Kamis, 04 Juni 2020

Mengantar Mereka Silaturahim

Rabu pagi, 3 Juni kami berempat sengaja berolahraga jalan pagi bersama, sementara Dhifa di rumah belajar online.  Sengaja, karena anak anak sudah lama juga di rumah. Makannya banyak, geraknya kurang. Sementara sebentar lagi akan kembali ke pondok di Ponorogo dan si kakak ke Ngawi sebelum lanjut pengabdian di Gontor Putri 7 di Pekanbaru Riau. 

Tentu menikmati kebersamaan sembari berolahraga sesuatu banget. Sekalian mereka kita ajak mampir ke sekolah SDIT Amalina Pondok Aren Tangerang Selatan, dimana hari Rabu ini sudah mulai melaksanakan awal pembelajaran online sesudah libur lebaran. Bertemu dengan para guru dan suasana sekolah yang tentu sudah sangat berbeda ketika mereka ada di sana dahulu. 

Berjalan kaki dari rumah, kemudian kami mampir sebentar di bubur ayam yang ada di depan pasar Arinda, atas permintaan mereka berdua. "Malapeh taragak".
Kakak Dhila dan Imam saja yang makan di sana, sementara saya hanya mencicipi sate telur sepotong. Bunda mereka hanya menonton saja karena lagi puasa. 

Tak lama di sini, segera kami lanjutkan ke SD Amalina ini. Sesuatu yang nggak pernah melakukan sebelumnya, yakni berjalan kaki seperti ini. Dulu mereka pulang pergi dan diantar ke sini, dan Imam beberapa kali di kelas 5 dan 6 pernah bersepeda, tetapi jalan kaki belum pernah sama sekali. 

Di gapura sekolah, kami bertemu dengan pak Marwan. Seorang sekuriti sekolah yang sangat dekat dengan anak anak. Dulu ketika kami lupa jemput, atau karena mereka pulang lebih awal, pak Marwan ini beberapa kali pernah mengantarkan kakak atau abang Imam pulang ke rumah dengan motornya. Alhamdulillah, anak anak masih ingat pak Marwan inj, begitu juga sebaliknya. 

Bagi si Kakak yang sudah dua tahun lebih tak ke sini, terpana dengan perkembangan Amalina ini. Sangat berbeda. 

Kami masuk ke dalam, menyapa guru yang hadir. Ada bu Laila guru matematika mereka, bu Melli dan pak Zainal yang pernah sebagai walikelas mereka. Pak Herry yang membimbing Imam selama aktif di kepramukaan selama dua tahun, yang hampir selalu memberi trophi buat sekolah setiap event yang mereka ikuti. 

Dan terakhir dan terutama sekali lepas kangen dengan bu Lia, kepala sekolah mereka. Seorang guru kepala yang orangnya kecil tetapi mempunyai wawasan dan pemikiran yang sangat luar biasa besar. Beliau sangat futuristik. Di tangan beliau SDIT Amalina mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bisa bekerja sama dengan sekolah sekolah terbaik, di dalam maupun di luar negeri. 

Sayang sekali kami tak sempat berphoto bersama dengan para guru ini. Waktu yang sempit ini bisa maksimal bersilaturahmi, terutama bundanya yang senantiasa meminta restu dan doa buat kesuksesan anak anak kami ini kelak. 

Boleh dikatakan Kakak Fadhilah Azzahra kami ini adalah pembuka bagi alumni SDIT Amalina yang melanjutkan study-nya di Gontor Putri dan Imam adalah pembuka di Gontor Putra. Suatu kebanggaan bagi kami dan juga bagi sekolah. 

Secara akademik, lulusan SD Amalina sangat kompetitif dan sanggup bersaing dengan alumni sekolah lain untuk masuk ke Pondok Modern Darussalam GONTOR ini. InsyaAllah, setiap tahunnya ada alumni ini di GONTOR. 

Setelah pamit, para guru guru ini langsung mengadakan acara Halal bilhalal online bersama murid muridnya. Kami hanya melihat dari jauh, sementara kakak dan Imam asyik berkodak ria di halaman sekolah mereka. 

Kami meninggalkan sekolah ini dengan penuh senyuman. Keraguan mereka di awal masuk gerbang sekolah ini terjawab sudah dengan penuh kebahagiaan. Bahagia mereka masih bisa bertemu dengan guru mereka dan bahagia para guru ini masih ingat dengan mereka. Masih ingat bagaimana tingkah polah serta perubahan fisik anak anak didik mereka hingga saat ini. Bahkan anak anak kami ini sudah lebih tinggi dari gurunya, tetapi hormat dan santun mereka terhadap guru tetap terjaga, insyaAllah.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...