Senin, 28 September 2020

Menepi, Bukan Pergi

By. Satria Hadi Lubis 


Kekecewaan Abu Dzhar Al Ghifari ra atas gaya hidup Khalifah Utsman ra yg berbeda dgn dua khalifah sebelumnya membuat beliau menyingkir dan menyendiri ke Rabadzah sampai akhir hayatnya. Beliau memilih menjadi "oposisi" pemerintahan Utsman bin Affan ra tanpa pernah berniat mengangkat senjata atau keluar dari jama'ah kaum muslimin. Bahkan suatu ketika ia pernah berkata, “Demi Allah, seandainya Utsman hendak menyalibku di kayu salib yang tinggi atau di atas bukit, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Aku pandang hal itu lebih baik bagiku. Seandainya Utsman memerintahkan aku harus berjalan dari kutub ke kutub lain, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupandang, hal itu lebih baik bagiku. Dan seandainya besok ia akan mengembalikan diriku ke rumah pun akan kutaati, aku akan sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupandang hal itu lebih baik bagiku.”


Hal yang sama dilakukan Khalid bin Walid ra, ketika diberhentikan Khalifah Umar  dari jabatan panglima perang. Khalid tentu kecewa  atas keputusan Umar ra, namun kekecewaan tersebut tidak membuat beliau membelot dan melawan Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra. Padahal kalau ia mau, ia bisa memobilisir para prajurit yang masih setia kepadanya untuk melawan pemerintahan Umar ra. 


Khalid si pedang Allah tetap ikut berperang sampai akhir hayatnya walau hanya sebagai prajurit biasa. Suatu ketika ia ditanya mengapa tetap berperang walau sudah diberhentikan sebagai panglima perang, beliau menjawab dgn tegas, "Aku berperang bukan karena Umar, tapi karena Allah!".


Lain halnya dengan kisah Wahsyi yang pernah membunuh paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Wahsyi akhirnya masuk Islam dan meminta maaf kepada Nabi saw atas perbuatannya yang pernah membunuh Hamzah ra. Nabi memaafkan Wahsyi, namun beliau berkata, "Jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini karena setiap melihatmu terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak dihancurkan olehmu saat itu”


Wahsyi merasa kecewa di dalam hatinya, namun ia tidak membelot dan melawan Nabi. Wahsyi sadar akan kedudukannya, ridha menerima ketentuan itu. Dia memperbaiki dirinya dan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah.


Sebagai penebus atas dosa-dosanya beliau bertekad untuk tidak akan pulang lagi ke Kota Mekah demi untuk merebut cinta kekasih Allah yaitu Muhammad saw. Wahsyi benar-benar ingin menebus kesalahannya dengan menyebarkan Islam. Niat Wahsyi itu telah dibuktikannya dengan menjelajah ke seluruh pelosok dunia untuk berdakwah mengajak sebanyak-banyaknya manusia memeluk kepada Islam, hingga akhirnya beliau wafat di luar Jazirah Arab.


Begitulah sikap para sahabat jika mereka kecewa terhadap jama'ah kaum muslimin, menepi tapi tidak pergi dari jama'ah. Mereka tetap mengakui kepemimpinan jamaah, tetap taat dan ikhlas beramal untuk jamaah, walau sadar tidak memiliki peran yang signifikan lagi dalam jama'ah.


Sikap semacam inilah yang perlu ditiru aktivis dakwah jika mereka kecewa dengan kepemimpinan jama'ah. Jika tausiyah sudah diberikan, namun qiyadah tetap pada kebijakannya, maka menepi sajalah dan jangan pergi (keluar). Tetaplah bekerja dalam dakwah. Tidak usah membentuk gerakan baru. Selain menguras sumber daya dan waktu, toh rezim kepemimpinan jama'ah juga  bisa berubah. Bukankah tidak ada yang abadi di dunia ini? Yang tadinya memimpin sekarang tidak lagi memimpin, begitu pun sebaliknya yang tadinya tidak memimpin sekarang menjadi pemimpin.


Pergi dari jama'ah bukan solusi, malah menimbulkan masalah baru dan mengusik pertanyaan baru : Begitu rapuhkah kita dengan janji kebersamaan yang selama ini telah membesarkan kita?


"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)" (Surat Al-Ahzab, Ayat 23).

Kamis, 24 September 2020

Merah Menantang


 


Duo Kuliner Minangkabau ini selalu dirindukan. Dua duanya berwarna merah. 

Merahnya menantang. 


Merahnya itu.... 

merah yang mampu menyejukkan mata,

merah yang mampu menggoda hidung, 

merah yang mampu memanjakan lidah, 

merah yang mampu menentramkan hati, 

merahnya yang mampu mengisi lambung,

merahnya yang mampu meningkatkan imunitas.


### 


Dengan dendeng dan jariang balado ini mampu meningkatkan stamina dan imun tubuh. Karbohidratnya silakan sesuaikan dengan kapasitas usus masing masing. Yang jelas, dengan dua menu ini mampu membuat tubuh mengeluarkan keringat, layaknya berolahraga. 

Selamat berbuka, bagi yg melaksanakannya. 


#DupurBundoNova

#DendengLambok

#JariangBalado


Parung Serab Ciledug, 14/09/2020

Kamis, 03 September 2020

Taburlah Kebaikan di Jalan Allah

Selasa malam, saya berkesempatan hadir dalam rapat DKM Mushola Hidayatul Ikhwan bersama dengan para pengurus RW dan RT serta tokoh masyarakat lainnya. Pokok bahasan adalah menyikapi keinginan jamaah/warga untuk mengubah mushola menjadi masjid sehingga jamaah bisa melaksanakan sholat jumat secara berkala dan berkelanjutan. Kesepakatan diambil secara bulat setelah mempertimbangkan segala hal. 


Di dalam forum tersebut saya menawarkan diri untuk menghimpun donatur buat khotib di dua kali pertemuan awal. Dengan harapan bahwa tromol jumat yang ada nanti bisa digunakan buat melengkapi kebutuhan masjid dan biaya khotib di minggu selanjutnya. 


Hari Rabu pagi, tim sudah menyusun daftar khotib jumat hingga Desember 2021. Sesuatu banget menurut saya semangat pengurus DKM dkk yang terlibat. 


Sampai saat ini sudah hampir terisi 70 persen slot khotib jumat. Saya bersyukur juga bahwa tawaran saya untuk mengajakserta Ustadz Alumni GONTOR yang ada di Tangerang Raya disetujui. Kebetulan saya kenal akrab dengan ketua IKPM tersebut dan juga membaca ada keinginan IKPM bahwa ustadz ustadz Gontor harus diberdayakan sebagai juru dakwah di Tangerang Raya. 


Atas izin Allah semuanya berjalan lancar. Ada kemudahan bagi kami dalam mengisi khotib jumat ini. InsyaAllah IKPM pun berkenan mencarikan ustadz pengganti bila ada yang berhalangan nantinya. Sinergi dan kolaborasi untuk kebaikan, apalagi untuk tegaknya Syariah Allah, selalu ada jalan keluarnya. 


####


Kamis siang, selepas dari urusan kantor, saya baru ingat akan janji untuk mencarikan donatur buat khotib jumat. Di WAG jamaah Hidayatul Ikhwan, saya langsung share keinginan saya. Saya yakin ada donatur donatur yang akan tergerak hatinya. Alhamdulillah selama ini, selalu ada kemudahan dalam menghimpun dana buat mushola kami ini. 


MasyaAllah, apa yang saya lakukan setelah menyampaikan permohonan donasi buat khotib jumat esok, balasan yang Allah berikan sangatlah cepat. Saya ceritakan begini, supaya ada hikmah buat kita semuanya. 


Baru saja saya menyampaikan donasi perdana, sejumlah 300.000 dari jamaah kita, telpon saya berdering. Dari salah seorang sahabat saya, owner RM Putra Minang. 


"Da, bisa antarkan Ufia buat hari sabtu nanti?" tanya beliau. 

"Berapa banyak Ji", tanya saya. 

"Masing masing 10 dus ya da", jawabnya. 

"Ukuran berapa Ji?", tanya saya memastikan. 

"Kalo uda ada yang gelas, botol mini dan yang 600, silakan semuanya da?", mintanya. 

"InsyaAllah, ada semuanya Ji", jawab saya. 


MasyaAllah, semuanya berkat izin Allah. Saya yakin, begini cara Allah membalas kebaikan yang saya lakukan. Cara Allah, kadang kadang di luar pemikiran kita. Apalagi ini untuk memakmurkan masjid Allah, demi memudahkan DKM dalam mewujudkan keinginan jamaah melaksanakan sholat jumat di tengah pandemi Covid ini. 


Keterkejutan saya masih berlanjut, ada lagi telpon yang masuk untuk pesanan kuliner buat menantunya di Pondok Gede. 


Tak lama sesudah itu, telpon lagi dari seorang jamaah, "Pak Andi, besok untuk khotib jumat uangnya dari saya ya. Saya amplopin langsung. Tapi jangan dituliskan di list donatur", mintanya. 


"Emang kenapa nggak boleh saya tuliskan di grup? Kan buat transparansi laporan?", pancing saya. 

"Hehehe, pokoknya begitu deh pak Andi", elaknya. 

Saya pun tersenyum. Alhamdulillah, banyak cara orang untuk berbuat untuk kebaikan, termasuk bagaimana menyampaikannya. Tetapi yang jelas, maksudnya, keinginannya tersampaikan. 


Tak lama berselang, di WA pun ada bukti yang transfer yang masuk, ada juga mau kasih cash. MasyaAllah. 


Kadang dalam hal hal seperti ini, di luar logika kita. Rencana penggalangan dana untuk khotib ini hanya dua kali pertemuan di awal, ternyata mencukupi untuk sebulan alias untuk empat kali pertemuan. 


Biarlah tromol jumat besok untuk pembangunan dan dana cadangan buat khotib di waktu lainnya. 


Matematika Allah di luar logika kita. Begitu pula imbalan yang Allah berikan kepada saya, yang hanya sebagai "tukang sorak" saja, Allah bukakan juga pintu rezeki.


Kadang ini yang membuat saya sadar bahwa jangan hitung hitungan dengan Allah, apalagi untuk memakmurkan masjidnya. 


Sebagai penutup, esok adalah hari Jumat. Jumat perdana bagi kami di Masjid Hidayatul Ikhwan, *_mari siapkan infak terbaik dari kita semuanya_*. Niatkan, niatkan karena Allah lalu berharap dan berdoa bahwa Allah akan mengganti lebih banyak dan lebih berkah atas apa yang kita infakkan. 


Semoga esok Jumat yang penuh barokah bagi kita, keluarga kita dan lingkungan kita. Aamiin 3x ya Rab.


PBH Parung Serab Ciledug 

10.34

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...