Teh Talua Tapai
Alhamdulillah, bada maghrib tadi disempatkan juga membuat teh telor tapai dengan bahan yang ada di rumah. Suasana hujan dan dingin sangat mendukung pelepas "taragak" akan minuman khas ranah minang ini.
Ada telor ayam dan tapai sudah cukup untuk memulainya. Kebetulan beberapa hari yang lalu sudah membuat juga teh talua dan kopi talua juga, tetapi rasanya belum memuaskan. Biasa biasa saja rasanya. Hehehee.
Satu kuning telor dimasukan ke dalam gelas, ditambahin satu setengah sendok makan gula pasir, kemudian saya mixer beberapa saat hingga warnanya berubah dari kuning menjadi agak putih. Itu sudah cukup menjadi tanda bahwa adonan tersebut sudah mengembang.
Satu sendok makan lebih sedikit, tapai yang warnanya kuning dan manis itu saya ditambahkan ke dalam adonan gula dan kuning telor tadi, kemudian dikocok lagi dengan mixer. Setelah dirasa cukup homogen, teksturnya sudah kelihatan halus, mixer saya matikan. Sisa yang ada di mixer, saya colek sedikit dengan tangan dan saya icip, wow rasanya mantap banget. Akhirnya yang ada di mixer tersebut bersih. Licin.
Lamak bana. Ini saja sudah membuat saya puas.
Seduhan teh tubruk dari jawa, yang kami lupa merknya, yang telah mendidih saya tuangkan ke dalam gelas yang berisi adonan tadi. Meskipun warna nggak begitu pekat, tak apalah, karena memang itu yang ada di rumah saat ini, sudah lebih dari cukup. Lagian ini baru "trial", masih uji coba.
Setelah teh mendidih tadi memenuhi gelas, saya videokan bagaimana proses yang terjadi di dalam gelas. Setelah itu baru saya aduk, biar merata panas yang ada di dalamnya, sehingga tidak ada gumpalan gumpalan di dinding gelas.
https://youtube.com/shorts/mlS157mdssM?feature=share
Rasa penasaran dengan "layer" atau lenggek teh talua yang selama ini saya lihat, akhirnya saya tambahkan juga susu kental manis, sedikit saja. Beda dengan yang ada di kadai teh talua yang biasa saya nikmati, biasanya ketebalan SKM ini sekitar 1 - 2 cm. Namun yang inj, SKM yang saya tambahkan tak sampai segitu karena saya yakin dari gula dan manisnya tapai sudah mencukupi.
Dari tiap adukan teh talua tapai ini, saya nikmati aroma yang keluar. Daaaaaan ternyata aroma tapainya menyeruak memenuhi rongga rongga hidung saya, menggetarkan nafsu saya untuk segera menikmati teguk demi teguk.
Saya hirup perlahan bagian teratas dari teh talua tapai ini. Busanya. Begitu nikmat, begitu halus dan begitu lamaknya. Asli top banget. Bukan saya promosi ya. Ini benar benar suatu kenikmatan yang ada, nyata. Bukan polesan cerita, apalagi pencitraan. Sabana lamak, man.
Saya aduk lagi, saya nikmati dengan meneguk teh talua ini bagian tengahnya. Dan ternyata sama. Nikmatnya meskipun masih panas. Perlahan saya meminumnya. Menikmati tiap rasa yang ada, setiap teguknya.
Setengah gelas habis dan ternyata adzan isya berkumandang. Saya segera berwudhu dan meninggalkan rumah sejenak menuju mesjid.
Lepas sholat, sampai di rumah, ketika pintu dibuka mata saya tertuju pada teh talua tapai yang tersisa. Saya perhatikan sekilas, warnanya tetap homogen. Tidak ada perbedaan warna ataupun "layer"nya. Saya puas.
Lepas menarok sajadah dan kopiah, saya nikmati lagi teh talua tapai ini, sambil mendengar obrolan sang Bundo dengan anak gadisnya yang ada di Pekanbaru. Sekali kali saya ikut nimbrung ataupun menimpali pembicaraan mereka, melalui speaker HP yang sengaja diperdengarkan oleh Nova.
Alhamdulillah, sekali ini saya puas sekali dengan teh talua tapai olahan tangan sendiri. Ada kebanggaan tersendiri dan itu sangat berbeda dengan teh talua dan kopi talua, beberapa hari lalu yang saya buat. Formulasinya dapat, cara membuatnya masih ingat.
Dan untuk yang satu ini sudah terbayang bagi saya "Kadai Teh Talau Jeje" di tanah rantau ini. :) :)
Parung Serab Ciledug, 19/05/2021
20.50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar