Minggu, 28 Februari 2021

Hikmah: Suami di Usia Senja

 Kamis 25 Februari 2021, copasted. 


SUAMI DI USIA SENJA 💐🍀🌺


Yang membaca jangan menangis ya? Saya suka postingan ini, meski sudah berulang kali membacanya... 😊


Di sebuah rumah sederhana yang asri, tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja.

Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.


Sang suami merupakan seorang pensiunan, sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.

Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah, mereka menolak ketika putra-putri mereka, menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.


Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu, menghabiskan waktu mereka yang tersisa, di rumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa, dalam keluarga itu.


Suatu senja ba’da Isya di sebuah masjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang dikenakannya ke masjid tadi.

Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri seraya bertanya mesra :

“Kenapa Bu?”

Istrinya menoleh sambil menjawab: “Sandal Ibu tidak ketemu, Pak”.

“Ya sudah pakai ini saja”, kata suaminya, sambil menyodorkan sandal yang dipakainya.

Walau agak ragu, sang istri tetap memakai sandal itu, dengan berat hati.


Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.

Jarang sekali ia membantah, apa yang dikatakan oleh sang suami.

Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.


“Bagaimanapun usahaku untuk ber terima kasih pada kaki istriku, yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya".


Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku, saat aku pulang kerja,


Kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.


Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus, dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah, tempat bahagia bersama….


Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan.

Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut, mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.

Jari-jari yang mulai keriput itu, dalam genggamannya mulai dirapikan, dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut, dan bergumam :

“Terima kasih ya Bu ”.

“Tidak, Ibu yang seharusnya berterima kasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu”, tukas sang istri tersipu malu. ☺😊


“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa, yang belum tentu sanggup aku lakukan.

Aku takjub, betapa luar biasanya Ibu. Aku tahu semua takkan terbalas sampai kapanpun”, kata suaminya tulus.


Dua titik bening menggantung di sudut mata sang istri ......

“Bapak kok bicara begitu?

Ibu senang atas semuanya Pak, apa yang telah kita lalui bersama, adalah sesuatu yang luar biasa.

Ibu selalu bersyukur, atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk.

Semuanya dapat kita hadapi bersama”.


Hari Jum’at yang cerah, setelah beberapa hari hujan.

Siang itu, sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,

Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri, menatap tepat pada matanya, sebelum akhirnya melangkah pergi.

Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri, hingga saat beberapa orang mengetuk pintu, membawa kabar yang tak pernah diduganya.......

Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.

Ia telah pulang menghadap Sang Penciptanya, ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tasyahud Akhir.


Masih dalam posisi duduk sempurna, dengan telunjuk ke arah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

*"Innaa Lillaahi Wainnaa ilaihi Rooji'uun"*


“Subhanallah.... sungguh akhir perjalanan hidup yang indah”, demikian gumam para jama’ah, setelah menyadari ternyata dia telah tiada, di akhir shalat Jum'at....


Sang istri terbayang, tatapan terakhir suaminya, saat mau berangkat ke masjid.

Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan, pengganti ucapan "Selamat Tinggal ...".

Ataukah suaminya khawatir, meninggalkannya sendiri, di dunia ini. Ada gundah menggelayut di hati sang istri, Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,


Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun, cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun, keikhlasan dihatinya, yang bisa menghambat perjalanan sang suami, menghadap Sang Khalik.


Dalam do’a, dia selalu memohon kekuatan, agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan, pada tempat yang layak.


Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.

Dengan wajah yang cerah, sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri, dengan lembut.

“Apa yang Bapak lakukan?", tanya istrinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang...

» Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan di dunia ini berakhir sekalipun.

» Bapak selalu butuh Ibu.

» Saat disuruh memilih pendamping, Bapak bingung, kemudian bilang "Pendampingnya tertinggal", Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu”.


Istrinya menangis, sebelum akhirnya berkata :

“Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong, kalau Ibu takut sekali tinggal sendirian....

Kalau ada kesempatan mendampingi Bapak sekali lagi, dan untuk selamanya, tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

Sang istri mengakhiri tangisannya, dan menggantinya dengan senyuman.


❤Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….


هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ


*_"Istri mu itu adalah 'Bajumu' dan Suamimu itu adalah 'Bajumu' pula"_*

*QS Al-Baqarah : 187*


Semoga bisa mempererat cinta kasih yang sejati pasutri (pasangan suami istri), ... karena Allah... Aamiin.😭😭😭


Ya Rabb... jadikan keluarga kami _Sakinah Mawaddah wa Rahmah_, wafatkan kami dalam keadaan *HUSNUL KHATIMAH*... 

Aamiin... 🤲🏿

Sabtu, 27 Februari 2021

Hikmah: Konsep Rezeki

Suatu ketika, saya pernah datang kepada seorang guru dan bertanya, 


"Guru, sebenarnya bagaimanakah konsep rejeki itu? Kenapa diluar sana banyak orang yang bekerja siang malam tapi rejekinya segitu-gitu aja, di sisi lain ada orang yang bekerjanya santai tapi uangnya banyak."


Sang guru pun menjawab, 


Pada dasarnya rejeki itu ibarat hujan yang turun dari langit. Begitu nyata dan jelas. Manusia hanya perlu menjemputnya saja. 


Kenapa rejeki manusia itu berbeda? Karena wadah mereka untuk menampung rejeki juga berbeda. Ada yang kecil, ada yang sedang, dan ada yang besar. Bahkan ada yang sangat besar.


Wadah rejeki mereka itu diibaratkan sebuah kotak dan rejeki itu diibaratkan hujan yang turun dari langit. Semakin besar kotak untuk menampung air hujan maka air hujan yang kita dapatkan pun juga akan semakin besar.


Nah, kotak itu ada 3 dimensi, yaitu PANJANG, LEBAR, dan TINGGI. Untuk memperbesar ukuran wadah tadi, maka ketiga dimensi itu juga harus dibesarkan, tidak hanya ditambah salah satunya saja.


Panjang kotak itu melambangkan usaha/ ikhtiar dalam menjemput rejeki.


Lebar kotak itu melambangkan ilmu yang dimiliki oleh seseorang.


Sedangkan tinggi melambangkan ibadah dan rasa syukur yang dimiliki seseorang.


Setelah kita tahu 3 dimensi itu, tentu kita pun tahu bahwa kenapa diluar sana banyak orang yang bekerja siang malam tapi rejekinya segitu-gitu aja, di sisi lain ada orang yang bekerjanya santai tapi uangnya banyak. 



Mereka mungkin saja punya uang banyak meski bekerjanya tidak terlalu berat karena mereka memiliki ilmu dan rasa syukur serta ibadah yang besar.


Semoga bermanfaat.

Selasa, 23 Februari 2021

Putra Minang #65

Alhamdulillah, siang ini berkesempatan 'lunch' di RM Putra Minang yang baru saja dibuka di kawasan Bintaro Jaya Sektor 7 di seberang sekolah Penabur. Rumah Makan yang ke 65 dari Putra Minang Grup. 


Berhubung saat pembukaan dan syukuran waktu itu tak bisa hadir, karena sesuatu dan lain hal, entah kenapa tergerak saja hati ini untuk makan siang di sini. 


Pagi tadi di kantor jadwal saya melakukan Medical Check Up, yang diharuskan untuk tidak makan sejak tadi malam hingga pagi tadi. Selepas pengambilan darah dan urine, hanya sepotong roti dan segelas teh manis pengganjal perut hingga rehat siang tadi. Lumayan terasa lapar ketika mobil dicuci di 'car wash', yang jaraknya tak jauh dari kantor. Setelah mobil bersih, segera saja teringat janji untuk mampir ke sini. 


Alhamdulillah, atas takdir Allah bisa bertemu langsung dengan Mak Etek H. Japar, orang kedua dalam Putra Minang Grup ini. Beliau bersama Mak Dang H. Mahyudin, uda beliau yang merintis usaha grup ini. Tangan dingin mereka berdua yang terus melahirkan rumah rumah baru Putra Minang Grup setiap tahunnya. Setidaknya setiap tahun ada tambahan minimal 5 rumah makan. 


Dan Rumah Makan yang saya liput saat ini dikelola oleh Indra Indra Kasman, yang juga owner Putra Minang Sektor IX. Indra ini adalah adik dari H. Rizal Sikumbang owner Putra Minang Graha Bougenville yang no 63 dalam grup rumah makan yang berasal dari daerah Pariaman. Dan grup rumah makan ini memang dikelola secara kekeluargaan, tidak ada 'franchise' nya sama sekali. Sebuah grup usaha yang benar benar dibangun untuk membuka lapangan usaha bagi saudara, sanak famili yang ada di ranah maupun di rantau. Ini adalah suatu terobosan usaha dari "urang awak" yang rasa rasanya belum ada dilakukan untuk sebuah usaha rumah makan yang ada selama ini.


Jangan ditanya kontribusi grup rumah makan ini buat sanak saudara mereka yang ada di kampung halaman. Ada masjid yang dibangun, ada guru ngaji yang mereka bayarkan gajinya setiap bulannya, anak anak mengaji tak ada bayaran sama sekali, sosial kemasyakatan ya g mereka berikan terhadap pembangunan kampung, jangan ditanyakan lagi. Santunan untuk yatim piatu dan dhuafa, serta qurban secara kolektif mereka lakukan baik di rantau maupun di ranah tetap terjaga. 

Luar biasa.


InsyaAllah kalau usaha seperti ini di'copypaste' di tiap nagari, Sumbar akan melakukan akselerasi pembangunan yang sangat cepat karena dana dari para perantau sangat membantu bagi pembangunan di nagari nagari yang ada di seluruh ranah Minang. 


Sudah saatnya unit usaha yang dilakukan oleh RM Putra Minang ini dibukukan. Dituliskan sebagai buku bacaan wajib bagi para pelaku usaha urang awak yang ada diperantauan. 

Usaha usaha seperti ini harus ditumbuh-kembangkan. Kalo perlu PEMDA yang ada di ranah Minang bisa mendorong hal hal seperti ini bagi anak anak nagari. 


Seandainya bisa menjadi sebuah buku, tentu ini akan menjadi warisan yang sangat bernilai, yang menjadi kebanggaan keluarga besar Putra Minang Grup. 


Sebuah tulisan selepas "makan gadang". :)


Bintaro 23 Februari 2021

14.26 WIB

Senin, 15 Februari 2021

Dhifa dan Puasa

Hari ini adalah hari terakhir dia UTS, yang dimulai senin minggu lalu. Tetapi hari ini ada yang berbeda. Hari ini dia puasa sunnah. Alhamdulillah, sama seperti abang dan kakaknya dahulu ketika kelas 5 dan 6 di SDI Amalina. 

Siang tadi setelah sampai di rumah, sekitar jam 2-an, saya dan istri bertanya apa yang dia inginkan untuk berbuka nanti. Ternyata yang dia inginkan sangat simple saja, yakni air kelapa muda.

Namun yang jadi unik adalah dia minta langsung dengan batok kelapanya. Dia pengen minum langsung dari sana. Padahal biasanya air kelapa yang sudah dikerok. 



Namun oleh sang Bundo, beli ajalah dua duanya. Yang dikerok satu, yang pake batok satu. Toh biasanya dia juga sanggup menghabiskan dua butir air kelapa muda ini. Selain itu untuk antisipasi jika yang di batok itu, isinya kurang tebal. Hehehee :)

Alhamdulillah menunggu waktu berbuka masuk semuanya sudah siap. Yang penting keinginannya diikuti, bahkan kalo bisa dilebihkan, sehingga semangat untuk puasa sunnah ini selalu terjaga. Menu buka puasa dibuat agak berbeda ajah. 

Kondisi ini sangat lumayan buat latihan menjelang Ramadhan datang bagi Dhifa kami ini. Dan puasa hari ini bukan atas ajakan dan paksaan dari kami, tetapi atas keinginannya sendiri. Alhamdulillah. 

PBH, 15/02/2021
18.05

Minggu, 14 Februari 2021

Blood Donor Card

Hari ini sy melakukan donor darah di masjid An Nashr Bintaro Jaya sektor V Tangerang Selatan. 


Ada hal yang berbeda dibandingkan donor donor sebelumnya, yakni pendaftaran sekarang dilakukan online dengan mendowload aplikasi "sidoni" di Playstore. Alhamdulillah, dibantu dengan teknisi/petugas donor yang ada akhirnya sudah terinstall di HP saya saat ini. Ada gangguan sedikit di kartu donor yang lama, no yang ada kurang terbaca jelas di barcode yang ada. Hal ini bisa jadi disebabkan ada tulisan yang tak jelas terbaca oleh system yang ada. 


InsyaAllah hari ini adalah donir yang ke 57. Dan ternyataaaaa, donor terakhir adalah pada tanggal 14 Januari 2020. Setahun lebih ternyata tak melakukan donor, disebabkan oleh pandemi ini. 


InsyaAllah ke depan bisa rutin lagi seperti biasanya. Maklum saat ini bisa jadi PMI sangat banyak membutuhkan darah buat menolong sesama, yang membutuhkannya. 



Ayo donor!!! 

#PMIButuhPendonor


Bintaro Jaya, 10.300

Menunggu pemeriksaan lebih lanjut.


#####


Dengan system Sidoni ini, sekarang kartu donor yang dulu tak diperlukan lagi. Tak perlu ragu kalo mau donor bila kartu lupa bawa. Semuanya sekarang sudah ada di HP. InsyaAllah ke depan semua cabang PMI sudah menggunakan aplikasi ini. 


PMI keren.

PMI sangat memudahkan para pendonor.


My Blood Donor Card ini adanya di aplikasi, tidak dalam bentu fisik sehingga praktis karena asanya di aplikasi. Sengaja saya coret barcode yang ada buat jaga jaga saja. 


#####


Begitu juga dengan plaster pasca donor, sekarang sudah sangat mini. Sangat kecil. Tak repot lagi sepeerti dahulu ketika menggunakan Handyplast atau Hansaplast. 



Dengan ukuran yang kecil, efektif tak repot lagi ketika mencopotnya. Praktis. Mudah. 


Ayo donor!!!!

Setetes darah anda sangat berharga bagi orang lain.


PBH, 17.04 WIB

13 Februari 2021

Terjebak Dalam Lukah

By Dr. Henmaidi Alfian 


**

“Salam, kawan. Bagaimana kabar beliau sekarang?”

“Entahlah, tak terdengar lagi suaranya.”

“Masuk lukah ndak?”

“Entahlah!”


***

Ini hanya percakapan imajiner. Di situ ada istilah: masuk Lukah.

Lukah ini, adalah alat untuk menangkap ikan atau belut. Pintu masuknya berbentuk corong, melebar ke luar. Sehingga ikan atau belut dengan mudah masuk lukah tanpa kesulitan. Hanya saja pada bagian dalam lubang masuk ini, terdapat duri-duri sehingga ikan yang masuk tidak dapat lagi keluar. Jika memaksa diri, bisa-bisa badannya tertusuk dan luka-luka.


Di dalam lukah, biasanya disediakan umpan, seperti cacing yang dibungkus daun. Aroma cacing itu mungkin menggoda ikan, sehingga ikan mencari-cari jalan agar bisa menikmati cacing itu. Ikan yang “beruntung” bisa masuk ke dalam lukah, sehingga dia bisa menikmati umpan. Namun tanpa disadarinya, dia telah terpenjara. Dia tidak dapat keluar lagi.


Selagi masih di dalam air, ikan mungkin tetap tak sadar. Dia bermain-main saja. Namun dia tidak dapat leluasa bertemu dengan teman-temannya. Paling bisanya melalui sela-sela jeruji bambu. Tidak bisa lebih dari itu. 


Saatnya nanti, si pemilik lukah akan mengangkat perangkap itu. Barulah si ikan menggelapar-gelepar. Sang ikan akan diambil. Silakan saja meronta-ronta. Ujung-ujungnya, kepalanya dipukul si pemilik lukah, sehingga dia pingsan atau mati. Nasibnya nanti akan berakhir di penggorengan.


Begitulah, jika ikan masuk lukah.


***

Kondisi terjebak di dalam lukah ini dapat pula menimpa manusia. 


Contohnya: 


- orang yang coba-coba memakai narkoba, tanpa dia sadari akhirnya kecanduan dan sulit keluar dari jebakan itu.

- Orang-orang yang salah bergaul, ternyata bergaul dengan mafia

- Tak hati-hati, akhirnya terjebak dalam pusaran korupsi

- Orang awalnya baik, akhirnya terjebak dalam pusaran politik kotor

- Terjerembab kasus hukum, lalu mencoba cari jalan belakang untuk menyelesaikan kasusnya.


- Apa ada contoh lain?


Kalau sudah masuk lukah itu, semua jadi serba salah. Mau bicara benar, mulut terkunci. Ingin keluar, badan terkurung. Memaksa diri…? Nanti luka-luka, aib dibongkar orang, Banyak yang dikorbankan. Keluarga bisa hancur, reputasi… segalanya.



Makanya, mari hati-hati agar tidak masuk lukah.


Na’uudzubillahi min dzalik!

Kamis, 11 Februari 2021

Pengabdian

 Pengabdian


Hampir sembilan bulan sudah ananda kami mengabdi di sini, di Gontor Putri 7 Pekanbaru Riau. Sebuah pilihan untuk mengabdi di luar Jawa dengan alasan ingin dekat dengan keluarga besar yang ada di Riau dan di Sumatra Barat. 


Saat masih sebagai santri di Gontor Putri 3 Ngawi menjelang karantina sudah dia sampaikan keinginannya ini kepada kami dan makin makin mantap ketika dia mengisi quisioner menjelang yudisium nya. Alhamdulillah, atas izin Allah ternyata asa-nya terpenuhi. 


Sebuah pilihan yang dia tetapkan untuk sebuah tempat dimana dulu untuk pertama kalinya dia tertarik masuk Gontor ini. Saat itu dalam liburan kenaikan kelas dari kelas 5 di SD Islam Amalina Tangerang Banten kami singgah dari Bukittinggi hendak ke Pekanbaru, Juli 2013. 


Di sinilah bermula. Saat dia dan bundanya mampir ke dalam, melihat suasana pondok yang baru dua tiga tahun berdiri. Didampingi ustadzah pengabdian yang berasal dari Gontor Putri 1. Ustadzah Uziah Rizkiyana kalo tak salah ingat namanya. 


Dan dia tertarik. Hingga kembali ke sekolah, dia sudah bercerita kepada guru dan teman temannya bahwa dia akan masuk Pondok Modern Gontor Darussalam. Dia sudah mulai browsing di internet saat itu. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya syawal 2014 dia diterima di Gontor Putri 3. Dia lulus sebagai siswa pertama SD Isalm Amalina yang pertama kali masuk Gontor. 


Enam tahun sebagai santri di Jawa, namun momen awal 2013 itu sangat berkesan bagi dia. Yang akhirnya mengantar dia kembali ke Rimbo Panjang ini sebagai ustadzah pengabdian, ustadzah Prominent Generation. 


Banyak suka yang telah dilewati. Banyak pengalaman yang dia ceritakan, dapatkan selama pengabdian yang akan memasuki angka 10 bulan ini. Tetapi asa untuk melangkah lebih jauh telah dia utarakan, telah dia sampaikan akhir akhir ini kepada kami melalui telepon. Bercerita penuh semangat, bercerita penuh harap. 


Hanya support dan doa yang kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, semoga asa ananda kami ini, teruslah berlanjut sebagaimana asa-asa yang dahulu dia ingini dan itu semuanya alhamdulillah terpenuhi. Tentu semuanya atas izin Allah. 


Pada Nya-lah segala asa kami ini tertompang. Ketetapan Allah adalah pilihan terbaik bagi ustadzah kami ini, bagi kami dan adik adiknya. 


Sebuah cita cita, 'road map' masa depan telah dia canangkan. Sebagai orang tua kami hanya meminta ananda untuk teruslah melakukan pendekatan kepada Allah saja, perbanyak amalan ibadah selain yang wajib, biar Allah beri petunjuk dan bukakan pintu pintu kemudahan kelak. Detaillah berdoa pada Allah, sebutkan apa saja yang diinginkan secara rinci, di dalam hati dan di dalam sujudmu, anakku. 


Selain itu perbanyak jalin silaturahmi dengan ustadzah senior yang ada, dimana pun mereka berada serta tetap aktiflah di grup koordinator Gontor dimana dia ikuti selama ini. InsyaAllah amanah sebagai koordinator selama di pondok dulu, kelak akan memberi manfaat.


Mohon doa dari ayah bunda semuanya atas keinginan ananda kami ini. Semoga Allah mudahkan apa yang telah dia canangkan. Aamiin.



Sebuah asa ananda dan kami selaku ortunya, pagi ini. 

11/02/2021

Tangerang.

Senin, 08 Februari 2021

Tambunsu Bumbu

 Tambunsu


Jumat dan sabtu yang lalu, tiga orang customer kami memesan masing masing 1.5kg tambunsu bumbu. Total 4.5kg tambunsu bumbu ini terkirim. 


Untuk customer yang terbatas oleh jarak dan ongkir yang mahal tambunsu bumbu adalah pilihan terbaik. Hanya tinggal tambahin santan dan siap digulai. Gampang, nggak repot. 


Untuk 1kg Tambunsu Bumbu cukup satu buah kelapa dengan airnya cukup satu gayung buat santannya. Bisa juga menggunakan santan kara, tinggal kekentalannya disesuaikan saja.  


