Rabu, 27 Mei 2020

Alumni Gontor di 5 Benua Bercerita

Alumni Gontor di 5 Benua Bercerita

Selama hampir 7 jam, saya mengikuti acara Tajammuk Pendidikan. 

Saya tertarik mengikuti acara yang diselenggaraan oleh Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) itu, sebab saya mendapat amanah menjadi pengurus 4 yayasan. Semuanya mengelola lembaga pendidikan, pesantren. Salah satu yayasan, merintis Pesantren Internasional.

Sebagai penyelenggara sekaligus pengelola pendidikan Islam, saya harus belajar dari lembaga pendidikan yang sudah sukses. Selama ini, sudah puluhan lembaga pendidikan di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur saya kunjungi.

Oleh sebab itu, ketika saya mengetahui acara bertemakan "From Pesantren to The World", saya langsung meluangkan waktu dan mengosongkan pikiran untuk menyerap succes story Pesantren Modern Gontor yang hampir 100 tahun.

Selesai mengimami sholat berjamaah bersama keluarga, saya langsung mengklik link Channel Youtube "Tazakka TV". Acara mulai pukul 19.00 WIB.

Kiai Anang Rikza Masyhadi memoderatori acara di Zoom Meeting dan live di Youtube itu. Kakak Anizar Masyhadi dan Anisia Kumala Masyhadi itu mempersilahkan Prof. Amal Fathullah Zarkasyi. 

Sang Profesor menjelaskan 4 jenis pendidikan, pendidikan holistik Gontor dan menceritakan para alumninya yang sukses berkiprah di tingkat internasional, meskipun tidak kuliah di luar negeri. Diantaranya Prof. Muh. Habib Chirzin, KH. Hasyim Muzadi, AM. Fachir, dan yang lainnya.

Artinya, menurut beliau, bekal dari Gontor sebenarnya sudah mampu, membuat alumni Gontor bergaul tingkat internasional, apalagi melanjutkan kuliah di manca negara.

Setelah itu, Kiai Anang mempersilahkan hampir 40 alumni Gontor yang kuliah di 23 negara untuk bercerita tentang pengalaman mereka menimba ilmu di 5 benua.

Diantara alumni Gontor bercerita, ada beberapa orang saya kenal, bahkan sering bertemu waktu di Mesir, termasuk Sang Moderator, Kiai Anang.

Sangat menarik adalah para alumni Gontor itu sepakat bahwa mereka sangat terkesan dengan pendidikan di Gontor dan Gontor menjadi wasilah mereka bisa belajar di penjuru dunia.

Semakin menarik ketika Doktor Hamid Fahmi Zarkasyi mengemukakan 1000 Gontor dan tantangan kepada alumni untuk menulis 100 judul buku untuk merayakan 100 tahun Gontor. Menurutnya, Gontor memiliki super sistim dan ini belum diteorikan, alias belum ditulis secara lengkap.

Di penghujung acara--saya melihat jarum jam pukul 01.35 WIB, Pimpinan Pesantren Modern Tazakka - Batang, Kiai Anang, itu memberikan kesimpulan:

1. Gontor memiliki learning habits. 

Di Gontor, baik kiai maupun santri mencintai ilmu. Kecintaan inilah membuat mereka siap belajar, di mana dan kapan saja. Bahkan 24 jam dalam satu hari, semuanya sebagai proses belajar.

Gontor tidak hanya transfer ilmu, melainkan mengajarkan cara belajar. Gontor memberikan kunci ilmu, agar para santrinya mampu membuka pintu gudang ilmu.

Kebiasaan belajar ini, membuat para santri merasa malu, ketika berjalan tidak menenteng buku.

2. Gontor merancang mimpi.

Dari cerita para alumni Gontor itu, saya menangkap sosok Tri Murti yang memang visioner. Mereka memiliki mimpi, atau cita-cita.

Mimpi inilah yang membuat Gontor menjadi lembaga pendidikan alternatif di abad 20 dan di abad 21 ini Gontor memberikan UNIDA bukan hanya untuk Indonesia, melainkan untuk dunia. UNIDA ini adalah mimpi bersama keluarga besar Gontor.

Cara berpikir 5, 10, 25, dan 100 tahun Tri Murti dan para Kiai Gontor itu diturunkan kepada santri melalui mahfuzot, taushiyah, dan obrolan sehari-hari, bahkan lewat nama bangunan.

3. Gontor membangun international competent.

Gontor lahir terinspirasi dari lembaga pendidikan internasional, Al-Azhar Mesir dan Aligarh India. Oleh sebab itu, wajar apabila pendiri Gontor memiliki wawasan global dan berupaya menjadikan Gontor mendunia dan santrinya memiliki kompetensi internasional.

4. Gontor membekali santri bahasa asing: Arab dan Inggris.

Mendengarkan alumni Gontor yang menimba ilmu di 23 manca negara --diantaranya: Australia, Jerman, Prancis, UK, Mesir, Amerika, China, Spanyol, Belgia, Madinah, Jepang, India, Rusia, Belanda, Pakistan, Tunisia, Sudan, Malaysia, Brunai, dst-- bercerita, saya menangkap memang keahlian berbahasa asing itu disiapkan bukan sekedar tren, melainkan alat agar para santri untuk berkiprah di tingkat internasional.

5. Gontor memiliki etos gerak.

Alumni Gontor itu bercerita bahwa selama mereka menjadi santri tidak ada waktu sia-sia, melainkan penuh kesibukan dan produktif.

Etos kerja itulah yang membuat santri dan alumni Gontor berbeda dari yang lainnya. Mereka bergerak dan menggerakan.

6. Gontor membekali santri dengan leadership.

Sampai detik ini, kekhasan Gontor ini masih dipertahankan. Santri dilatih siap dipimpin dan memimpin.

Gontor memiliki sistim kepemimpinan tersendiri. Ini sangat membekas di jiwa para santri.

7. Gontor melahirkan social capital.

Kiai Anang, mengatakan bahwa 6 hal sebelummya melahirkan trust, sehingga alumni Gontor banyak mendapatkan beasiswa.

Namun saya melihat, bukan hanya trust saja, melainkan mereka memiliki modal sosial berupa jejaring luar biasa. Ini terbukti dengan berdirinya IKPM di berbagai daerah, FPAG, dan acara Tajammuk Pendidikan ini sebagai bukti bahwa alumni Gontor berjejaring.

Itulah secuil catatan saya terhadap acara teman-teman Gontor. Saya bukan alumnus Gontor, tetapi sering bergaul dengan alumni Gontor.

Dan saya berbahagia, umat Islam dan bangsa Indonesia memiliki lembaga pendidikan seperti Gontor, sehingga saya mengamini harapan Dr. Din Syamsudin bahwa suatu saat Indonesia menjadi poros ulama global dan memimpin peradaban dunia.

Semoga!

Garut, 27 Mei 2020

Udo Yamin Majdi

===
#TajammukPendidikan
#BerguruKepadaGontor
#AlumniBercerita
#PendidikanHolistik

Tulisan Udo Yamin Majdi diatas saya lengkapi dengan video berikut: 
https://youtu.be/15NiaNpzUCk

Senin, 25 Mei 2020

Rumah 5M

Rumah 5M 
By: *Hendra Farma Johar* 
CEO Kimia Farma @KSA
Alumni HMI Sumbar

Selama ini pola kehidupan kita disibukan oleh urusan pekerjaan yang banyak. Misalnya bagi yang tinggal di kota2 besar seperti Jakarta. 

Selarsa setelah sholat Subuh di Masjid, kita bergegas menuju ranah pekerjaan tuk memenuhi kebutuhan dasar dan intelektual. Menjelang tengah malam, saat embun beranjak turun, baru sampai di Rumah. Dan hanya menemukan raga-raga lelah yang telah terlelap. Dengan rasa penat yang menusuk, tubuh minta jatah untuk diisitrahatkan dan kadang lupa untuk mandi atau sekedar membasuh badan.

Covid 19 seakan menelanjangi kita, ia tersenyum melihat kehidupan mahkluk yang sempurna itu. Terpana melihat kesibukan yang seakan menggenggam dunia. Covid seakan menyentil kita yang selama ini mengabaikan peran Rumah. Sehingga dengan lembut namun sangar Covid sampaikan agar kalian di #RumahSaja.

Sebagai umat beragama tentu kita sepakat bahwa covid 19 ini punya makna dalam keseharian kita. Salah satu peran penting saat ini adalah Fungsi Rumah.

Kita bisa melihat ada 5 Fungsi Rumah saat ini dan tidak tertutup kemungkinan menjadi fungsi masa yang akan datang. Fungsi tersebut adalah :

1. Maskan (Tempat Tinggal)

Inilah fungsi rumah yang selama ini digunakan. Tentu kita telah men setting tempat ini sebaik mungkin, sehingga fungsi Rumah sesuai dengan kebutuhan tempat tinggal.

2. Madrasyah (Sekolah)

Saat ini anak2 bersekolah di Rumah. Situasi yang melibatkan 3 pilar utama dalam pendidikan. Orang Tua, Anak dan Guru. Selama ini kita abai tentang pendidikan anak2. Karena kesibukan, hak-hak mereka jadi terkesampingkan. Namun fungsi rumah sebagai sekolah telah kita aktifkan kembali, agar pendidikan ananda sesuai dan dapat diverifikasi. Kita telah menjadikan rumah sebagai basis pembentukan karakter ananda ke depan, dengan kita sebagai orang tua yang menjadi Roll Modelnya.

3. Maktab (Kantor)

Work from Home menjadi keharusan yang kita jalani. Betapa bekerja dari rumah dan bekerja di rumah adalah situasi ideal. Kita bisa melakukan proses bisnis di tempat yang paling vital dalam hidup. Kita bisa bahu membahu dan saling menolong dengan pasangan kita dan anggota keluarga lainnya. Sungguh suasana yang ideal untuk sebuah Rumah Tangga. Awalnya tentu merasa canggung. Namun pelan namun pasti kondisi ini akan menciptakan pola kerja baru dengan hasil lebih optimal.

4. Mushollah (Tempat Sholat)

Biasanya saat adzan berkumandang, langkah kita bergegas menuju Masjid. Sholat 5 waktu berjamaah telah menjadi kebutuhan kita. Tidak lupa berdzikir, berdoa dan membaca AlQuran setelah menunaikan sholat. Namun saat ini kebiasaan itu kita alihkan ke Rumah. Baru kita sadar ternyata anggota keluarga di rumah masih belum sempurnah menjalaninya. Atau bacaan AlQuran kita yang masih perlu dikoreksi, bahkan hafalan Quran kita yang tak beranjak dari juz amma. Hari ini, rumah telah kita fungsikan sebagai tempat Sholat sebagai tiang agama.

5. Motivation Centre (Pusat Penyemangat)

Sungguh rumah adalah tempat pendidikan dasar bagi anggota keluarga untuk menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya. Tak salah kita katakan rumah adalah awal dari pembentukan karakter suatu bangsa. Kita sebagai Bos nya keluarga tentu telah mempunyai standar yang tinggi dan benar untuk anggota keluarga kita. Punya anak2 yang sholeh dan sholehah, istri yang sholehah dan keluarga Sakinah Mawwadah Warrahmah tentu menjadi impian kita semua. Saat ini untuk membentuk karakter Insan Cita


itu dan memotivasi seisi rumah wajib kita fungsikan kembali, setelah bertahun lamanya tak dimanfaatkan.

Maskan, Madrasyah, Maktab, Mushollah dan Motivation Centre adalah fungsi Rumah yang telah dan akan kita fungsikan. Covid 19 seakan mengajarkan kita akan pentingnya fungsi rumah. Dapat kita lihat dalam 2 bulan terakir ini telah lahir Hafidz/Hafidzah baru, Imam2 Sholat baru, para pembaca AlQuran baru bahkan Imam dan Khatib Sholat Idul Fitri baru. Mungkin sebagian besar dari kita untuk pertama kalinya menjadi Imam dan Khatib Sholat Ied yang tentu berharap berlanjut menjadi Imam dan Khatib tahun depan tetapi di Lapangan.☺️

والله أعلم بالصواب 

Selamat Idul Fitri Spesial
Salam hormat untuk para Imam dan Khatib Idul Fitri, ternyata KITA BISA...

Kamis, 21 Mei 2020

Hikmah: Kisah Nyata Seorang Ibu

Dapat tulisan dibawah ini dari WAG, yang sangat baik dibaca dan direnungi tentang seorang ibu. Yang katanya sebuah kisah nyata. 

#####

Seorang ibu tua menceritakan pengalamannya. 

Aku memiliki tiga orang anak laki-laki, semuanya sudah menikah. 

Suatu kali aku menziarahi anakku yang paling tua. Tujuanku pada waktu itu ingin menginap di rumahnya bersama keluarganya. 

Di pagi hari aku meminta kepada istrinya air untuk berwudhu'. Lalu aku bewudhu' kemudian shalat. Air lebih wudhu'ku aku tumpahkan ke atas kasur tempat tidurku semalam. 

Ketika ia datang mengantarkan sarapan pagi aku berkata kepadanya, "Ananda, beginilah kondisi kalau sudah tua. Semalam aku ngompol di atas kasur". 

Dengan spontan ia emosi dan marah. Aku mendengar kalimat kasar, pedas dan jelek meluncur tanpa rem dari mulutnya. Kemudian ia memerintahkanku untuk mencuci dan mengeringkannya kembali. Ia juga mengancamku agar tidak melakukan itu lagi, kalau tidak..... awas! 

Aku tahan kemarahanku, aku bersihkan tempat tidur itu dan aku keringkan kembali. 

Hari selanjutnya aku pergi ke rumah anakku yang kedua. Di sana aku juga melakukan hal yang sama. 

Meledak marah istrinya dan ia memperlakukan ku seperti yang dilakukan oleh istri anakku yang pertama. Bahkan ia melaporkan ku kepada suaminya. Anakku diam saja,  tidak memarahi istrinya dan tidak membelaku, ibunya. 

Setelah itu aku memutuskan untuk meninggalkan mereka, dan selanjutnya aku pergi ke rumah anak bungsuku. 

Di rumah itu aku juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan di rumah dua orang saudaranya. 

Ketika istrinya datang mengantarkan sarapan pagi, aku beri tahu dia bahwa aku semalam ngompol di atas tempat tidur. 

Sambil tersenyum ramah ia berkata,: 
*"Tidak apa-apa, ibu. Ini keadaan orang sudah tua. Dulu berapa sering kami ngompol di pangkuan ibu ketika kami masih kecil".*

Kemudian ia bersihkan tempat tidur itu, ia keringkan dan ia beri wewangian. 

Siang harinya aku berkata kepadanya, _"Aku punya seorang teman. Ia minta belikan perhiasan emas kepadaku, tapi aku tidak tahu ukurannya seberapa. Orangnya persis sebesarmu ini. Tolong berikan kepadaku ukuran tanganmu"._

Setelah mendapatkan ukuran yang ia inginkan, orang tua itu pergi ke pasar membeli perhiasan emas yang banyak karena ia punya harta melimpah. 

