Kamis, 27 Mei 2021

Back to Gontor, Back to Reality

Alhamdulillah, lepas sudah kebersamaan 50 hari bersama anak bujang kami pada 26 Mai nan lalu. Suatu kebersamaan yang sarat makna dalam liburan akhir tahun ajaran di Gontor. 


Abang Imam siap kembali ke pondok setelah "recharging energy" selama liburan kali ini. Segala cerita di pondok dia curahkan. Kebanggaan dan kedekatan dengan ustadz dia sampaikan. Kebersamaan dan keceriaan di pondok kami dengarkan. Bahkan keinginan dia menjadi mudabbir dan ketua rayon kelak, dia utarakan. 


Bersama dengan adiknya Dhifa tinggal jadi cerita. Abang Imam sekarang ini jauh lebih sabar dibandingkan tahun lalu, saat dimana adiknya selalu saja usil dan cari perhatian dari abangnya ini. Tahun ini walau tanpa kakaknya, Fadhilah Azzahra yang sedang pengabdian di Gontor Putri 7 Pekanbaru tak mengurangi kebersamaan mereka. Apalagi di saat Ramadhan, saat kakaknya bebas menggunakan HP komunikasi mereka lancar. Mereka bisa video call. 


Kakak yang sangat menganyomi adek adeknya saat ini. Suka mendengarkan info tentang Imam dan Dhifa dari bundanya, yang kemudian ternyata dari info ini memberikan nasehat dan saran buat mereka berdua. Suatu komunitas yang berbeda di antara mereka sebelumnya. Arahan kakaknya menjadi acuan. Didengarkan dengan baik.


"Im, baik baik ya di Pondok", pesan kakak sebelum kami sampai di masjid Al Azhom, adalah pesan yang samar samar saya dengar.


#####


Kembali ke Gontor Ponorogo dalam kondisi sekarang ini agak berbeda rasanya bagi Imam. Meskipun tahun lalu juga masih dalam kondisi yang sama. Sama sama dalam kondisi pandemi Covid 19. Namun ada rasa yang berbeda dia rasakan.


Saya merasakan aura ini disebabkan ini adalah masa transisi dia yang sebenarnya menuju dewasa. Dari usia SMP menuju SMA, di saat saya dahulu. Banyak hal yang secara fisik terlihat nyata. Jakunnya sudah jelas terlihat. Ketenangan dalam bersikap, bertutur dan berfikir sudah mulai tertata. Apalagi dalam sikap tubuh nya yang tegap, baik ketika duduk maupun berdiri. Selintas sudah mulai tertarik dengan "muslimah sejati" dalam bahan obrolannya dengan sang bunda, meski kadang kadang ada juga rasa malu malunya kalo saya ikut menimpali obrolan tersebut. 



Tetapi tentang impian dan keinginannya menjadi ustadz pengabdian di Gontor nanti, suatu cerita yang berbeda. Sangat dewasa, menurut saya. Asa untuk tetap melanjutkan studi ke Islamic University of Madinah adalah target utamanya. Entah itu nanti untuk strata S1 maupun S2nya. Ini sesuatu yang luar biasa. Biarlah tulisan ini akan menjadi saksi perjalanannya kelak, di tahun tahun yang akan datang.


#####


Dalam kondisi pandemi saat ini, Gontor adalah salah satu tempat pendidikan terbaik bagi anak anak kami. Gontor adalah segalanya bagi tumbuh kembang mereka secara alami.


Di Gontor lah mereka bisa belajar dengan tatap muka secara langsung dengan para guru mereka, ustdaz - ustadz mereka. Mereka mendapatkan ilmu langsung secara keseluruhan, baik di ruang kelas ataupun di luarnya. Sedari bangun tidur hingga tidur lagi. Mereka menulis dan membaca di ruang kelas maupun kamar mereka. Mereka menghapal dimana mereka suka. Di sana mereka bisa belajar sendiri ataupun belajar kelompok. Inilah realita pendidikan sejatinya bagi mereka, di usia transisi mereka dari anak anak menuju dewasa.



Di Gontor mereka bisa bermain bersama dan olah raga bersama. Dengan teman teman yang sangat banyak. Bermain dan olahraga  bagi mereka bisa dengan yang sebaya, dengan adik kelasnya ataupun kakak kelasnya. Dan jumlah mereka di sini bisa ribuan orang. Jumlah yang sangat tak mungkin bisa ditemukan di sekolah umum lainnya. Tentu dalam suasana seperti ini, secara fisik dan kejiwaan mereka tumbuh maksimal. Mereka paham bagaimana etika bergaul  dan beradaptasi dengan teman sebaya, dengan yang lebih tua dan yang lebih muda. Dan yang paling penting bagaimana bisa membangun kebersamaan dalam segala lapisan usia. Inilah kelak yang akan menjadi ilmu dasar bagi mereka ketika terjun di tengah masyarakat. 


Di Gontor ini banyak klub yang bisa mereka pilih, seperti sepakbola, futsal, basket, beladiri, kaligrafi dsb. Mereka boleh memilih lebih dari satu klub jika mereka mau, sesuai bakat dan keinginan mereka. Tentu dengan semakin banyaknya klub yang dipilih, mereka akan semakin disiplin dalam mengatur waktu. Semakin banyak klub, semakin disiplin dalam mengatur waktu.


Dan saya sangat bangga bahwa Imam telah ikut dalam salah club yang memang saya sarankan sejak dia di terima di Gontor. Dia ikut dalam klub beladiri Darussalam. Saya tekankan pentingnya ilmu beladiri bagi seorang ustadz di masa yang akan datang. Setidaknya tak ada lagi "orang gila" yang macam macam dengan ustadz, seperti banyak kejadian yang ada saat ini. Dan hanya di rezim ini pula "orang gila" yang paling banyak menyerang para ustadz dan alim ulama. Semoga Imam kelak punya kemampuan untuk menjaga diri dan keluarga dari "orang gila", itu saja sudah cukup.


Di Gontor mereka bebas dari ketergantungan handphone, walau tidak kudet juga dalam bidang IT. Dan kondisi saat ini berat bagi orangtua untuk mendisiplinkan anak anaknya dalam menggunakan HP. Berat melepasakan anak dari pengaruh HP, dari kecanduan games maupun dari kecanduan animasi, film yang nggak jelas manfaatnya. Di gontor mereka sibuk dengan buku bukunya, kitab kitab yang wajib mereka baca. Membaca rutin al Quran dan hadist hadist setiap harinya. Uang pulsa biarlah menjadi uang jajan bagi mereka di sana.


Di Gontor mereka berkumpul dari segala pelosok daerah yang ada di nusantara ini. Mereka mengenal karakter masing masing daerah melalui daerah asal teman mereka. Melalui konsulat ataupun rayon mereka yang ada di Gontor. Tentu mereka akan hapal nama nama propinsi yang ada di NKRI ini. Mereka tahu nama nama ibukota Propinsi, bahkan juga DATI II yang ada. Di Gontor mereka akan mengenal Indonesia secara utuh.


#####


Di Gontor adalah realita kita sejatinya bagi mereka. Bagi mereka yang sedang belajar ilmu agama dan ilmu dunia, yang juga belajar tentang tumpah darah Indonesia. Semuanya akan menjadi bekal hidup kelak di kemudian hari. 


Ukhuwah mereka sebagai anak bangsa akan terbentuk dengan kuatnya. Kemampuan bahasa Arab dan English dalam keseharian mereka di pondok akan menjadi jembatan untuk mengembara di seluruh dunia di suatu masa nantinya.


So di Gontor adalah realitanya kehidupan kita. Segala persoalan akan selesai di jalan yang ALLAH sukai, dengan asas musyawarah mufakat, bukan dengan pencitraan ataupun kebohongan.


Bintaro, 27/05/2021

2.50 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...