Rabu, 10 Juni 2020

Sudah Ikhlaskah Kita?

Sudah Ikhlaskah kita?

By : Oky Rachmatulloh

Seorang wali santri mengeluhkan fikirannya tentang kenapa puteranya ditempatkan bukan di Gontor 1 tapi berada di Gontor 5? Ada lagi yg mengeluh sekarang puteranya ditempatkan di Gontor 3 setelah setahun kemarin berada di Gontor 1?  Yang lain mengeluh, anaknya dia yakin termasuk yg pandai dalam pelajaran,  tapi kenapa penempatannya di Gontor 6 sekarang?  Seakan-akan dipindahkannya puteranya ke Gontor cabang adalah aib.  Seakan penempatan puteranya di Gontor cabang menandakan puteranya layak "dibuang" dan tidak layak di Gontor pusat. Gontor cabang sama sekali tidak punya sesuatu apapun yg bisa dibanggakan sebagaimana yg di Gontor pusat,  sehingga perpindahan atau penempatan ke Gontor cabang adalah sesuatu yg layak untuk disesali. 

Bapak ibu wali santri sekalian, dulu Gontor cabang itu dibentuk salah satu tujuannya adalah memberikan peluang amal Soleh jariyah kepada para wakif ke Gontor. Ini berbanding lurus dengan semakin banyaknya santri yg ingin mendaftar ke Gontor. Teringat zaman saya dulu,  setiap tahun yg diterima di Gontor cuma 600 santri saja, sedangkan yang lain terpaksa harus ditolak.  Bisa dibayangkan kalau 3700 calon pelajar nanti cuma berkurang 600 orang, ada 3100 santri dengan harapan tinggi dari seluruh Indonesia yang terbuang begitu saja? Maka itulah di bentuk kantong kantong  penempatan agar lebih banyak lagi yg bisa menerima ilmu dan keberkahan Gontor. 

Alasan yang kedua adalah apa yang diungkapkan Kyai Syukri dulu, agar lulusan Gontor tidak usah mencari tempat pengabdian di luar Gontor.  Cukup yg di Gontor cabang saja. Yang di luar Gontor diminimalkan, meskipun tentu masih ada. Ini untuk meminimailisir adanya alumni yg hanya dipakai tenaganya saja,  tanpa diberi hak sebagaimana mestinya. Maka dibuatlah Gontor-gontor cabang itu. 

Jadi dibuatnya Gontor-gontor cabang itu sama sekali tidak bermaksud untuk membuang santri-santri yg dalam pandangan kita kurang,  tapi ketika santri dalam pandangan Guru dan Kyai di rasa akan kesulitan jika di tempatkan di Gontor pusat, maka penempatan terbaik buat mereka adalah di Gontor cabang.  Maka hal ini bukanlah aib,  tapi adalah kebijakan yg dalam pandangan Kyai akan lebih mengoptimalkan kemandirian, bekerjasama dengan orang lain dan mengoptimlakn hal lain yg itu belum tentu ada di Gontor pusat. 

Coba saja kita lihat,  di Gontor 2 ada lapangan yg super luas dan itu bisa dioptimlakan untuk kegiatan santri. Di Gontor tiga ada ternak sapi perah, juga industri minuman dalam kemasan, sesuatu yg tidak ada di Gontor pusat. Di Gontor lima lebih dekat dengan pantai sehingga ketika saya kesana,  kurang lebih sebulan sekali para santri diajak tadabur alam ke pantai. Sekali lagi, sesuatu yg belum tentu ada di Gontor pusat.
 
Gontor 6? Siapa santri yg heboh bikin video zigi-zaga kemarin? Anak-anak Gontor 6 bukan?  Atau siapa yg kreatif bikin video balap motor dengan bangku kelas yg diturunkan dari jalan atas ke bawah? Sesuatu yg sama sekali tidak akan kita temukan di Gontor pusat. 

Ada sesuatu bapak ibu sekalian, yg kita akan temukan di pondok Gontor cabang itu apabila kita ikhlas menerimanya sebagai sebuah kebijakan Kyai yg kita cari keberkahan dan keilmuwannya. Anak kita bukan di buang, tapi ditempatkan sesuai dengan kemampuannya, ini karena kerahiman pak Kyai, anak-anak kita diterima dan diberi kesempatan belajar di pesantren ini. Semuanya sama,  sistemnya sama. Guru-gurunya juga semua alumni Gontor. Buku-bukunya juga sama,  buku-buku Gontor. Pelajarannya juga semua sama, pelajaran Gontor. Cuma fasilitas yg membedakan dan bisa jadi jika kita bisa mensyukurinya dan melepas dengan ikhlas, maka kita akan menemukan sesuatu yg baru, yang tidak ada di Gontor pusat. 

Di Gontor itu, satu hal yg di tekankan dalam panca jiwa yg pertama adalah Jiwa Keikhlasan.  Guru dan Kyai yg ikhlas mengajar, santri yg tunduk tawadluk Ikhlas dalam diajar. Dan tentu saja, wali santri yg dengan ikhlas berdoa kepada puteranya dan juga Gontor dan kyainya untuk terus maju, dimanapun sang santri ditempatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...