Oleh : Yunahar Ilyas
Sulaiman dan Burung Hud-hud
Sebagai Raja sekaligus Panglima Perang, pada suatu hari Nabi Sulaiman AS memeriksa pasukannya, termasuk pasukan burung. Dalam barisan burung beliau tidak menemukan Hud-hud. Tidak ada yang dapat melaporkan di mana keberadaan Hud-hud waktu itu. Sulaiman mengancam, jika nanti Hud-hud datang, tidak dapat mengemukakan alasan yang kuat kenapa dia tidak hadir dalam barisan pasukan, maka Sulaiman akan menjatuhkan hukuman yang berat kepada burung itu. Hud-hud dapat dijatuhi hukuman mati yaitu disembelih. Allah SWT berfirman:
وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ٢٠ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ٢١
“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (Q.S. An-Naml 27: 20-21)
Dalam segala hal kedisiplinan sangat penting, apalagi dalam dunia militer. Jika pasukan dikumpulkan tidak ada yang boleh terlambat, apalagi absen. Perajurit yang indisipliner tentu akan dihukum. Hal itulah yang diterapkan oleh Sulaiman kepada seluruh anggota pasukannya, baik manusia, jin maupun burung seperti Hud-hud.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Hud-hud dan segera melaporkan temuannya. Allah SWT berfirman:
فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ بِنَبَإٖ يَقِينٍ ٢٢ إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ٢٣ وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ٢٤ أَلَّاۤ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ ٢٥ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ ٢٦
“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang besar”. (Q.S.An-Naml 27: 22-26)
Sungguh menarik apa yang dilaporkan oleh Hud-hud. Rupanya burung itu sudah terbang sangat jauh sekali sampai ke negeri Saba’ dekat bendungan Ma’arib Yaman, dekat Shan’a sekarang ini. Diperkirakan jarak antara Palestina pusat kerajaan Sulaiman dan Yaman lebih kurang 2400 km. Hud-hud tidak hanya sekadar terbang jauh mencari makan, atau hanya sekadar terbang untuk bersenang-senang. Tidak. Tetapi dia juga memperhatikan keadaan dan mengamati lingkungan, seraya melihat-lihat kalau ada sesuatu yang penting dilaporkan kepada Nabi Sulaiman, Raja dan Panglimanya. Apa yang ditemukan oleh Hud-hud?
Hud-hud menemukan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang perempuan. Kerajaan itu cukup besar dan makmur. Sang Ratu duduk di atas sebuah singgasana yang besar. Sayangnya Ratu dan penduduk kerajaan itu tidak menyembah Allah SWT, tapi menyembah matahari. Kerajaan yang dimaksud oleh Hud-hud adalah Kerajaan Saba’ di Yaman yang dipimpin oleh seorang Ratu yang disebut Ratu Saba’ (Queen of Sheba), Namanya Balqis, biasa juga disebut Ratu Balqis.
Saba’ adalah ibu kota Kerajaan Saba’ didirikan oleh Saba’ ibn Yasyjub ibn Ya’rub ibn Qahthan tahun 955 SM di Yaman. Nama kota dan sekaligus nama kerajaan diambilkan dari nama pendirinya yaitu Saba’ ibn Yasyjub itu. Kaum Saba’ dikenal dalam sejarah dengan perdagangan dan pertanian mereka. Perniagaan mereka maju karena daerah Yaman merupakan sebuah mata rantai perniagaan yang menghubungkan kawasan timur dengan kawasan barat. Kaum Saba’ memegang peranan yang besar dalam melancarkan perniagaan itu. Di samping perniagaan negeri Saba’ juga terkenal dengan hasil pertaniannya. Raja-raja negeri Saba’ membangun bendungan-bendungan air, diantaranya bendungan raksasa di kota Ma’rib yang dikenal dengan Bendungan Ma’rib. Dengan adanya bendungan ini kaum Saba’ dapat mengadakan irigasi yang teratur, sehingga derah Yaman menjadi subur dan paroduktif. (Al-Qur’an dan Tafsirnya, VII: 195)
Nabi Sulaiman tidak percaya begitu saja dengan laporan prajuritnya. Beliau menguji kebenaran laporan Hud-hud dengan menyuruhnya mengantarkan sebuah surat kepada penguasa negeri itu. Setelah menjatuhkan surat itu di istana Ratu Saba’, Hud-hud diperintahkan untuk mengamati apa respon mereka. Allah SWT berfirman:
۞قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٢٧ ٱذۡهَب بِّكِتَٰبِي هَٰذَا فَأَلۡقِهۡ إِلَيۡهِمۡ ثُمَّ تَوَلَّ عَنۡهُمۡ فَٱنظُرۡ مَاذَا يَرۡجِعُونَ ٢٨
“Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan” ((Q.S.An-Naml 27: 27-28))
Sulaiman dan Ratu Balqis
Maka terbanglah kembali Hud-hud ke negeri Saba’ mengantarkan surat Sang Raja yang juga Nabiyullah. Setelah surat itu dilemparkan ke istana Ratu Balqis, Hud-hud bersembunyi sambil mengamati apa yang akan dilakukan oleh Ratu Balqis dan para pembesar kerajaan.
Setelah surat itu sampai ke tangan Ratu Balqis, segera dia kumpulkan para pembesar kerajaan untuk berunding apa yang harus mereka lakukan untuk merespon surat dari Sulaiman tersebut. Allah SWT berfirman:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ ٢٩ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ ٣٠ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ ٣١
“Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bbahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. An-Naml 27: 29-31)
Setelah para pembesar kerajaan berkumpul, Sang Ratu membacakan isi surat Nabi Sulaiman yang baru saja diterimanya. (bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar