Kamis, 13 Mei 2021

Jajanan Mereka Itu Buku...

Minggu siang, 9 Mai 2021, anak anak minta diantarin ke Bintaro Trade Centre. Dengan satu tujuan, hanya untuk membeli buku buku yang mereka minati untuk memenuhi koleksi mereka. Sudah beberapa hari minta diantarin, tetapi karena kesibukan #dapurbundonova keinginan ini selalu tertunda. Tertunda kadang membuat si bungsu selalu bad mood. Dia selalu nggak sabaran kalo sudah tercetua keinginan untuk membeli buku ini. 


Ada duit yang sudah dia kumpulkan sejak seminggu yang lalu dari saweran abangnya, "palakan halus" ayah dan bundanya dan itu terkumpul Rp. 400.000,-. Uang yang dia pegang itu, yang selalu mengingatkan dia untuk segera ke BTC. Macam macam cara dia bujuk bundanya selama seminggu ini.


Dan menjelang siang ini, setelah selesai masak buat pengiriman sore, segera kami meluncur ke BTC dengan dua motor. Panas yang tak terlalu terik, kami nikmati dalam perjalanan yang tak lebih 5 km jaraknya dari rumah. Hanya sekitar 10-an menit kami sampai.


Saya dan Imam mampir sebentar di BTC, sementara Bunda dan Dhifa langsung ke fresh market Bintaro tempat bude yang menjual buku buku pesanan mereka. Memang sebelumnya sudah ada komunikasi dengan bude tsb tentang buku buku apa yang mereka inginkan. 


Saya dan Imam mampir di "lapak urang awak" yang menjual celana dan baju dengan harga miring. Alhamdulillah buat Imam dapat satu celana hitam buat balik ke pondok nanti. Saya tawarkan dua buah, tetapi dia teguh pendirian cukup hanya satu celana saja. Saya tak bisa lagi memaksa. Saya percaya, dia membeli sesuai dengan kebutuhannya, bukan karena keinginannya. 


Setelah selesai, saya baru menyusul ke Freshmarket menemui sang Bunda dan Dhifa. Di sana Dhifa menambah koleksi buku WHY-nya sebanyak 4 buah, yang harganya Rp. 70.000,- per buku. Dan jika dibandingkan harga di Gramedia sangat signifikan selisihnya. Makanya kami sering ke sini belanja bukunya. 


Setelah menerima empat buah buku tersebut, semua uang ditangannya diserahkan ke bude tersebut, tanpa meminta pendapat kepada sang bundo. Bude yang menerima, tentu kaget, karena uangnya masih banyak lebihannya. 


Ketika bude bilang uangnya banyak banget, Dhifa hanya bilang, "yang penting aku dah dapat bukunya, biar bunda aja yang dapat kembaliannya". Bunda dan Bude hanya tersenyum saja. Anak kami ini memang nggak ngerti duit. Yang ada hanya disimpan saja, tapi belum mengerti tentang harga dan transaksi dalam jual beli. :) 


Dan bersyukur juga bude ini masih ingat dengan Imam, anak kami yang sudah lama tak bertemu. Dulu sering ketemu bude ini, tetapi sejak di Gontor tentu jarang ke sini. Paling sekali setahun ketika libur saja. 


Tak lama dari sini, kami balik ke BTC dan mampir lagi di counter buku bude satunya lagi, yang ditunggui oleh misuanya. Di sini, giliran Imam yang mencari buku buat dirinya. Dia hampir sama seleranya dengan kakaknya. Penggemar buku Tere Liye. Dia sudah beralih ke novel. 



Dan di sini dia memilih empat buah buku Tere Liye, dan dari dia saya tahu bahwa masih banyak koleksi yang belum dia baca. Koleksi kakaknya yang ada di rumah, sudah dibacanya. Bersyukur juga buku buat Imam ini kami belikan sudah diakhir Ramadhan, di saat dia sudah hampir menyelesaikan targetnya khataman al quran untuk ke dua kalinya.


Alhamdulillah, tak lama berselang kami segera pulang, dan di rumah hingga hari ini buku buku ini masih mereka pegang, mereka baca secara bergantian. Selang seling. 


Dengan adanya bacaan ini, durasi mereka memegang HP menjadi berkurang, tak ada lagi rebutan HP.  Yang ada hanya pergantian buku yang mereka baca secara damai. 



Inilah jajajan anak anak kami yang menjadi tradisi selama ini. Merata di antara mereka bertiga. Bahkan mereka lebih memilih jajanan buku ketimbang makan di restoran. Buku buku ini menjadi makanan mereka, makanan otak dan spritual mereka. 


Semoga kelak tradisi ini bisa mereka turunkan ke anak anak mereka kelak. Tradisi Membaca ini semoga berkembang kelak menjadi Tradisi Menulis. Dan saya yakin itu. 


Bagaimana menurut sahabat semuanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...