Kemudian ia undang seluruh anak dan menantunya untuk datang ke rumahnya. Ia keluarkan seluruh perhiasan yang sudah ia beli lalu ia ceritakan perihal sebenarnya bahwa ia sengaja menumpahkan air di atas tempat tidur. Tidak ada ia ngompol waktu tidur. 

Ia panggil istri anaknya yang paling kecil, lalu ia pasangkan perhiasan itu kepadanya. Ia berkata,: 
*"Inilah anakku tempat aku bersandar nanti ketika aku sudah semakin tua. Aku akan menghabiskan sisa-sisa umurku bersamanya".*

Hampir saja dua orang istri anaknya yang pertama dan kedua pingsan menahan malu dan sesal. 

Selanjutnya ibu itu berkata kepada anak-anaknya,: 
*"Seperti inilah nanti perlakuan anak-anak kalian kepada kalian ketika kalian sudah tua. Bersiap-siaplah untuk menyesal pada hari itu sebagaimana menyesalnya aku atas letihnya aku mengasuh kalian waktu kecil."*

Kecuali adik kalian ini. Ia akan hidup bahagia dan akan menemui Tuhannya dalam keadaan gembira. Kalian berdua tidak mendapatkan hal seperti ini dari istri-istri kalian karena kalian tidak mendidik mereka tentang harga seorang ibu". 

*رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا*
_______________________

Salam Hangat
 Ramadhan 1441 H

Selasa, 19 Mei 2020

Lelaki di Tepi Kubur



“Assalamualaikum, Bu,” ucapnya pelan. Nada merendah karenanya. 

“Maaf ... Adam baru sempat jenguk, Ibu,” lirihnya. Napasnya tersengal, tangis pun akhirnya pecah!

“Ibu apa kabar? Adam ada kabar gembira buat, Ibu.”

Setengah tawa bercampur tangis. Mata yang sayu mulai berembun. Semua karenanya.

Lelaki kecil bernama Adam, tersendu pilu memeluk kedua lututnya. 

“Maaf ...,” lirihnya tertahan. Air matanya kian berlinang.

“Aaa ... Adam ... Adam.” Sesak! Dadanya kian bergemuruh.

“Adam puasanya lancar, Bu. Hiks ... hiks.”

Adam, anak yang malang. 

“Semua teman Adam di kasih hadiah, Bu,” lirihnya, seiring dengan tangan mengusap wajahnya. 

“Adam istimewa ya, Bu? Kata Nenek, Adam spesial di mata Allah.” 

Ia curahkan semua kepada ibunya. Entah dengan sang ibu. Apakah ia mendengarnya? 

“Adam sudah berubah, Bu. Tidak lagi ngerepotin Nenek. Nenek bilang baju Adam masih bagus semua. Makanya Adam nggak beli.”

Tersenyum getir. Padahal, hatinya bergetar.

“Kalo Ibu gimana? Apakah Allah memberikan baju baru? Kalau iya, Adam mau menyusul Ibu.”

Tak ada tisu untuk mengusap. Yang ada, hanya tangan kumal yang setia menghapus air matanya.

Adam berbalik. Menghadap nisan di sebelahnya.

“Assalamualaikum, Ayah.”

Ia bershikan rerumputan yang mulai tumbuh di nisan ayahnya. 

“Maafkan Adam, Yah. Adam belum bisa menjalankan amanat yang Ayah berikan. Adam masih saja cengeng, terus mengeluh. Padahal, Ayah melarang itu semua.”

Hanya bisa menangis! Untuk berhenti pun ia tak mampu.

“Adam rindu, Yah. Rindu bermain sama Ayah. Kapan bisa diulang? Adam tidak pengen sepeda beroda ... yang Adam mau hanya pundak Ayah yang bisa membuat Adam tertawa.”

Rintik hujan mulai terasa. Awan hitam mulai terlihat.

“Adam pulang dulu, ya. Minal Aidin Wal Faidzin. Adam sayang Ayah dan Ibu.”

Setelahnya, lelaki itu pulang dengan sejuta kerinduan.

Tak ada kata yang mewakili rasa selain do'a. Semoga ayah ibu, bahagia di surganya. 

"Jika kamu masih memiliki sayap yang utuh. Jaga, dan sayangi. Jangan sampai kamu membuat keduanya menangis, kecuali tangis bahagia karena mu"

https://www.facebook.com/103102719727994/posts/3170850336286535/

Jumat, 08 Mei 2020

Kisah Tikus Karung dan Islam

Sebuah tulisan yang saya dapatkan dari WAG Kahmi Forever 5, yang sangat sayang dilewatkan begitu saja. Makanya saya simpan buat koleksi bacaan yang bermanfaat di blog ini. 

Selamat membaca... 

#####

Oleh : Anton Permana.

Seorang Profesor asal Perancis sedang melakukan penelitian arkeologi tentang Piramida tua di Mesir. Dalam perjalanan dirinya dari lokasi Piramida menuju Kairo, Profesor ini sengaja naik kereta api agar bisa relaks dan menikmati alam Mesir yang begitu eksotil dan sakral akan peninggalan peradaban tertua di dunia ini. 

Diatas kereta api, Profesor kebetulan satu tempat duduk bersama seorang pria tua yang kebetulan membawa satu buntal karung. Awalnya Profesor tak begitu peduli dengan pria tersebut. Namun, ada yang ganjal dilihat ilmuwan ini dari tingkah laku pria ini selama dalam perjalanan. Yaitu setiap lima atau sepuluh menit, pria ini menendang-nendang buntalan karungnya itu sambil menggoyang-goyang karung tersebut berulang kali.

Namanya ilmuwan yang haus akan ilmu pengetahuan. Akhirnya Profesor yang penasaran ini bertanya kepada pria tersebut.

Profesor : “Kalau saya boleh bertanya, benda apa yang anda bawa didalam karung itu ?”

Pria tua : “Ohh itu adalah kumpulan tikus yang ada di ladang gandum saya”.

Profesor : (Dengan mimik semakin heran dan penasaran). “Untuk kegunaan apa tikus itu jauh-jauh anda bawa dan untuk siapa?”

Pria tua : “Tikus ini ada yang order buat laboratorium pemerintah untuk sebuah penelitian. Saya mau mengantarkannya langsung. Dan ini sudah biasa saya lakukan dalam beberapa tahun ini “.

Profesor : (Sambil manggut-manggut). “Lalu kenapa anda selalu menendang tikus itu dan menggoyang-goyang karungnya setiap saat ?”. 

Pria tua : “Kalau itu adalah tradisi kami sejak dulu di ladang. Saya menendang dan menggoyang-goyang tikus itu agar tikus itu selalu sibuk dan ribut antar sesama dia di dalam karung. Karena, kalau mereka tenang-tenang saja tanpa diganggu, maka tikus itu bisa menggigit dan mengoyak karung ini dengan gigi dan kukunya yang tajam.

Makanya saya goyang dan tendang terus karung ini supaya tikus-tikus ini lupa kalau mereka sebenarnya punya senjata, punya kekuatan untuk melepaskan diri dari karung ini”. (Jawab pria tua itu santai).

Profesor : “Ohh begitu ternyata. (Jawab Profesor ini baru paham dan mengerti).

Apa yang bisa kita ambil pesan dan informasi dari cerita di atas ? Begitulah kira-kira yang terjadi terhadap ummat Islam hari ini khususnya di Indonesia.

Hampir setiap saat kita disibukkan oleh prilaku dan berita-berita yang memancing emosi kita sebagai muslim. Belum lama, kita dihebohkan dengan wanita yang bawa anjing kedalam masjid. Ributlah semuanya sampai lapor ke kantor polisi. Tapi akhirnya wanita itu dilepas karena stress sesuai keterangan polisi.

Sesudahnya statemen statemen para menteri yang nyeleneh seakan melecehkan ummat Islam. Yang mengkaitkan cadar, celana cingkrang dengan radikalisme. Adalagi tuduhan provinsi radikal, belum usai muncul ungkapan ajaran Nabi haram diterapkan.

Baru-baru ini adalagi insiden nasi anjing yang dibagikan kelompok minoritas kepada komunitas muslim di Jakarta. Belum usai, datang lagi pembagian sembako berisikan sampah. Habis ini entah apalagi yang terjadi dimana ujung semua itu adalah penghinaan, pelecehan, kesewenang-wenangan terhadap Islam di negeri ini.

Berkaca dari cerita pembuka yang sudah disampaikan di awal tulisan. Barulah kita paham dan mengerti, ternyata apa yang terjadi terhadap ummat Islam Indonesia hari ini bukanlah natural atau kejadian bisa-biasa saja.

Ada semacam upaya sistematis agar kita ummat Islam ini dibuat sibuk, marah, ribut, dan tidak tenang antara satu sama yang lainnya. Emosi kita diaduk-aduk, antara geram dan sakit hati. Jumlah kita yang mayoritas di negeri ini seolah tak dianggap apa-apa bak buih di lautan.

Dengan membaca kisah di awal tulisan itulah, baru kita paham bahwa semua itu adalah “by design”. Segala bentuk tindakan provokasi yang sengaja mengobok-ngobok peribadatan dan simbol Islam semuanya itu ada yang menciptakan, ada yang menggerakkan, dan ada yang mengkoordinir.

Tujuannya apa ? Agar kita semua ummat Islam lengah, sibuk, dan ribut antar sesama. Energi kita habis hanya untuk masalah yang memang sengaja mereka ciptakan. Hingga kita lupa, bahwa ada agenda lebih besar yang seharusnya bisa kita lakukan.

Seharusnya banyak hal yang bisa ummat Islam lakukan untuk negeri ini. Skenario provokasi itulah yang membuat kita semua lupa, bahwa ummat Islam Indonesia sebenarnya punya segalanya. Punya kekuatan, punya peluang, potensi, dan kendali yang luar biasa terhadap negeri ini.

Indonesia ini lahir karena ummat Islam. Suka atau tidak suka. Indonesia ini masih damai dan tentram hari ini karena penduduknya mayoritas Islam. Ada Islam yang menyatukan hati rakyatnya. Indonesia ini bisa bersatu sampai hari ini karena mayoritas penduduknya Islam.

Jika saja secara serempak ummat Islam ini berhenti berbelanja, maka langsung lumpuhlah ekonomi nasional. Kwik Kian Gie juga pernah memberi ide, 5.000 trilyun tabungan seluruh rakyat Indonesia di semua Bank yang ada di Indonesia, seandainya ditarik saja 10 persen (rush money), bisa membuat kolaps bank-bank Indonesia. Mogok saja seluruh Ummat Islam tidak bayar pajak, tidak bayar PLN dan tagihan air, bisa lumpuh BUMN negara. Kompak bersatu ummat Islam dalam setiap pemilu dan Pilkada, ummat Islamlah penentu politik hari ini. Buktinya dana haji pun akhirnya penyelamat bagi keuangan negara, walau entah kemana distribusinya saat ini.

Namun sayang, ummat Islam Indonesia sangat mudah dipancing, diprovokasi, diadu-domba, dipecah belah, bahkan dibuat untuk saling cakar dan menjatuhkan antar sesama.

Padahal segala kekuatan, ada pada ummat Islam. Namun pikiran dan fokus agenda kita dijauhkan dari itu semua. Bayangan akan sebuah kebangkitan pun mereka kubur melalui tayangan-tayangan, informasi, sejarah-sejarang telah mereka manipulasi. Kalau adapun kelompok yang bergerak dan berjuang, itupun hanya dari kelompok yang sedikit dan marginal.

Ormas besar Islam banyak telah mereka susupi dan pecah belah. Hingga yang terjadi saling gontok-gontokkan satu sama lain. Tokoh ulama yang berpengaruh sudah mereka jinakkan, yang melawan dikriminalisasi dan diisolasi. Aktifis, ilmuwan yang kritis mereka sumpal mulutnya dengan uang dan diam. Kalau ada yang keras, dibunuh karakternya atau di intimidasi.

Lembaga, simbol, dan aktifitas ibadah Islam di stigmakan secara negatif dan menakutkan. Melalui propaganda media, fitnah, dan operasi-operasi inteligent khusus agar tercipta kondisi ummat Islam sendiri takut dan gerah dengan ajaran agamanya sendiri. Ada rasa was-was tak jelas. Alias berhalusinasi paranoid.

Kondisi inilah yang dinikmati mereka berpuluh puluh tahun di Indonesia. Mental ummat yang kuat dan perkasa ini, dibuatnya seolah inferior. Seolah kecil tak berdaya. Padahal ketika kejadian 212 bergema, mereka semua terkencing-kencing ketakutan. Itu ummat Islam baru turun berapa persennya. Coba bayangkan kalau turun seperti itu serentak seluruh Indonesia ?? Tak akan berkutik semuanya. Artinya, yang berhasil mereka jajah itu adalah mental dan pikiran unmat Islam Indonesia. 

Kelemahan ummat Islam selanjutnya adalah mudah dipancing dan disibukkan dengan hal-hal yang sepele. Para tokoh dan pejabatnya punya penyakit ‘wahn’. Yaitu cinta dunia dan takut mati. Sehingga mudah disusupi dan tak sedikit yang mau berkhianat hanya karena godaan harta dan jabatan, atau tersangkut ancaman ketakutan aib personal. 

Sampai kapan ini akan terjadi ? Semua tergantung ummat Islam. Mau bangkit berdiri ? Atau menikmati kondisi hari ini yang semakin parah. Menari di atas rentak gendang orang lain.

Saatnya ummat Islam Indonesia menyatukan persepsinya, menyamakan pikirannya, dan baru bergerak satu komando tanpa ada pengaruh dari segala bentuk intervensi dan kepentingan pribadi.

Bentuknya nyatanya adalah ; sesuai dengan pesan Imam Syafii. Islam akan bangkit dan berjaya kalau sudah tercipta 4 hal yaitu : Orang kaya beramal dengan hartanya. Orang berilmu (ulama) berjuang dengan fatwa dan pengetahuannya. Orang pemberani dengan jihadnya. Serta kaum dhu’afa dengan doanya. Kalau empat hal ini bisa terlaksana, insyaAllah Islam akan bangkit dan bisa kembali menjadi pemimpin dunia. Wallahu’alam.

Batam, 06 Mei 2020

Rabu, 06 Mei 2020

Mengawal Anak Jadi Santri Kanada

Oleh : Yahya Aziz

Beberapa hari yang lalu kami menulis di menaramadinah.com dengan judul WALI SANTRI GONTOR pemenang Kehidupan. Memondokkan anak ke bumi KANADA itu butuh perjuangan waktu, harta, tenaga dan pikiran. Betul betul wali santri terlibat 1000%.

Tidak ada jaminan seorang alumni Gontor anaknya mau meneruskan almamater ayahnya.
Pak kyai syukri Zarkasyi sangat bangga sekali ketika ada alumni anak nya mau belajar di Gontor. Itu tanda percaya kepada kwalitas lembaga pendidikan almamater nya.

Di antara trik khusus agar anak mau mondok itu adalah :
1. Ajaklah anak itu silaturahmi ke pondok, sambil melihat lihat kegiatan-kegiatan pondok. Ini pengalaman kami, saya ajak anak ke Gontor ketika liburan SD kelas 4, menginap 3 hari. Apa komentar ananda ?....Oh ternyata di pondok itu ada sepak bola, basket, Pramuka dll.
2. Ajaklah anak ziarah ke makam trimurti pendiri pondok dan silaturahmi ke Kyai atau guru guru senior. Atau tokoh masyarakat di sekitar Anda yang disegani, untuk mohon doa restu.
3. Hati suami istri harus klik, ikhlas, ridlo, titip kepada Pondok. Jika salah satu tidak klik, jangan harap anak Anda betah, krasan di pondok. Ini pengalaman alumni senior kami, anak nya kabur dari Pondok. Apa penyebab nya ? Hati istri nya tidak ihklas untuk memondokkan anak nya.
4. Kemauan anak sendiri bukan paksaan atau kemauan orang tua.


PENGALAMAN KAMI MENGAWAL ANANDA.

Ketika anak baru kelas 4 SD pernah kami ajak menginap 3 hari, sambil keliling Pondok maka pada saat tamat SD (2014) dia diterima di SMP NEGERI 13, tapi formulir itu dikembalikan ke sekolah, dia bilang ke Guru gurunya mau melanjutkan ke K M I Gontor Ponorogo, dan semua guru SD nya merestuinya. Kami pun sangat bangga ada KEMAUAN SENDRI tanpa paksaan.

Tanggal 7 syawwal 2014 kami seluruh keluarga ikut menghantarkan Carter satu mobil. Ibarat menghantar perang. Dan dapat nomer Capel 456 langsung masuk asrama WISMA HADI.
Selama daftar dan ujian lisan di bulan romadhon dan syawwal ditunggu oleh Abah saya, yang rindu dengan cucunya.

Kami sekeluarga pulang, yang di pondok tinggal kakek dan cucu nya. Inilah pengalaman terindah ketika pamit pulang semua menetes air mata.
Di rumah berjibaku dengan doa, yang di pondok belajar IMLA', berhitung agar lulus tes masuk Capel. Alhamdulillah ketika pengumuman tanggal 15 syawwal 2014 ananda Lulus di Gontor 1 Ponorogo.

Rasa bangga, syukur dan terharu. Apalagi Abah saya senang karena cita cita nya ingin anak cucunya ke Gontor.

KELAS 1 asrama Gedung baru sighor Aligarh
Ketika menjadi santri baru, inilah banyak ujian. Badan kurus lancip seperti pensil, pakaian celana sering hilang. Sepatu tiap 2 bulan rusak. Belum yang sakit cacar, gatal, kudis, atau yang terkenal dengan JARBAN. DI kelas satu, santri baru ini adalah MASA ADAPTASI, masa yang menguras energi Wali santri. Disinilah ujian kesabaran santri baru dan ayah ibunya.
Jika setahun anak itu kuat, rileks maka pada tahun tahun berikutnya akan terasa ringan dan lancar masa studinya.

KELAS 2 di asrama gedung Syiria
Setelah naik kelas 2, ananda santai, rileks sudah mampu adaptasi. Ketika di kelas 2 inilah dapat ujian, yaitu pada waktu ujian akhir semester kenaikan kelas kena sakit CACAR, seluruh badannya berbintik bintik. Harus dikarantina di BKSM supaya tidak menular.
Opname di BKSM selama 2 Minggu. Ujian lisan  dan ujian tulis 3 hari di BKSM.
Alhamdulillah bisa naik ke kelas 3.

KELAS 3 di asrama Gedung Syiria.
Pada waktu kelas 3 inilah, seluruh konsulat Surabaya Sidoarjo di botak. Penyebab nya karena ada salah satu yang melanggar tidak ada yang mau mengakui.
Kami pun sebagai wali santri pun ihklas, dan tetap  memberi motivasi agar disiplin dan hati hati jangan melanggar lagi.

KELAS 4 di asrama kibar Saudi 3 lantai 3.
Mendengar ananda berada di asrama ini, kami terharu, karena di asrama inilah dulu kami menempati pada era 1989.
Pada waktu kelas 4 inilah bersaing dengan kelas 3 intensif untuk naik kelas 5. Kami pun sebagai wali santri selalu memotivasi untuk belajar rajin agar naik ke kelas 5.
Kelas 4 dan kelas 3 intensif ini berlomba lomba untuk naik ke kelas 5 agar merasakan DRAMA ARENA. Di kelas inilah paling sibuk, menjadi ketua basket ball club, dan Alhamdulillah bisa naik kelas 5.

