Rabu, 31 Juli 2019

Sesungguhnya Kebaikan itu akan kembali kepada pelakunya. Dibayar cash.

Sekali lagi dapat kiriman tulisan yang enak dibaca dan sangat bermanfaat untuk di save and share. Sharing dari Abbas pagi ini di WAG WALSANTOR TANGERANG KOTA.

MasyaAllah.
Sesungguhnya barang siapa yang berbuat baik, kebaikan itu adalah untuk dirinya sendiri.

*****

Tema: *TERUSLAH BERBUAT BAIK, MESKI SEMPIT...*

*****************

*Sahabat sholehku, yg semoga senantiasa dirahmati Allah...!

Alkisah, Seorang *wanita kaya raya* berdiri di tepi jalan
akibat mobil kendaraannya rusak tak mampu berjalan.
Berulang kali ia memberi tanda dengan tangannya,
namun tak ada yang berkenan hati menyinggahinya.

Waktu terus berjalan...
Dan rintik hujan mulai menetes jatuh.
Dan hatinya semakin cemas,
karena gelap malam mulai berarak.

Hingga tiba-tiba saja...
Sebuah *mobil tua* berhenti. Tepat di sisi Sang Nyonya nan kaya itu. Di belakang kemudi,
tampaklah sesosok *pemuda berkulit gelap*.
Wanita itu menatapnya, dan menatap mobil tuanya.
Wanita itu ragu, sungguh ragu: apakah ia ikut menumpang, atau tetap menunggu di tepi jalan yang mulai gelap itu?

Nyonya kaya itu bimbang dan ragu,
pasalnya ia mengira segenap manusia
mengetahui kekayaan dan harta bendanya...

Tapi akhirnya,
ia putuskan sudah.
Ia menaiki mobil tua itu, dan menumpanginya.

Dalam perjalanan itu,
Sang Nyonya kaya menanyakan nama dan pekerjaan anak muda itu.
Anak muda yang tampak payah dalam kemiskinannya.
*“Namaku Arman.*
*Dan pekerjaanku adalah sopir taksi,”* jawab anak muda itu.

Wanita itu sedikit lebih tenang sekarang.
Dalam hatinya, ia sedikit mengutuk diri,
agak menyesali *buruk sangkanya* diawal tadi.
Sekarang tampak padanya:
betapa anak muda itu *cukup berakhlaq*,
hingga bahkan *tak melirik sedikit* pun padanya.

Singkat cerita,
mereka pun tiba di kota.
Dalam hatinya,
Sang Nyonya kaya itupun telah berniat
akan memberikan seberapa besar pun upah
yang diminta pemuda itu.

Sang Nyonya pun meminta sopir taksi itu berhenti.
Taksi itupun berhenti.
*“Berapa upahnya, Anak muda?”*
*“Tidak ada, Nyonya...”*
*“Tidak ada??!*
*Mana mungkin? Engkau telah menolongku,*
*dan mengantarku dengan selamat...”*

Arman, anak muda itu tersenyum saja.
*“Upahku adalah Nyonya berjanjilah untuk melakukan kebaikan kepada siapa saja yang Nyonya temui...”*

Arman, sopir taksi itupun berlalu,
meninggalkan Sang Nyonya dalam kebisuannya.

***

Dan dalam keterkejutan jiwanya,
Sang Nyonya kaya itu melangkahkan kakinya.
Di depan sebuah kafe kecil, langkahnya terhenti.
Ia masuk ke dalam, dan kepada seorang *pelayan wanita*
ia memesan *secangkir kopi hangat...*

Sang pelayan pun sejurus kemudian datang.
Menyajikan secawan kopi panas untuk Sang Nyonya itu.
Sang Nyonya memandang pelayan wanita itu.
Tampak *lelah dan payah* sekali wajahnya.
*Perutnya tampak besar dan buncit.*

*“Anda tampak sangat lelah. Kenapa?”* tanyanya.
Pelayan itu tersenyum susah-payah.
*“Waktu persalinan sudah menjelang, Nyonya...”*

*“Mengapa tidak rehat dan cuti saja?”*
*“Saya harus menabung untuk biaya persalinan bayiku, Nyonya...”*
Sang Nyonya itu mengangguk pelan.

Secangkir kopi panas itupun selesai.
Sang Nyonya membayar kopinya.
Sang pelayan membawa uang itu
ke kasir untuk mengambilkan kembaliannya,
karena uang besar itu setara dengan 10 cangkir kopi.

Tapi kursi Nyonya kaya itu telah kosong
saat Sang Pelayan ingin menyerahkan kembaliannya.
Matanya mengedar ke segenap penjuru,
tapi Nyonya itu benar-benar telah pergi.
Tapi di meja itu, ia menemukan secarik kertas:
*“Kembalian kopiku itu kuhadiahkan untukmu...”*

Betapa gembira hati Pelayan itu!
Ia membalik kertas itu untuk kembali menemukan
sebaris kalimat lain:
*“Dan di bawah meja ini,*
*saya juga menitipkan hadiah untuk calon bayimu...”*

Hampir saja ia berteriak histeris,
karena yang di bawah meja itu adalah
sejumlah *uang yang setara dengan gajinya selama 6 bulan!*

Air matanya tak mungkin lagi dibendung.
Ia bergegas pergi. Meminta izin dari kerjanya.
Ia pergi mendahului angin...
Suaminya harus tahu kegembiraan ini.
Suami yang jiwanya galau sepanjang hari
memikirkan kelahiran bayinya...

Ia masuk menerobos pintu rumahnya.
Memanggil-manggil sang suami yang terkejut
dan terheran atas kepulangannya di waktu tak biasa.
*“Apakah sudah waktunya melahirkan?”*
pikir Sang Suami.

Tapi istrinya memeluknya erat.
Suaranya berbaur bahagia dan haru.
*“Bersyukurlah, Arman...*
*Akhirnya Tuhan memberikan jalan keluarnya!”*

Dan Arman, supir taksi budiman itu
terdiam tanpa kata mendengar tutur kisah sang istri,
dan melihat *“hadiah kebaikan”* yang dibawanya.

*Sahabat sholeh,*
Jangan pernah melupakan:
*_Kebaikan itu pasti akan kembali kepadamu, suatu waktu nanti..._*
Berbuat baiklah, dan selalu ingat:
*_“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan belaka.” (Lihat Qs.17:7)_*

*_Jadi katakan, apa kebaikanmu hari ini?_*

3.Āli 'Imrān : 133

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

3.Āli 'Imrān : 134

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

*(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit,* dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.

*MAN YARHAM MAN FIL-ARDHI, YURHAM MAA FISSAMAAI* Siapa yg suka mengasihani yg di bumi, maka akan dikasihi oleh yg dilangit, Allah SWT.

*MAN YAZRA' YAHSUD* Siapa yg menanam (kebaikan) pasti akan mengetam.

*FAMAM YA'MAL MITSQALA DZARROTIN, KHOEROYYAROH* Siapa yg melakukan sesuatu kebaikan walau sebesar biji sawi maka pahala baginya...

Semoga kita semua termasuk orang orang yang senantiasa mengamalkan perintah Rasulullah saw *KHAERUNNAASI ANFA'UHUM LINNAASI* sebaik baik manusia ialah yg bermanfaat bagi sesama manusia

*KHAERUNNAASI MAN THAALA UMRUHU WA HASUNA AMALUHU* Sebaik baik manusia ialah yg panjang umur nya dan baik amal perbuatan nya.

*Salam bahagia,
Tetap semangat dan Istiqomah* Monggo di SHARE.....!!!!!

****************

Dahsyatnya Sedekah Yang Tersembunyi

Hari saya dapat kisah yang menarik lagi dan tentu kisah ini saya save di blog ini untuk koleksi pribadi dan doshare bagi sahabat semuanya.

Thanks pak Joneez yg berbagi di WAG Walsantor Tangerang.

*****

" KISAH SEDEKAH SEMANGKUK NASI PUTIH "

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran tersebut.

"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih."

Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.

Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan : "dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya."

Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum : "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"

Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : "kuah sayur gratis."

Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.

"Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya."

Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.

"Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !"

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin di luar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.

Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?

Suaminya kemudian membisik kepadanya : "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ke tempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."

"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."

"Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?"

Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.

"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka.

Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

"Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !" katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah ke rumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.

Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.

Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.

Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid.

"Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."

"Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia !" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.

Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya.

Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka :"bersemangat ya ! dikemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !"

Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.

TERHARU?, ayo mulai jangan sungkan untuk berbuat baik hari ini.

Apa yang akan terjadi besok, kita tidak pernah tahu!

Yuk, Bagikan Inspirasi bermanfaat ini,semoga menjadi KEBAIKAN bagi kita semua,Aamiin.

Yaa ALLAH.
Mudahkanlah urusan orang yang Membaca status ini.

Dekatkanlah Rezekinya,Sehatkanlah jiwa raganya dan Mudahkanlah jodohnya untuk orang yang nge-Like dan nge-share Status Ini.

Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin.

Klik SUKA dan komentar AAMIIN lalu BAGIKAN dengan Ikhlas..!!

Selasa, 30 Juli 2019

Abak yang Luar Biasa

Siang ini saya makan di RM Putra Minang Bintaro Group sektor 9, sembari mengantarkan Ufia.  Alhamdulillah, bisa bertemu langsung dg ownernya Indra Indra Kasman dan Abak-nya (abak = bapak).

Indra ini masih muda, usia 35th, tapi apa yang dia jalani semenjak merantau sudah luar biasa. Pernah menjadi "boss ameh" di Kota Medan 7sejak th 2000, tetapi sesuai berjalannya waktu pasca tsunami di Aceh, gulung tikar dan meninggalkan beberapa persoalan di sana.

Abangnya Rizal mengajak ke Jakarta disekitaran tahun 2006. Membantu di rumah makan Putra Minang Arinda.

Alhamdulillah setelah cukup "ilmu"nya akhirnya si abang mengizinkannya membuka RM Putra Minang Group di sektor 9 ini. Lokasinya pas dekat kantor saya berada. Dari sepetak kedai, akhirnya berkembang tiga atau empat kedai dijadikan satu. Alhamdulillah, berjalannya waktu persoalan persoalan yang ditinggalkan di Medan terselesaikan dengan baik. Kisah ini saya dapat dari Rizal dan saya cross check langsung dengan yang bersangkutan. Alhamdulillah, mungkin ini yang membuka terus pintu rezeki bagi dia.

Saya termasuk yang menjadi saksi bagaimana usahanya ini berkembang terus.

Selain saya yang jadi pelanggan di sini, saya juga pemasok Ufia, Air Mineral yang diproses secara Islami, untuk rumah makan ini sejak tahun yang lalu. Jadi ada simbiosis mutualisma-nya. Begitu juga dengan kakaknya Rizal di Arinda adalah customer Ufia saya juga.

*****

Yang menjadi fokus photo yang saya ambil ini adalah kemiripan antara Abak dan Indra ini. Sangat mirip.

Dari penggalan cerita yang saya tangkap selama ini baik dengan Rizal maupun Indra, saya akhirnya dapat gambaran yang lebih lengkap lagi dari Abak ini.

Lelaki yang luar biasa, yang memiliki istri yang sangat luar biasa pula tentunya. Berharap kelak saya bisa bertemu dengan mereka berdua.

Tahukah anda berapa anak "pasutri" ini?

Sebelas orang!!!
Enam putra dan lima putri. Semuanya rerata berjarak dua tahun. Kebayang bagaimana mereka berdua membesarkan anak-anak nya?
Alhamdulillah, Indra memberikan saya photo lengkap mereka.

Tahukah anda berapa orang anak mereka yang tinggal di kampung halaman, Pariaman sana, saat ini?

Bayangkan, dari sebelas anak, hanya satu orang yang mereka tinggalkan atau "paksakan" untuk tidak merantau. Sepuluh anak mereka ada di tanah Jawa ini dan semuanya mengelola rumah makan. Hanya yang menikah kemarin saja, anak padusi, yang memang dijodohkan untuk tetap tinggal di kampung.

Tahukah anda mengapa?
Ternyata selain menemani Abak dan Amak di kampung, juga sebagai pengikat bagi seluruh keluarga besar ini untuk tetap "pulang basamo". Di setiap hajatan yang diadakan di kampung halaman, anak anak Abak ini wajib pulang semuanya. Tak ada pengecualiannya. Kapan saja!!!

Rumah Abak dan Amak ini dapat menampung 32 kepala. Anak minantu dan cucu. Walaupun nanti tidurnya tidak lagi di kamar saja. Dimana saja, dimana kasur bisa digelar.  Tetapi beginilah cara Abak dan Amak membangun kebersamaan bagi semuan anak minantu dan cucunya.

Kebayang juga kan bagaimana asyiknya mereka makan bersama di rumah ini? Amazing!!! Betapa sibuk tentunya mereka yang berkecimpung di dapur. Hmmm.

Dan yang terpenting, yang tinggal di kampung tentu akan meneruskan tradisi ini, selain menjaga ladang dan sawah, pusako tuo lainnya, kepunyaan keluarga secara keseluruhan.

Tradisi ini harus diturunkan!!!
Efeknya apa?

Lihatlah bagaimana mereka membangun jaringan Rumah Makan Putra Minang di seluruh kawasan Ciledug Tangerang Kota dan Bintaro Tangerang Selatan serta sebagian Jakarta Selatan. Luar biasa.

Hampir tiap tahun ada lima atau enam rumah makan baru. Siapa dibalik ini semuanya? Tentu mereka sendiri yang tahu jawaban pastinya.

*****

Ini hikmah yang saya tangkap dari pertemuan pertama saya dengan sang Abak. Semoga kelak saya bisa bertemu dengan pendamping sejati sang Abak yang Luar Biasa ini. Insya Allah

Sedekah yg Luar Biasa

Dari WAG Prominent Generation, jeje share semoga kita bisa mengambil ibroh dr cerita ini. Aamiin.

*****

Pagi tadi tepat jam 7.30 WIB, sy berangkat ke kampus menggunakan MRT Tujuan Lebak Bulus-Bundaran HI. Selanjutnya biasa menggunakan gojek untuk tiba di UI Salemba. Pagi ini sy ada tiga agenda; menerima wawancara dengan salah satu Harian Nasional terkait isu masa depan Turkey dan Moderatisme Arab Saudi di 8.30 WIB. Menerima deputy International Committee of the Red Cross pada 9.30 dan memimpin rapat dosen Kajian Ilmu Kepolisian, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia (KIK SKSG UI) dan pelatihan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada pukul 10.00. Saya tidak akan membahas tiga agenda tersebut. Sharing saya hari ini adalah lesson yang sayang untuk dilewatkan. Tiba di stasiun MRT Lebak Bulus, tak perlu lama menunggu barisan besi tiba. Seperti biasanya saya mengambil posisi favorit, terdekat dgn pintu menyandar di partisi. Menurut pujangga Pondok Labu, tertidur bersandar di partisi MRT tak kalah saing bermalam di Kempinsky. Syahdan, perjalanan MRT kali ini luar biasa. Di depan saya duduk seorang Ibu kisaran usia 60 thn. Pakaiannya agak kumel dan rambutnya tidak rapih. Biasanya setiap penumpang berharap dapat duduk. Tapi tiga kursi di samping ibu tadi tak mau orang ambil. Kenapa? Apakah karena penampilan atau apa?. Untuk menghilangkan penasaran, saya pun pindah posisi lalu duduk di samping Ibu tadi. Ternyata, memang ada semerbak yang tak sedap. Belum lagi si Ibu ini bawa bungkusan makanan dan tas yg cukup berat. Pelan saya tanya kepada beliau, "Ibu dari mana? Jawabnya dengan dialek medok jawanya, saya dari Semarang. Lalu saya tanya lagi, Ibu mau kemana? "Ibu mau ke Salemba menemui anak Ibu yang sedang mengambil spesialis di Fakultas Kedokteran UI. Saya berkata dalam hati, Subhanallah.. Luar biasa ibu ini. Penampilan tak selalu menyimpulkan kualitas. Lanjutnya, Ibu tiba semalam di Kampung Rambutan sekitar jam 12. Karena capek betul, ibu tidur di terminal. Ketika bangun jam 02.00 pagi ternyata uang Ibu tak lagi di saku.. Ibu hanya bisa istighfar dan mohon ampun kepada Allah, nak. Mumpung masih gelap, Ibu sengaja jalan kaki dari Terminal Kampung Rambutan ke MRT Lebak Bulus ini. Saya tanya kepada beliau, kenapa Ibu tidak menggunakan uang yang 100 ribu itu untuk naik taksi atau Grab. Jawab beliau, "kalau ibu gunakan, ibu Khawatir nanti tidak bisa sedekah. Uang 100 ribu ini, lalu Ibu gunakan untuk membeli nasi dan lauk pauk ala kadarnya. Ya alhamdulillah dapat 7 bungkus nasi. Nasi-nasi itu buat siapa? Buat ibu dan anak Ibu? Bukan. Nasi ini akan ibu bagikan ke tukang bersih-bersih. Tadi di MRT Lebak Bulus, Ibu ndak mendapatkan mereka. Ibu berdoa, semoga di MRT Bundaran HI ada tukang bersih-bersih yang mau menerima sedekah Ibu. Mendengar jawaban itu, saya hanya bisa menangis. Ya Rabb, malu betul saya terhadap ibu ini. Uangnya padahal dicuri, tapi masih ingin memberi. Sedangkan Muta'ali, jangankan sedikit apalagi dicuri, banyak pun masih ingin terus diberi bukan memberi.

Tepat pukul 8.00 kami sampai di MRT Bundaran HI. Saya berkata kepada Ibu tadi. Bu, bolehkah saya ikut membantu membagikan nasi-nasi itu kepada cleaning service? Ndak usah merepotkan, Nak. Tidak Ibu, saya bersyukur dipertukan Allah dengan Ibu hari ini. Saya yang awalnya hendak naik gojek, akhirnya saya putuskan naik grabcar menuju Salemba bareng Ibu tadi. Ternyata kosan putranya tidak jauh dari UI Salemba. Sebelum berpisah, saya tanya, " Ibu siapa namanya, "Dijah, jawabnya. Mungkin Khadijah yang dimaksud.

Abraham Maslow seorang pakar motivasi Barat mengatakan, level terendah seseorang ketika masih berkutat pada materi dan level tertinginya ingin dihargai dan selalu ingin dipuji. Bu Dijah, bukan hanya keluar dari level terendah, justru ketika uangnya dicuri sisanya malah disedekahkan lagi. Ia rela jalan kaki dari kampung Rambutan ke Stasiun MRT. Bu Dijah tidak butuh penghargaan apalagi pujian. Penampilannya kumel bahkan tak sedap nir wangi. Hingga beberapa penumpang menghindarinya. Banyak yang baik rupa, tapi enggan memberi. Padahal kemuliaan bukan penilaian sesama, ia tak lain adalah hak prerogatif pencipta alam semesta. Bu Dijah bagi saya adalah orang terkaya. Tak punya bahkan dicuri masih memberi. Banyak orang kaya, serba ada, tapi selalu mengepalkan jari bahkan selalu ingin diberi. Siapa yang kaya sebenarnya?

Abdul Muta'ali
Ditulis Perjalanan Pulang MRT HI-Lebak Bulus, 25 Juli 2019

Jumat, 19 Juli 2019

Lintas Sumatra : Mudik Baralek akhir Juni 2019 (Part 1)

Alhamdulillah, sabtu lebih kurang jam 20.00 sampai di rumah. Seharian tadi kami, saya dan Dhifa, mengikuti Family Gathering British School Jakarta di Jungle Land Sentul City Bogor, Sabtu 29 Juni 2019. Sementara bundanya ada kegiatan Wisuda SMK Farmasi Tangerang 1 di Puspem Kota Tangerang dan berlanjut kondangan di sekitaran daan Mogot, dan juga baru pulang ke rumah selepas maghrib. Jadi dalam waktu yang hampir bersamaan sampai di rumah, sementara rencana pulang mudik masih kami diskusikan. Masih berbalut capek di badan, sembari tiduran saya ambil keputusan untuk pulang malam ini.

Nova pun tersentak. Kaget!!!
Tetapi segera bertindak, packing packing dan mengurus segala bekal buat di jalan nanti. Seadanya. Secepatmya.

Alhamdulillah menjelang jam 21.00 semuanya beres. Saya pun mandi segera, biar segar dalam perjalanan. Makan pun tak perlu, takut ngantuk di jalan. Setelah Cek n ricek segalanya, jam 21.30 mesin mobil pun dihidupkan, perlahan bergerak meninggalkan garasi.

Parkir sejenak, mengunci pintu dan pagar dan terakhir disamperin oleh papi. Ada setoran atas pesanan rendang, udang dan cumi balado hari kamis nan lalu. Sekalian pamit dan titip kunci pada tetangga, akhirnya kami pun jalan menuju Graha Raya, Alam Sutera, dan masuk ke Tol Merak Banten. Lancar dalam perjalanan, jarak tersebut ditempuh selama dua jam. Sebelumnya di SPBU Alam Sutera, Terios kami isi dengan pertalite sejumlah 300.000,- rupiah.

Masuk dalam antrian dermaga, ternyata kami datang lebih awal. Menunggu masuk ke kapal lebih kurang setengah jam. Setelah tengah malam berlalu, kapal pun mulai bergerak menuju Bakauheni. Dalam pada itu, kami gelar makan malam itu di dek lesehan kapal. Makan dengan dendeng balado dan telur rebus, malam itu sengaja saya lebihkan, biar bisa tidur lebih cepat.

Kapal tak terisi setengah nya. Penumpang pun tak banyak, tetapi kapal ini lumayan besar. Menyebabkan perjalanan agak terasa lama. Lumayan bisa tidur hampir dua jam, menjelang jam 04 kapal pun bersandar di dermaga Bakauheni. Terios kami pun keluar perlahan, menuruni kapal menjajakan kaki di tanah Sumatera. Malam cerah menjelang subuh, udara lumayan dingin, angin malam sumatra  menyapa kami dengan lembutnya.

Menikmati perjalanan dengan kecepatan sedang, menuju tol sumatra dengan sabarnya, Terios pun mulai menanjak. Gate tol pun terlewati, siap berpacu dengan kecepatan stabil. Berlanjut terus hingga akhirnya kami mampir di rest area km terakhir exit toll Terbanggi Besar menunaikan sholat subuh di sana. Sembari menunggu selesainya sholat subuh istri, saya pun memesan teh manis hangat dan tawar penghangat perut, sementara si kecil masih terbuai mimpi.

Jam 05.30 kami pun melanjutkan perjalanan setelah tadi sempat ngobrol dengan pengendara Pajero Sport yang berniat ke Medan via jalintim. Dari pemilik warung, dapat info bahwa tol fungsional yang dulu sempat dibuka saat lebaran, ternyata tidak dibuka. Ada sas sus sebelumnya bahwa tol Terbanggi Besar hingga Kayu Agung digunakan lagi secara fungsional lantaran jembatan di mesuji putus. Tetapi sas sus nya tak benar.

Alhamdulillah lancar dalam perjalanan menjelang jam 9 lebih kurang kami melewati Bukit Kemuning. Tadinya sempat terfikir untuk berbelok ke kiri, melewati Liwa hingga menyusuri jalan lintas barat sumatra. Sesuatu asa yang belum terpenuhi selama ini.

Mengingat diburu waktu karena ingin hadir di milad Ama 1 Juli nanti, kami tetapkan untuk kembali menempuh jalan lintas tengah. Menuju martapura, baturaja, tanjung enim, muara enim, lahat, tebing tinggi hingga ke lubuk Linggau. Perkiraan sekitar jam 21.00 nanti akan sampai di kota ini. Normalnya jarak tempuh dari rumah ke sini 24 jam.

Di Baturaja, kami melakukan pengisian pertalite lagi sejumlah 280.000,- rupiah. Makan siang dan rehat kami di RM Kartika Jaya. Di sini adalah rumah makan yang berkesan bagi kami ketika mudik desember 2013. Berkesan karena di sini kami bisa tidur pelepas kantuk selama dalam perjalanan, makanannya pun oke punya, dan yang terakhir rumah makan ini persis di sisi sungai yang sangat besar. Waktu itu pak Dadang yang membantu kami mengendarai terios ini. Kali ke dua pak Dadang bersama kami melintasi sumatra, mengantarkan kami berlibur di kampung halaman, Sumbar dan Riau. Yang pertama bulan Juli saat kami melaksanakan umroh.

Dari atas rumah makan Kartika Jaya ini akan terhampar sungai, berair deras dan perbukitan di kedua sisinya. Alam yang sangat indah dan belaian anginnya yang bisa meninabobokan kita, baik yang sedang makan maupun tiduran. Ada barang dua jam kami rehat di sini. Memang suasana yang sangat didamba bila perut kosong lewat kawasan ini.

Ada barang satu setengah jam kami rehat di sini. Perjalanan dilanjutkan memasuki kota Tanjung Enim, Muara Enim, Lahat. Memasuki Tebing Tinggi sudah menjelang maghrib.  Banyak bus bus dari Jawa yg menemani perjalanan kami saat itu. Ada NPM, ALS, ANS, Transport dan Gumarang Jaya, selain kendaraan pribadi yang "berkonde" menuju kampung halaman mengisi liburan sekolah.

Menjelang jam 20.30 kami sampai di kota Lubuk Linggau. Makan malam kami ingin yang panas, karena perut terasa agak dingin juga waktu itu. Kami singgah di salah satu warung di sisi jalan raya. Ada soto ayam, tek wan dan mpek mpek dagangannya. Soto adalah pilihan buat istri dan anak kami Dhifa.

Dari obrolan dengan pemilik warung yang sangat akrab ini kami dapatkan penginapan terdekat dengan tarif yang sangat murah. Penginapan Angeli namanya, dapat harga kamar 135.000 rupiah per malam. Ber AC dan dapat sarapan pula. Sangat murah dan sangat pas lah untuk sekedar tidur malam saja.

Segera sampai di penginapan kami teringat akan penggalan cerita dengan pemilik warung bahwa mereka terbiasa membuat dan mengirim mpek mpek bagi para pemesannya. Teringat akan banyaknya tamu nanti di Kapau, istripun pesan 100 buah mpek mpek dan tek wan seharga 50 ribu. Oh ya satu mpek mpek 1.500 ribu. Dan dijanjikan bisa diambil jam 9.00 pagi. Lumayan lah buat sekedar oleh oleh dari rantau. Khas Palembang pula.

Selepas obrolan itu kami pun tidur. Berharap esok tenaga pulih kembali dan siap melanjutkan perjalanan.










Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...