Sabtu, 14 September 2019

Learning Shutdown pada Anak (1)

Dua tulisan yg saya ingin save and share buat kita sebagai ortu. Bagus dan menarik untuk dijadikan ilmu.


MEWASPADAI LEARNING SHUTDOWN PADA ANAK

Berapa kali anak-anak menerima komentar positif dan negatif dalam sehari? Pada tahun 1982 ada penelitian terhadap 100 anak. Penelitian itu mencatat berapa banyak komentar positif negatif yang mereka terima dalam satu hari. Jack Canfield, yang populer dengan buku-buku Chicken Soup for the Soul menemukan bahwa rata-rata anak menerima 75 komentar positif setiap hari. Banyak? Tunggu dulu. Bandingkan dengan komentar negatif yang mereka terima: 460! Itu artinya, rata-rata anak menerima komentar negatif enam kali lebih banyak dalam sehari.

Komentar negatif itu datang dalam berbagai bentuk, salah satunya umpan balik dari sebuah kegiatan. Jadi, apa yang disebut komentar negatif bukan sekadar 'dasar anak bodoh' atau 'kamu ini pemalas', tapi lebih jauh dari itu.

Mari kita ingat-ingat periode awal tumbuh kembang anak-anak. Saat mereka mulai belajar duduk, belajar merangkak, lalu berdiri, nyaris tak satu pun orang dewasa yang memberi umpan balik negatif pada mereka. Pada saat anak belajar jalan, misalnya, saat anak jatuh, orang dewasa justru memberi semangat, ekspresi wajah pun gembira, mendukung. Nada suara hangat dan riang. Anak-anak sangat sensitif terhadap suara dan perubahannya. Ketika mereka menangkap nada riang di dalamnya, dengan segera mereka mengetahui kalau mereka diterima, tak ada yang salah dengan jatuh. Maka mereka bangkit lagi dan belajar jalan kembali. Mereka berani melangkah, sebab, perasaan diterima ini menguatkan kepercayaan diri mereka. Dalam kata lain, penerimaan melahirkan self esteem atawa penilaian diri yang baik.

Begitu anak-anak besar, perlahan semua berubah. Ketika mereka berada di sebuah kelompok, taruhlah sekolah, mereka mulai meragukan kemampuan diri mereka sendiri, dan itu kadang dimulai dari insiden-insiden kecil yang tidak terperhatikan. Misal, ketika dia menjawab pertanyaan dan salah, lalu ditertawakan. Atau dia menggambar lalu mendapati nilainya tujuh sementara temannya sembilan. Atau dia mendapati, ketika dia melamun sejenak, mungkin karena bosan atau teringat suatu hal, lalu dia ditegur dan ekspresi wajah guru sangat negatif. Atau ketika dia mendengar ayah ibunya membanding-bandingkan dia dengan saudara atau teman-temannya. Atau ketika orang tua nggak merespon saat ia menunjukkan tumpukan batunya, yang menurut ia karya seni hebat. Hal-hal seperti inilah yang disebut umpan balik negatif.

Apa yang terjadi ketika anak mendapatkan lebih banyak umpan balik negatif? Yang terjadi adalah, mengutip Bobbi de Porter, learning shutdown, alias matinya semangat belajar. Umpan balik negatif memunculkan hal baru dalam diri anak-anak, namanya keraguan. Mereka mulai mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Lalu mulai menganggap diri tidak capable. Saat kecil, saat mulai belajar jalan, mereka tidak mengenal konsep gagal, sebab tak satu pun orang dewasa di sekitar mereka yang meragukan kemampuan mereka. Namun, saat mereka mulai besar, konsep ini mulai masuk ke benak. Anggapan bahwa diri tidak mampu mulai menghantui. Belajar dianggap sebagai beban, rutinitas membosankan. Jangankan melakoninya, mendengar kata 'belajar' saja, anak-anak sudah ngeri. Karena itu nggak heran, ada anak-anak yang gembira saat guru tidak datang, sekolah libur, atau terjadi hal-hal yang membuat kegiatan belajar mengajar batal. Kenapa gembira? Sebab, tak ada beban yang harus mereka jalani saat itu.

Proses learning shutdown ini lama. Jadi, anak gak ujug-ujug langsung menganggap belajar sebagai beban. Ada peristiwa-peristiwa yang datangnya satu demi satu, mematikan keinginan belajar ini pelan-pelan. Saya dulu melihat ini terjadi pada putri pertama saya. Apa-apa yang dulu membuatnya tertarik, perlahan tidak menarik lagi buatnya. Akhirnya, tak ada pilihan lain bagi saya selain menariknya, mengembalikannya ke rumah. Dan pelan-pelan, ia kembali seperti semula. Mulai tertarik pada banyak hal, dan berkarya.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...