Jika perlu ditambahkan sayur, tinggal pilih apa yang disukai. Biasanya nangka yang cocok untuk gulai tambunsu ini.  Tetapi mau polos juga uenak. Garam dsb tinggal tambah  sesuai selera. 


Dan akhirnya kami berpikir bahwa dengan tambunsu bumbu dari kami ini, para customer bisa memasak gulai tambunsu untuk keluarganya masing masing. Dengan cara olah atau masaknya masing masing. 


Ada customer kami yang mengolah tambunsu bumbu ini dengan menggoreng 'selayang', kemudian dipotong potong menjadi kudapan. Ada juga yang hanya menambahkan air tanpa santan, sehingga menjadi seperti asam padeh. Ada juga yang dibakar, seperti sosis bakar. 


Bahkan yang mesan kemarin dibuat menjadi lontong padang gulai tambunsu. :)


Ternyata, banyak hal yang bisa dilakukan dalam mengolah tambunsu bumbu ini. 


###


Oh ya selain tambunsu bumbu, kami juga siap kirim tunjang bumbu, gajeboh bumbu, cancang bumbu sesuai pesanan customer. Pengolahannya sama dengan dengan tambunsu bumbu di atas. Tinggal tambahin santan dan siap gulai. 


###


Dan minggu lalu juga ada new customer, yang bukan orang sumatra, tetapi suaminya orang Padang. Dia pesan karena ingin (belajar) menghadirkan masakan Kapau buat sang misua. Dengan sedikit tips dari sang Bundo, akhirnya bisa menyajikan masakan uenak buat sang suami. Gulai tambunsu dan gulai tunjang. Dia mendapatkan no kami atas rekomendasi sahabatnya. 


Keren kan? 

#DapurBundoNova memudahkan menyajikan kuliner uenak bagi semua. :) 


###


Dan sehari kemarin kami mengolah lagi tambunsu yang baru, alhamdulillah hari ini sudah ready.


Tambunsu itu lamak bana. Tambunsu itu sehat bana. 

Dan tambunsu kami isinya full telor, tanpa campuran tahu dan tepung. 


#DapurBundoNova 

#KulinerKapauOnline

#LamaknyoTaraso.



Hikmah: Kesempurnaan

 MURID BERTANYA PADA GURUNYA:


"Guru, saya tahu bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna karena hanya manusia yang dikaruniai nafsu, akal dan hati dalam satu tubuh. Yang ingin saya tanyakan, kesempurnaan apalagi yang ada pada manusia?"


Sang guru menjawab:


▶ "Saudaraku, Lihatlah dirimu. Bukankah Allah meletakkan otak lebih tinggi daripada mata? Itu berarti engkau harus lebih banyak berpikir daripada melihat. Berapa banyak ayat yg difirmankan Allah yang menyebutkan bahwa mengapa manusia tidak berpikir, atau menyebutkan bahwa kebesaran Allah hanya dipahami oleh orang yang berakal.


▶ Lihatlah dirimu, mata lebih tinggi daripada telinga. Itu berarti engkau harus lebih banyak melihat daripada mendengar. Bukankah banyak ayat yang difirmankan Allah bahwa banyak manusia yg tidak melihat kebesaran Allah. Atau lihatlah langit apakah engkau melihat ada yg retak?


▶ Lihatlah dirimu. Mulutmu terletak lebih rendah daripada telinga. Itu berarti engkau harus lebih sedikit berbicara, lebih banyak mendengar. 

Karena mulut sbg sumber penyakit, baik fisik maupun hati. 

Lebih baik engkau mendengar nasehat orang atau mendengar lantunan ayat suci. Atau gunakanlah mulutmu untuk mengingat Allah, atau membaca ayat suci, atau untuk saling menasehati.


▶ Itulah sebabnya mengapa kepala berada di posisi paling tinggi, dan nafsu berada di posisi paling rendah. Di antaranya ada hati yang bolak-balik keburukan dan ketakwaan. 

Maka gunakanlah hatimu untuk memahami ayat-ayat Allah jika engkau ingin menjadi hambaNya yang bertakwa. 

Maka manakah yang akan engkau pilih, berjalan tegak dengan kepala di atas, dengan banyak menggunakan akalmu ataukah berjalan dengan kepala sejajar dengan nafsumu, seperti binatang ternak, karena engkau mengutamakan nafsumu daripada akalmu?"


Semoga bermanfaat (CP)

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...