Senin, 25 April 2022

Tetap Mudik: Trip Report 1

Jumat tanggal 22, menjelang siang kami tetapkan untuk mudik sore ataupun malam harinya. Setidaknya sabtu subuh kita sudah berangkat. Meskipun kondisi kami bertiga dari berempat masih flu dan batuk berdahak, niat untuk pulang kampung sejak Imam pulang dari Pondok Modern Darussalam Gontor tetap dilaksakan. Apalagi sang nenek sudah bertanya kepada sang Bundo kamis sore kemarin sebelum berbuka, "kapan pulang? ". Ada sebuah pengharapan yang besar dibalik tanya itu. 


Jadilah saya, mempersiapkan segala sesuatunya menjelang jam tiga jumat itu. Terutama tentang kesiapan mobil. Tanpa pikir panjang dalam suasana yang masih gerimis saya segera ke bengkel Shop and Drive di Bintaro Sektor 9, di Andala tepatnya. Pergantian empat ban Terios ini mesti dilakukan, karena semuanya sudah terpakai selama 5tahun. Mengingat perjalanan yang jauh, saya tak mau mengambil resiko, meskipun ketebalan ban masih layak, namun memang sudah saatnya ganti. 


Di sektor 9 ini saya masuk dalam antrian no 5 untuk pergantian jam dan bisa jadi kalo tak kelar esok baru bisa diambil. Saya tak mau. Saya minta dicarikan Andala mana yang terdekat. Dan akhirnya jatuh ke sektor 3 Bintaro tetapi tiga ban barunya diambil dari sektor 9, karena di sana tersisa hanya satu ban saja untuk mobil Terios saya ini. Ya akhirnya saya meluncur ke sektor tiga. Ada waktu pengerjaan sekitar dua jam, saya akhirnya puas dan balik ke rumah. Dalam perjalanan saya kabari sang Bundo untuk siap siap. Bada isya kita berangkat. 


#####


Alhamdulillah selesai sholat isya di masjid, tarawih dan witir saya lanjutkan di rumah. Begitu juga dengan si Bundo dan Dhifaa sudah ready. Hanya Imam yang lupa dikabari sebelumnya, ternyata tarawihan dulu di masjid. Terpaksa kami menunggu.


Dan akhirnya kami berangkat dari rumah jam 20.20, langsung menuju merak. Lumayan rame kendaraan di sepanjang tol, terutama kendaraan pribadi. 


Di merak, menggunakan jasa 'someone' untuk mendapatkan tiket. Someone yang biasa menolong adik saya Riko. Tak perlu rapid test, yg penting jujur bhw kami semuanya sudah vaksin dua kali dan hanya saya saja yang sdh booster. Bertiga kami kurang fit, tetapi niat dan semangat untuk mengantarkan Imam bertemu dengan neneknya, yang sangat merindukannya. Karena tiga tahun sudah tak bertemu. 


Di dermaga Eksekutif kami menunggu sekitar dua jam antrian. Suasana pelabuhan memang rame. Kami naik kapal Port link 3. Alhamdulillah, segala fasilitas di kapal ini membuat kami puas. Kami dapat ruangan yang AC nya dingin, sofa nya yang empuk dan nyaman, saling berhadapan dengan meja bulat rotan ditengahnya. Ini saja sudah membuat nyaman, sehingga anak anak tidak mau exolore ruangan lain. Saya yang butuh tidur, sekejap bisa melepaskan kantuk. Menjelang sampai di Bakauheni, ganti saya yang menjaga tiga orang yang sudah tertidur pulas. 


Menjelang jam 3 kapal mendarat dan saya termasuk kendaraan yang agak cepat keluar dari Port Link 3 karena masuk lebih awal dan lebih dekat dengan pintu keluarnya. Dari Bakauheni kami lari pagi sekitar 35 km menuju KM 33. Rehat, sahur dan menanti waktu sholat subuh kami di sini. Di KM ini seolah sudah menjadi langganan untuk rehat. Semenjak masih dalam tahapan pembangunan, saat masih test area darurat kami sudah mampir. Dan terakhir Desember lalu bersama kakak Dhila juga di sini.


Menjelang jam 5 pagi kami sudah siapkan diri untuk kembali "lari pagi". Lari antar dua propinsi dari KM 33 hingga ujung toll di Kramasan Palembang, sejauh 333 KM.


Jalanan sepi, matahari belum menampakkan diri. Sebagian para supir masih melanjutkan mimpi di mushola tempat kami sholat subuh tadi. Begitu juga kemungkinan di restoran area lainnya. 


Laju kendaraan stabil di angka 80-90 km/jam. Lari santai saja. Sementara penghuni terios, kembali merajut mimpi. Hanya sebentar saja saya ditemani ngobrol, mendengkur ternyata lebih asyik. 


Jalan tol yang ditempuh sudah kembali mulus dibandingkan waktu mudik Desember tahun lalu. Perbaikannya tampaknya nyata. Aspal hitam sebagai pertanda. Meskipun kadang jalan bergelombang masih terasa di beberapa titik. Namun secara keseluruhan sudah mulai nyaman dan aman. Lobang menganga sudah tiada. 


Mentari mulai meninggi, beberapa kendaraan sudah mulai menyalip satu per satu.   Melihat ada teman berlari, saya pun mengiringi dengan meningkatkan kecepatan. Namun tetap dalam level aman.


Beberapa kali terpaksa menepi, mencari rest area untuk sekedar buang air dan berwuduk melepaskan kantuk. Menjelang keluar pintu TOL kayu Agung, Imam menjajal kemampuannya, yang didapat kemarin saat kursus setir mobil. Saya percayakan sebagai uji nyali sekaligus memberi tips tips ringan. Namun menjelang keluar tol Kramasan, saya ambil alih lagi, karena akan masuk jalan arteri. Jalan Soekarno Hatta. Takut saja kalo nanti ada razia dari pak polisi yang baik hati. Yang murah menyapa di saat pagi hari. 


Lepas exit tol Kramasan, kami memilih ke arah kanan, masuk ke jalan Soekarno Hatta. Bisa juga belok kiri untuk ke Sumatra Barat, via Prabumulih, Muara Enim, Lahat dan Lubuk Linggau. 


Menjelang jam 10 an kami sudah menjajal jalan lingkar luar Palembang ini. Jalanan lancar, tak ada kemacetan yang berarti. Beda dengan Desember tahun lalu. Macet parah. 


Tak disangka menjelang pangkalan balai menuju Betung kami mengalami macet yang sangat sangat luar biasa. Sampai saat ini kami masih tercekat macet menuju Betung. Sudah lebih 8 jam menikmati suasana ini.  Ada truk yang melintang, tergeletak dari tadi malam yang menghalangi jalan. Entah mengapa telat dalam penanganannya. Seolah dibiarkan. 


Macet parah dua arah. Dari Palembang dan Jambi. Saling salib, saling nyodok terjadi di dua sisi jalan. Kadang jalan penuh satu arah. MasyaAllah, belum pernah mengalami macet separah ini. 


Menjelang waktu berbuka, kami masih 'stuck' di sini. Belum bergerak. Padahal ke simpang Betung hanya berjarak 10km. Luar biasa. 


Satu lagi dapat kabar di dekat pasar sungai lilin ada lagi truk yang berisi pupuk, tergeletak melintang menghalangi jalan. Macetnya tak kalah juga parahnya, tuturan supir sebelah kanan saya, yang dari sana. Dia di sini sudah sejak subuh. 


Mantap pengalaman kali ini. Alhamdulillah semuanya yang di mobil sabar, aman terkendali. Bekal berbuka pun ada. Minuman air mineral Ufia cukup banyak tersedia. Hanya waktu dan tempat sholat saja yang kami ragukan. 


InsyaAllah nanti kami rehat menginap di daerah Betung saja. Capek sudah pasti ada. 


Selamat berbuka.

Sabtu, 23 April 2022 menjelang waktu berbuka di Betung.

2 komentar:

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...