa nya tak berbatas. Ilmu yang beliau sampaikan penuh keberkahan. Beliau mengajarkan ilmu kimia berdasarkan nilai nilai keislaman, nilai-nilai kejujuran. Dan banyak lagi ilmu bersosial, bermasyarakat yang beliau praktekkan dalam keseharian.
Beliau tidak hanya dekat dengan mahasiswa, tetapi beliau juga dengan masyarakat golongan menengah ke bawah. Beliau bisa akrab dengan supir dan stokar bus kota, dengan pedagang pasar dan pedagang asongan. Beliau salah satu dosen Kimia yang sangat low profile.
Semoga tulisan ini, yang saya tulis di atas pesawat dalam perjalanan ke Soekarno Hatta, di atas pulau Sumatera, menjadi sebuah testimoni saya pribadi terhadap almarhum dan keluarga beliau. Terimakasih ni Sur yang sudah memaafkan saya. Walau saya belum bertemu dengan Titan dan Dina, sampaikan juga maaf saya kepada buah hati almarhum. Saya yakin beliau bangga punya dua anaknya ini. Insyaallah mereka menjadi anak yang sholehah, yang senantiasa mendoakan Ayah nya.
Semoga tulisan ini ada
manfaatnya. Menjadi sebuah catatan amal sholeh bagi almarhum pak Rizal dan ada hikmah bagi kita semuanya, terutama anak bimbingan beliau selama ini.
7 September 2025
09.15 WIB
Pelita Air