KELAS 5 asrama Gedung Saudi 1 lantai 2
Kelas 5 adalah raja di asrama, kelas senior yang punya anak anggota kelas 1-4. Selain mempersiapkan DRAMA ARENA, di kelas ini ada kebanggaan menjadi MUDABBIR pengurus rayon. Ananda terpilih sebagai pengurus rayon BAGIAN KEAMANAN.  Kami sebagai wali santri selalu memberi nasehat jangan mentang-mentang jadi pengurus rayon. Yang bijak dan adil kalau memberi hukuman anggota yang melanggar. Dan yang paling penting bisa membagi waktu untuk rayon, anggota dan belajar.
Ketika acara yudisium Kenaikan kelas 5 ke kelas 6 di bulan suci Ramadhan, kami tidak bisa hadir karena sesuatu hal. Alhamdulillah barakallah dapat kabar dari sesama Wali santri ananda naik kelas 6 tetap di Gontor 1 Ponorogo.

KELAS 6 di OPPM Bagian Koperasi Pelajar
Waktu romadhon dan syawwal, ananda terpilih menjadi pengurus PBR dan PBS di koperasi pelajar. Entah kenapa oleh PENGASUHAN SANTRI dipilih melanjutkan pengurus OPPM di koperasi pelajar.

Kami sebagai wali santri selalu memberi nasehat dan motivasi agar hati hati memegang uang pondok. Apalagi sebagai bendahara. Ada pengalaman dan pelajaran menarik jadi pengurus koperasi pelajar yang tidak pernah di didapat  di kelas yaitu BELAJAR EKONOMI tata kelola rincian keuangan. Dan Koprasi pelajar pada era PROMINENT GENERATION laba keuntungan nya selama setahun hampir 2 M.
Subhanallah angka yang cukup fantastis....

PERSIAPAN UJIAN KELAS 6
Setelah pergantian pengurus OPPM dari kelas 6 ke kelas 5, kami selalu memotivasi untuk belajar. Inilah puncak ujian di KMI Gontor, yang diuji buku buku kelas 1-6. Mulai masuk kelas 2 bulan setelah pergantian OPPM, masa karantina, Ujian amaliyah tadris, ujian lisan dan ujian tulis.
Ketika ujian Amaliyah Tadris diuji dengan sakit gigi, Alhamdulillah ada Wali santri yang menjenguk dan memberi obat... Alhamdulillah ujian praktek mengajar, ujian lisan tulis sukses semua nya....

Puncak kegiatan kelas 6 adalah YUDISIUM KELULUSAN... inilah yudisium yang akan dicatat dalam dokumen sejarah... YUDISIUM TANPA KEHADIRAN WALI SANTRI.....

Kami selalu mengawal ananda kelas 1-6  (2014-2020) tetap di Gontor 1 Ponorogo dengan iringan jihad dan doa. Alhamdulillah kelas 6 lulus dan mendapat Tugas mengajar pengabdian di Gontor 4 Darul Muttaqin Kaligung Banyuwangi...

Mari Merubah LELAH jadi LILLAH... puncak nya... BANGGA DAN MEMUASKAN...

Barakallah....

Y A : Country 1992,
Wali santri PROMINENT GENERATION 2020



Jumat, 01 Mei 2020

Mengapa Harus Ke Gontor?

Sebuah tulisan yang rancak dan harus saya save dan share. Sangat sayang kalo dibiarkan begitu saja. Saya yakin banyak manfaatnya.

Mengapa Harus Ke Gontor??
By Hendra Farma Johar Abu Thufailah

Hal krusial menyekolahkan anak ke pesantren adalah memilih pesantren yang baik. Untuk itu lakukanlah perbandingan dari beberapa pesantren yang ada saat ini. Kalau saya memilih Gontor karena waktu itu menurut kami Gontor menduduki peringkat teratas dari segi kurikulum, keislaman, pembentukan karakter, alumni, biaya, sistem pendidikan dll.

Berikutnya, menyekolahkan anak ke Pondok tidak perlu persetujuan anak, jika anak setuju Alhamdulillah, jika tidak maka anak harus DIPAKSA. Karena kita paham inilah sistem pendidikan terbaik saat ini dan tidak ada pilihan lain. Ingat pondok pesantren tidak sama dengan boarding school.

Hal yang utama, kita dan pasangan kita harus TEGA.
Ayah dan Ibu harus kompak dan harus memiliki visi sama dalam mendidik anak. Jika kata TEGA tidak kita miliki dan rasa sayang dunia ke anak masih tinggi, percayalah... inilah kegagalan utama dalam menyekolahkan anak di pesantren. Biasanya ayah tega tapi ibu tidak atau sebaliknya. Tak jarang kita akan bertengkar urusan ini.

Namun jika kita merasa mampu dan punya banyak ilmu dan waktu untuk membentuk karakter anak, ndak usah disekolahkan di pesantren, didik lah sendiri di rumah secara Islami.
Kalau saya, termasuk orang tua pemalas dan ilmu agamanya sedikit, makanya memilih Pesantren.

Visi kami berdua adalah menginginkan ananda menjadi seorang ustadzah, paham agama dan berkarakter islami.

Lha bagaimana kami bisa mendidiknya seperti itu?, karena kamipun tak punya ilmu dan kemampuan untuk itu.

والله أعلم بالصواب

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...