Sabtu kemarin, pagi harinya menjelang jam 6 saya dan Bundo jalan kaki di sekitaran rumah. Ada lebih kurang satu setengah jam berjalan berdua. Dan siangnya badan terasa enak sehingga bisa tidur siang dengan nyaman.
Tadi malam kami niatkan lagi untuk jalan kaki lagi namun dengan suasana yang berbeda. Pengen agak jauh dari rumah. Ada dua pilihan, yakni Boulevard Bintaro Jaya sektor 9 atau Boulevard Graha Raya Paku Jaya. Belum ada keputusan malam itu.
Pagi tadi, saat subuh gerimis masih turun. Mengguyuri Parung Serab merata, entah sejak kapan. Namun subuh tetap masih bisa tertempuh ke Masjid Hidayatul Ikhwan. Ba'da subuh gerimis halus masih tersisa. Dan terus habis tak bersisa menjelang jam 6.
Jam 6.30 kami keluar rumah menuju de Lapau di Graha Raya. Melewati Parung Serab, menuju jalan Akasia tembus di belakang nya Cluster Fortune Graha Raya dan akhirnya ketika anggota de Lapau masih bersiap siap membuka "Lapau" nya, saya izin menumpang parkir motor di halamannya. Say hello pagi dengan mereka, saya dan Bundo lanjut jalan kaki sepanjang jalan Boulevard Graha Raya.
Sandal saya gantung di motor sengaja nyeker biar tapak kaki ini lebih kuat. Lebih kuat lagi menahan kerikil kerikil yang akan di temui di sepanjang jalan nanti. Bundo tetap dengan sepatunya. Tak mengapa. Karena memang telapak kaki saya agak tegang akhir akhir ini. Namun kemarin selepas jalan kaki, agak mendingan. Saya memahami bahwa kesehatan kita tergantung juga kepada sehatnya telapak kaki.
Sengaja saya memilih di sini ketimbang Boulevard Bintaro Jaya sektor 9 dengan pertimbangan bahwa akan banyak menemui kulineran di sepanjang jalan di Graha Raya ini. Ini yang kami cari. Berdua menyusuri jalanan Raya ini dengan sesekali bergandengan tangan, bahkan rangkulan dan candaan menambah kemesraan kami yang memang lagi "pulang pokok" sementara ini.
Banyak hal yang kami diskusikan, terutama dalam melihat usaha kulineran yang ada di kiri kanan jalan. Ada yang rame ada juga yang sepi. Ada yang di emperan toko dengan waktu terbatas, ada juga yang di gerobak, ada juga yang menggunakan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Dan tentu yang berupa ruko pun tak ketinggalan.
Dalam perjalanan ini tak lupa kami diskusikan juga tentang Ethylene Glycol yang heboh dalam beberapa waktu belakangan ini. Obat batuk yang ditarik dan dilarang pemerintah. Seberapa sering anak anak kami mengkonsumsinya dulu. Namun dari 5 brand yang dinyatakan pemerintah dilarang saat ini, alhamdulillah berkemungkinan besar tak satu pun yang dikonsumsi oleh anak anak kami. Saya percaya selama ini sang Bundo lebih selektif dalam hal konsumsi obat. Andai tak terpaksa, takkan diberikan sama sekali. Andai pun terpaksa, selalu dengan dosis serendah mungkin. Alhamdulillah, beruntung punya istri seorang pharmacist. Dan tak lupa tentang peluang bisnis #dapurbundonova ke depannya, dalam bentuk format off-line tentunya. Sssttt, diam diam aja ya. Masih dalam rencana soalnya.
Satu setengah jam berjalan bolak balik, dari de Lapau hingga Gardenia Loka, kami tempuh dengan jarak 5,6km. Dan akhirnya "kampung tengah" pun terasa berontak. Sudah ada signal yang sampai ke otak dan terucap melalui bibir dan lidah, menjelang pasar Modern Graha Raya. Sepertinya Soto Surabaya, Soto Tangkar yang tadi mau dinikmati di jalan akan tergantikan oleh Soto Padang saja. Membawa perut yang terisi agak berat, sementara titik perhentian sangat tanggung.
Di de Lapau akhirnya nya kami rehat, bisa duduk di sofa nya sambil menuliskan perjalanan pagi ini. Lama sudah tak menulis panjang seperti ini, sesantai ini sambil ditemanu sangat Bundo yang menikmati kajian onlinenya.
Rehat kami pagi ini, sambil menikmati segelas teh telor dan teh tawarnya, seporsi Soto dan Nasi serta Mie Tahu.
Graha Raya Fortune District
08.50, 23 Oktober 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar