Minggu, 21 Agustus 2022

Ayo Naik Bus!!!

Judul di atas merupakan tagline di baju dinas salah satu agent armada PO Bus di terminal Pondok Pinang Lebak Bulus pagi tadi menjelang jam 7. Tagline yang menarik buat teman teman di jalur trans Jawa dan Sumatra beberapa tahun terakhir ini, terutama sejak Covid merebak dan harga tiket pesawat yang meroket. Harga tiket yang meroket, jalur toll yang terus mengular di Jawa dan Sumatra, membuat armada PO bus saling bersaing dengan memberikan fasiltas yang sangat memanjakan para penumpangnya. Bahkan Bus dengan fasilitas bak hotel berjalan mulai bermunculan, dengan julukan sleeper busnya. 


Begitu juga dengan kami saat ini. Saya dan Bundo yang sudah "pulang pokok" sebulan yang lalu, sudah mulai ancar ancar menjadi bisser mania. Untuk trip jarak jauh, baik ke Jawa ataupun nanti ke Sumatra sudah memperhitungkan bahwa lebih nyaman dan aman bagi kami berdua naik bus. Selain itu juga jauh lebih irit dari segi pembiayaan perjalanan. Badan pun tidak terlalu capek tentunya. 


Berbekal pemesanan tiket bebarapa hari yang lalu melalui aplikasi redbus, pergi dan pulang kami Tangerang Kudus PP, menggunakan Bus dengan armada yang berbeda. Hari ini dengan PO Haryanto dan esok sore InsyaAllah dengan PO Kalingga Jaya.


Jam 5.30 tadi pagi kami naik bus Haryanto dari Terminal Lembang Ciledug, merambat Bus menghampiri agent nya sepanjang Ciledug Raya hingga masuk di Terminal Pondok Pinang. Di sana kami harus ganti Bus. Bus yang menuju kota Kudus pagi ini armadanya dari Ciputat, sementara bus yang kami tumpangi tadi menuju Wonogiri. Jadwal yang ke Kudus jam 7 berangkatnya. Sambil menunggu kedatangan bus saya menikmati se-cup Popmie, buat pengganjal perut pagi yang belum sempat terisi. Oh ya kami meninggalkan rumah jam 4.30 diantar oleh pak Ferry, tetangga depan rumah kami yang baik hati. Sholat subuh di masjid Jamie' menjelang perempatan Ciledug. Habis sholat baru ke agent PO Haryanto di pasar Lembang, menjelang setengah enam. 


Menjelang jam 7 bus datang saya dan Bundo langsung naik. Dua barang dititip di bagasi, satu kantong kresek berisi cemilan dibawa naik ke atas bus. Jam 7 bus berjalan dengan AC nya yang dingin membuat saya terlelap dalam perjalanan sepanjang jalur tol hingga Bekasi. Setelah itu gantian Bundo yang tidur. 

Kami ibarat menjalani "honey moon" saja. Banyak canda dan tawa dalam perjalanan ini naik bus saat ini. Perjalanan berdua seperti ini terakhir kami lalui pasca menikah. Di awal tahun 2002, naik bus Lorena dari kota Padang. Waktu itu kami kehabisan tiket. Maklum pasca menikah, masih suasana lebaran. Tiket habis di kota Bukittinggi. Dapat dua dengan Lorena pun dengan kursi terpisah dan itupun di kota Padang,sekitar 3 jam perjalanan dr kampung halaman. Apa daya, meskipun 'tersiksa' sebagai pengantin baru, dinikmati saja selama dalam perjalanan Padang - Jakarta. Nah kondisi itu kami jalani lagi, hari ini. 


Pengalaman sama terjadi lagi, tetapi hanya di setengah perjalanan. Hahaaaa. Kok bisa ya? 


Selama dalam perjalanan dari Lebak Bulus hingga bus yang kami tumpangi keluar di GT Kanci Cirebon, kami masih bersama. Duduk dibangku yang berdekatan di no 11 dan 12. Perjalanan lancar jaya, kecepatan bus di atas 100 km/jam. AC pun dingin banget. Namun menjelang keluar pintu TOL, bus mengalami kerusakan. Kecepatannya tak bisa dipacu. Maksimum hanya 40 km/jam. Dan akhirnya berhenti total setelah keluar pintu toll. Para penumpang dipindahkan ke tiga unit bus Haryanto lainnya. Dan akhirnya sata dan Bundo duduk di kursi yang berbeda. Saya di bangku nomor dua, Bundo di nomor tujuh. Bersyukur kami masih kebagian "seat", sementara penumpang lainnya ada yang duduk beralas kardus. Hehehee. Pengalaman yang penuh rupa, bagi kami berdua. 

Dan makan siang kami, sebagai servis bus di RM Menara Kudus. Masih milik PO Haryanto juga. Dan free, tak berbayar, layaknya bus Jawa umummya. Sekali servis makan ditanggung PO Bus. Saya makan dengan  ayam goreng dengan sayur labu plus kerupuk, sementara Bundo dengan Soto Kudus nya. Alhamdulillah makanan yang disajikan enak. Plus air minumnya, segelas teh manis hangat. Setelah makan kami sholat, dan segera balik ke bus yang sudah siap untuk berangkat. 

Alhamdulillah sampai saat ini perjalanan lancar, memasuki Kota Demak, bus mencari jalan alternatif biar sampai cepat di tujuan. Bus menghindari jalan utama Semarang Demak yang masih saja sering macetnya, terutama sore begini. 


InsyaAllah sebentar lagi kami sampai di Kota Kudus. Lebih kurang satu jam lagi. 


20/08/2022, 17.42 WIB

Masih di atas PO Haryanto

(Gladiator - Arunika)

Rekayasa Kasus

Baru baru ini muncul lagi rekayasa kasus yang terjadi di Cimahi. Korbannya purnawirawan TNI AD, mantan Dandim Tarakan oleh seseorang yang bernama ASENG. Pembunuhan yang sadis, terhadap Letkol M. Mubin ini sengaja diplintir oleh polisi setempat, dengan mengatakan bahwa pelaku kenal dengan orang dekat di Polda Jabar. Gilaaaaaa ya? 

Untung kasus ini di 'blow-up' oleh dua orang anggota DPR RI, dan bersambut oleh para mantan purnawirawan TNI AD. Andai korban adalah rakyat biasa, pasti sudah dianggap selesai, diselesaikan secara kekeluargaan atau dipeti-eskan. 


Rekayasa kasus oleh polisi di Cimahi ini muncul di tengah tengah hebohnya kasus pembunuhan polisi oleh polisi di Duren 3 Pancoran. Pelaku utamanya seorang Jendral yang sangat berkuasa di Mabes Polri. Ada yang menyebutkan bahwa jendral tersebut bintang dua, tapi kuasanya bak bintang lima. Dan dari terkuaknya kasus ini, sepertinya merembet ke banyak sejawat beliau juga. Dari rekayasa kasus Duren Tiga ini juga sepertinya akan merebak, menguak praktik kejahatan yang mengerikan di tubuh kepolisian. Hal ini tentu akan menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian secara drastis, jika tidak diselesaikan secara transparan. 


Tak tertutup juga kemungkinan kasus KM 50 yang menyebabkan tewasnya enam orang anggota salah satu Ormas terbesar di negeri ini, yang juga sadis, penuh dengan rekayasa. Rekayasa kasus, bahkan juga rekayasa politik sehingga Ormas ini pun akhirnya dibubarkan oleh pemerintah. Maklum sang Jendral dkk nya diduga terlibat dalam kasus KM 50 ini. 


Akankah semuanya terungkap secara gamblang dan menjadi rekayasa kasus terakhir di bumi pertiwi ini? Semoga saja. 


Semoga pak Kapolri dan seluruh jajaran dibawahnya bertekad membasmi dan menegakkan kembali marwah kepolisian dengan sebaik baiknya. Marwah institusi adalah segala galanya. Mengembalikan kepercayaan masyarakan terhadap polisi adalah suatu keharusan. 


Polisi pengayom masyarakat, bukan pelindung para penjahat. Polisi seperti almarhum Jendral Hoegeng harus dikloning sebanyak banyaknya. Polisi harus bisa menjadi tauladan dan kebanggaan masyarakat. 



#####


https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1511154-geger-isu-rekayasa-polisi-letkol-ditusuk-ternyata-sohib-panglima-tni?page=3


Ditulis di atas PO Haryanto

Jam 06.00, 20/08/2022

Senin, 15 Agustus 2022

30 tahun Forsika 92

Forsika 92 itu adalah nama angkatan kami, yang merupakan singkatan dari Forum Silaturahmi Kimia Angkatan 92. Penamaan ini melekat sejak kami mulai kuliah di FMIPA Universitas Andalas, Kampus Limau Manih sejak Agustus 1992.


Penggodokan nama ini dilakukan di awal awal perkuliahan, dengan diskusi yang asyik saat itu bersama 72 anggotanya. Jumlah kami sebagai mahasiswa baru, waktu itu totalnya 72 orang, namun beberapa waktu menyusut karena ada yang pindah, baik pindah fakultas ataupun pindah ke Universitas lainnya. Yang pindah di lingkup Universitas Andalas antara lain ke fakultas kedokteran ada dua orang, ke fakultas ekonomi dua orang. Yang pindah ke Universitas Bung Hatta satu orang, ke Universitas Budi Luhur satu orang, ke Universitas Padjajaran satu orang dan yang tak melanjutkan studi satu orang. Namun alhamdulillah kami juga mendapat satu orang teman pindahan dari Universitas Bengkulu juga. 


Kami bersyukur bahwa kebersamaan itu tetap terawat hingga saat ini. Bukan hal yang mudah melewatinya, bagi sebagian orang ataupun angkatan lain seperti kami ini. Panjang perjalanan yang sudah kami jalani. Panjang nya itu mungkin karena kami dulunya suka jalan jalan juga. Jalan Jalan itu ya JJ juga ya singkatannya? Hahaaaaa... 


Bukan, bukan itu tentunya. Yang membuat bersatu itu mungkin karena merasa senasib sepenanggungan. Marasa anak anak rantau di kota Padang pada umumnya. Digembleng dalam masa ospek yang lumayan juga, baik ditingkat jurusan ataupun ditingkat Fakultas. Satu semester tak terasa, masa masa itu disetiap pekannya. Kami mengalami masa perkuliahan dan praktikum lab yang sama dan lama. 


Sama sama jadi asisten lab ketika sudah merasa senior di kampus. Sama sama "berhondoh-pondoh" ketika ada kesempatan mendapatkan beasiswa. Nah dua point terakhir ini yang membuat kami sering jalan jalan ataupun camping. Boleh dikatakan ketika beasiswa cair ataupun menerima "gaji" sebagai asisten Lab di akhir semester, semuanya, yang punya uang ini, kompak saweran mengeluarkan uang untuk refreshing. Jalan jalan dengan menyewa bus kampus ataupun bis kota ke lokasi lokasi wisata di luar kota Padang, entah itu ke Bukittinggi, Solok dan Batusangkar. Atau seminim minimnya anggaran jalan jalan ke Batu Busuak atau pantai Padang. 


Begitu juga ketika sudah mulai penelitian. Banyak saling bantu, saling menemani teman di kab hingga malam menjelang. Bagi sebagian yang menjadi aktifis kampus, sebagian lain pasti menjadi partai pendukungnya. Aaaah banyak lagi kebersamaan itu.. Walau sudah berlalu, banyak hal hal manis untuk dikenang. Mendaki gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Camping bersama saat Periodecal Camp, Kemah Bakti Mahasiswa dengan malam bagamaik nya, lain lagi ceritanya. Lain lagi pesonannya. Intai maintai sesama teman, ataupun kepada adik adik praktikan ataupun adik angkatan, beda lagi nuansanya. Banyak yang tak jadi, lain persoalan. Hahaaaa.... 


Ketika tamat kuliah, satu per satu melanjutkan perjuangan di perantauan. Mulai punya pekerjaaan, namun tiap gajian tetap aja makan makan sekalian traktiran, atau pun sesekali nginap di kawasan Puncak pada jamannya, namun semuanya tetap sebagai teman. Tak kenal dengan istilah pacaran sesama teman, kecuali yang sudah bawaan sejak dari kampusnya, manalah bisa kita tahan. Namun yang begini hanya sepasang saja, alhamdulillah sampai saat ini tetap bertahan. 


Lanjut ada penghasilan, kami pun beberapa kali memberi santunan beasiswa bagi adik angkatan. Beasiswa Forsika namanya. Ada beberapa tahun lamanya. Namun setelah itu beasiswa beralih buat anak anak kami secara internal, di tiap semester nya dan di hari lebaran. 


Dan di dunia kerja, sebagian besar kami adalah orang orang yang betah. Sangat jarang berpindah pekerjaaan. Banyak yang di swasta, banyak juga yang di dunia pendidikan, baik di perguruan tinggi ataupum di sekolahan. Yang mengabdi di kampus ada yang tetap Universitas Andalas, di Universitas Negeri Padang, di Universitas Bengkulu, Universitas Riau, Universitas Jambi dan Universitas Sriwijaya. Hingga saat ini yang sudah bergelar Profesor ada dua orang. Ada rasa bangga bagi kami di angkatan. 


Yang menjadi guru juga banyak, baik di Bukittinggi, di Padang Panjang, di kota Padang, ataupun di Jakarta. Yang menjadi ASN di kantor pemerintahan juga ada. Ada yang kami panggil bu Kakan. Terakhir yang merintis usaha kulineran juga ada... 


Tetapi apapun pekerjaaannya, apapun jabatannya, ketika kumpul bukan itu yang ditanyakan. Bukan itu yang dibangga banggakan. Tetapi canda gurau, gelak tawa hampir tak ada batasannya. Bagarau masih co dulu juo, masih sarupo katika berstatus mahasiswa. Ndak banyak nan berubah. Alhamdulillah... 


Dan saat ini kebersamaan itu sudah memasuki usia 30 tahun. Suatu perjalanan yang panjang tentunya. Masa perkuliahan kami rerata hanya 5-6 tahun, tetapi langgengnya persahabatan itu terasa hingga sekarang, bahkan menurun ke anak anak kami, meskipun belum semuanya. Tetapi  anak anak kami yang di Jabodetabek dan Bandung, sudah saling kenal satu sama lainnya. Begitu juga teman teman yang berdomisili di Padang Sumatra Barat, Pekanbaru Riau dan Batam Kepulauan Riaunya. Alhamdulillah semuanya karena sering berkumpulnya sejak dulunya.


Agenda ulang tahun perak Forsika, lima tahun yang lalu masih saja terbayang keriuhannya. Masih tersimpan rapi di FB kawan kawan sadonyo. Dan tahun ini, InsyaAllah akan kita rayakan kembali di angka 30. 


Tak terasa sudah 30 tahun kita bersama. Akan ada keseruan ketika saat saling sapa, saling jumpa. Ada banyak kebahagiaan tentunya. InsyaAllah, 10-11 September jadwalnya. Kita akan bersua di kampus Limau Manih Universitas Andalaa dan Padang Kota Tercinta. 


Siapkan waktunya. Siapkan keseruannya. 

Taragak Basuo menjadi temanya.

Minggu, 14 Agustus 2022

Samba Buruak

Gara gara makan siang di rumah Andes siang patang, di Bandung, katuju bana dek awak dan memang lamak. Makan batambuah awak dek samba Buruak ko. 

Eh ternyata pagi ko si Bundo mambueknyo baliak. Makin manjadi, dek salero awak nyo paturuik-an. 


Jan salah yo, nan Buruak Buruak ko pambukak salero mah. Picayokan? Picayokan ajolah... 


Hehee.. Sesekali tulisan ringan, kuliner asli dari minang. 



Samba Buruak ko Biasonyo terdiri dari

Lado hijau

Tomat hijau

Teri atau bada

Potongan tahu

Potongan tempe

Potongan kantang

Patai

Jariang

Rimbang

Taruang


#sambaburuak


Sabtu, 13 Agustus 2022

Cepat

Ketika beranjak dari rumah ke mesjid waktu subuh tadi pagi, terasa sekali waktu bergerak dengan cepat. Secepat lintasan pikiran yang menyatakan bahwa kemarinnya, minggu pagi sholat subuh saya masih di Masjid Agung Demak. Masjid Agung yang terletak di dekat Alun Alun Kota yang terkenal dengan Bundaran Simpang Enam-nya. 


Benar. Subuh di hari Minggu itu saya sudah sampai dalam sebuah perjalanan yang mendadak. Mendadak "dibajak" menjadi "supir tembak" dalam sebuah safar ke dua Kota Wali, yakni Demak dan Kudus. Sebuah ajakan dari Sulthan Ciledug, yang akhirnya saya jawab dengan kata InsyaAllah. InsyaAllah siap. Begitu juga dengan waktu yang berlalu dengan cepatnya ini. Kita harus selalu siap. Siap berarti ikut, tak siap berarti ditinggal. 


Alhamdulillah, saya selalu bersyukur, Allah karuniakan stamina yang selalu prima dan istri yang menjadi pasangan hidup saya, orang yang asyik diajak bicara terbuka dan mendukung saya selama untuk kebaikan. Kebaikan untuk semua. Tawakkal nya memang tingkat dewa. Meskipun di rumah harus ditinggalkan sendiri. Dan ini untuk pertama kalinya ditinggal setelah kami "pulang pokok". Biasanya kalo saya pergi, si bontot masih ada menemani sang Bunda. 


Sehabis acara Majelis Taklim Subulussalam Walisantri Gontor Tangerang Kota di masjid Ainul Yakin Kompleks Poris Indah siang kemarin, saya dan Bundo mampir ke rumah temannya di samping Green Lake City. Yang jaraknya sangat dekat, hanya se pelemparan tombak saja sampai. Hanya setengah jam saja lebih kurang Bundo bertamu dan berdiskusi dengan istrinya Cing Haji Musrin kamipun pulang, setelah perut kenyang tentunya. Kenyang karena nasi kebuli di pengajian dan ditambah dengan suguhan dari bu Haji ini, yang masuk dalam waktu yang hampir berdekatan. Kenyangnya pool. Alhamdulillah, berkah silaturahmi ya begini ini. 


Dalam perjalanan pulang ke rumah itulah ada WA yang berisi ajakan jalan jalan ke Kota Demak dan Kudus. Sembari bertanya jam berapa berangkat, siapa saja yang ikut dan berapa lama, sejatinya saya sedang 'berdiskusi hebat' dengan sang Bundo. Lebih tepatnya, menanyakan seberapa dalam keikhlasan sang Bundo untuk siap ditinggalkan. Itu intinya. Maklum, bagi saya andai ada sedikit saja keraguan dari Bundo, saya memilih untuk tidak ikut. Alhamdulillah, Bundo mantap untuk ditinggalkan barang semalam dua malammalam. WA dari Sulthan saya jawab, "InsyaAllah siap berangkat". 


Sehabis sholat ashar di masjid Hidayatul Ikhwan dekat rumah, dengan motor saya langsung mengambil laundry dan membeli telor bebek di pasar Arinda. Dalam perjalanan ke rumah dari pasar Arinda, berpapasan dengan sang "Sulthan" dengan Innova nya. Bersyukurnya, di rumah sang Bundo telah menyiapkan segalanya. "Koper mini" sandang dengan pakaian, handuk dan perlengkapan mandinya sudah tersedia di kamar. Tinggal dimasukin saja. 


Tiga orang tamu yang siap membawa saya sore itu, kami suguhi dahulu dengan teh telor dan cemilan yang tersedia, apa adanya. Dan selama obrolan di rumah, ternyata ada sedikit perubahan rencana keberangkatan. Awalnya hanya satu mobil, ternyata menjadi dua. Dan rombongan yang kedua ternyata sudah berada di Perumahan Taman Alfa Indah Kembangan Joglo Jakarta Barat. Terpaksa segera beberes, siap siap berangkat. 


Sore itu kami meninggalkan Puri Bintaro Hijau, langsung ke Taman Alfa Indah. Menjelang maghrib sampai di sana, bersilaturahmi sejenak sambil menunggu waktu maghrib. Selepas maghrib, dalam gerimis hujan yang penuh berkah, kami pamit kepada Ustadz sang tuan rumah dan Nyonya untuk memulai perjalanan. 


Dan ternyata, sebelum masuk tol, kami diajak makan malam dahulu. Maklum ada anak anak yang ikut serta, dan makan makan di sini tentu lebih nikmat. Menu pecel lele, ayam dan bebek adalah pilihannya. Makan malamnya nikmat. Saya dengan satu nasi dan dua lelenya. Saya akui mantap banget sambelnya. 


Perut yang kenyang, menyebabkan saya tertidur dalam perjalanan awal ini. Duduk di depan, dengan Innova Matic keluaran rekatif baru ini menyebabkan nyaman banget disupiri sang "Sulthan". Tadinya berniat untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana caranya membawa mobil matic ini, tapi malah kebablasan tidur. Maklum selama ini saya memang belum pernah membawa mobil matic. 


Alhamdulillah tidur nyenyak, membawa berkah. Rehat di rest area KM 102 membuat saya seger. Segelas kopi dan kripik singkong yang menjadi teman ngobrol kami. Dan sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, saya test drive dulu mobilatic ini satu putaran. Alhamdulillah, meskipun agak grogi, tapi sang owner percaya, saya bisa. 


Dengan basmallah, saya mulai lanjutkan perjalanan, sebagai "supir tembak". Pelan, namun pasti kecepatan mulai meninggi. Akselerasi pun mulai nakal sesekali. Pelan pelan saya sudah mulai sehati dengan Innova matic ini. Kecepatan tertinggi saya jajal ada di kisaran angka 150. Masih sangat nyaman, sangat sangat stabil. Nggak seperti Terios yang di angka 140 saja, sudah terasa ngos-ngosan. Nafasnya mulai berat. Kadang agak limbung jika berpapasan dengan bus. 


Dengan Innova ini, belum berani lebih dari 150. Rerata kecepatan saya masih aman. Masih aman bagi penumpang dan bagi kendaraan. Saya sangat menghargai siapa siapa yang saya bawa ini. Orang yang mesti saya jaga dengan aman sampai di tujuan. Perjalanan mereka masih panjang, tidur dengan nyaman mereka selama perjalanan harus saya jaga. 


Di restoran Area 379A, kami lagi rehat di sini sambil  menunggu mobil satunya lagi, yang berisi dua keluarga pasutri dengan anak anaknya. Menjelang jam dua dini hari kami di sini. Agak lama kami menunggu kedatangan mobil satunya lagi. Dinginnya udara malam sangat terasa. Ada satu jam menunggu akhirnya yang dinanti datang juga. Rehat lagi sekitar setengah jam, sambil ngobrol dan membahas rencana selanjutnya. InsyaAllah dalam waktu satu jam lebih sedikit kami akan sampai di Kota Demak sesuai GPS. 


Tak lama berselang saya masih dipercaya membawa mobil ini. Yang lain masih lanjutkan mimpinya. Hanya saya dan Sulthan saja yang asyik ngobrol, meski kadang beliau tidur juga selayang. Melintasi tol Semarang yang mulai ramai hingga akhirnya saya keluar di dekat Pelabuhan Tanjung, stir saya serahkan ke om Sulthan. Gantian saya yang rehat. Sesekali saya tidur selayang. 


Dan akhirnya mendekati Alun Alun Kota Demak, terbangun sudah mendengar adzan subuh berkumandang. Kami parkir dan sholat subuh di masjid Agung Demak, sementara mobil satunya lagi langsung menuju mesjidnya Sunan Kalijaga. Kami yang salah arah. Setelah selesai sholat, kami segera melanjutkan ke Makam Sunan Kalijaga dimana teman kami sudah menanti di sana. Jarak antara kedua Mesjid ini tak jauh. Dan di masing masing mesjid itu ada makan Sunan dan keluarganya. Banyak yang berziarah di sana, tetapi saya tak begitu tertarik dengan ziarah kubur seperti itu. Hati saya hanya rindu untuk berziarah ke makam Rasullulah dan sahabatnya saja. Ke Madinah dan Mekkah sajalah asa ini dipelihara. 


Napak tilas keluarga di sini sebentar saja, kami lanjut ke makan Sunan Kudus. Jarak tempuh dari Demak ke Kota Kudus ini hanya setengah jam saja. Alhamdulillah, pagi Senin itu lancar, meskipun truk banyak ditemui di jalanan. Di dekat makan Sunan Kudus ternyata ada acara. Ada haul. Banyak pejabat dan warga yang hadir dan berharap berkat juga. Kami parkir agak jauh, di sisi kanan jalan. Maklum sisi kiri sudan rapat dengan kendaraan roda empat. 


Di sini pun tak lama. Setelah selesai ke makam, ki makan siang. Saya kembali menikmati soto daging kerbau, yang memang di Kudus ini itu yang banyak. Daging sapi tak banyak yang mengkonsumsi di sini. Maklum masih ada penghormatan kepada sapi di sini, persis sama dengan sahabat kita di Pulau Bali. 


Habis makan kami berpisah. Satu mobil masih lanjut dengan acaranya, dan kami balik ke Tangerang sekalian mengantarkan sepasang tamu agung kami ke terminal Jati Kota Kudus, yang kebetulan searah. Jam dua belas siang sampai di terminal, sebentar menunggu bus Patas yang akan membawa mereka ke Kota Pahlawan, Kota Surabaya. 


Setelah itu kami lanjutkan perjalanan pulang. Menjelang masuk pintu TOL, kami mampir di SPBU terdekat. Mengisi solat, mandi dan sholat juga. Rehat sekitar satu jam ada di sini. Ngobrol yang ringan ringan saja, pelepas penat saja. Selesai itu saya kembali pegang kemudi. Dua penumpang saya tidur. 


Memang kami sama sama ngantuk, cuma harus saling jaga. Ketika saya yang bawa, sang Sulthan biarlah tidur. InsyaAllah sampai nanti di Cirebon gantian. 


Siang menjelang sore, saya nikmati jalan tol Semarang Jakarta ini dengan kecepatan aman. Yang penting penumpang bisa tidur dengan nyaman. Tak terasa menjelang Brebes penumpang saya bangun. Ada teman ngobrol lagi. Dan sang Sulthan meminta saya rehat dulu. Maklum ada hampir empat jam saya membawa kendaraan. 



Rehat kami di restoran area KM 164. Kami nikmati suasana menjelang sore dan sholat Maghrib di sini. Sambil makan di CFC waktu itu, sebagai pengganjal perut. Habis sholat kami lanjutkan perjalanan, gantian saya yang tidur. Nyenyak banget, sampai sampai saya tak mendengar apa apa yang diobrolkan oleh pasutri ini. Benar benar pulas tidur saya hingga rest area sekitar Cikampek, yang ada mesjid Siti Maryam nya. Di sini kami mengisi solar lagi sejumlah 140 ribu rupiah. Selain ngisi solar juga melakukan buang air tentunya. 


Bablas lagi perjalanan malam hingga akhirnya keluar di tol Pondok Aren Bintaro. Sang Sulthan mengantarkan saya terlebih dahulu sebelum beliau ke rumahnya di Karang Tengah Ciledug. Namun sebelum itu kami tutup acara dengan makan malam. Seperti awal berangkat kemarin dengan pecel lele, malam ini pun dengan menu yang sama. Hanya tempatnya saja yang beda. Bagi saya pecel lele juga enak. Saya suka sambel dan lalapan segernya. Sementara sang Sulthan selain dengan lele ternyata favorit nya adalah bebek goreng. InsyaAllah suatu saat nanti saya akan coba juga bebek goreng. Menu yang jarang saya icip selama ini. 


Jam setengah sepuluh saya sampai di rumah. Kamipun berpisah. Suatu pengalaman yang luar biasa bagi saya jadi supir tembak. Dengan pengalaman pertama membawa mobil matic dengan performa terbaik di kelasnya. Ada kebanggaan, bisa menuntaskan kepercayaan teman dengan membawa mobilnya dengan aman dan nyaman. 


Saya akui bahwa mobil ini, mobil Innova Reborn adalah produk gagal. Produk yang gagal saya beli, maksudnya. Hahahaaa


InsyaAllah suatu waktu nanti bisa kembali membawa mobil matic. Entah dengan mobil siapa, dengan siapa, tetapi waktu yang akan menjawabnya. Waktu yang bergulir begitu cepat. Seperti yang saya jalani kemarin. Sehari semalam pulang pergi Tangerang Demak Kudus Tangerang. Sebuah pengalaman yang luar biasa. 


#####



Photo dengan menu teh telor dan mie goreng nya hanyalah pemanis saja. Selain itu juga sebagai bukti bahwa di tempat ini, tulisan ini berawal. De Lapau Minangness Graha Raya


Selasa, 10/08/2022

14.25 WIB

Rabu, 03 Agustus 2022

Ampok

Lauk khas Minangkabau yang jarang ditemui di rantau. Lauk yang sering dibuat apabila 'patah selera' alias kehilangan nafsu makan. Alhamdulillah, menu makan malam kali ini ditambahi dengan bandeng presto goreng pemberian kak Dewi Wuwuh S siang tadi ketika kami mampir ke apartemen nya di kawasan Kemayoran. 

Ampok menjadi penambah nafsu makan malam ini. InsyaAllah, semoga esok stamina pulih seperti sediakala. Maklum tadi malam, pulang sudah larut dari rumah teman di Karang Tengah, naik motor diiringi hujan yang lumayan deras, tanpa jaket sama sekali. Dinikmati saja dinginnya malam, namun ternyata agak patah selera sore tadi. 


Alhamdulillah, ampok yang terdiri dari ikan teri, pete dan kerupuk kulit yang sudah digoreng, dimasukan ke dalam air yang mendidih yang telah ditambahin cabe giling, asam kandis, bawang merah dan bawang putih. Praktis, tanpa santan. Alhamdulillah makan jadi lahap. 


Ditemani oleh buncis yang dikukus, MasyaAllah semuanya nikmat.

Selasa, 02 Agustus 2022

Menjelang.....

Dulu ketika baru merantau ke tanah Jawa ini dan mulai bekerja, punya penghasilan yang cukup dan kumpul kumpul dengan sesama alumni Kimia di Tangerang ataupun Cawang, sering diingatkan tentang hal:

Menikahlah menjelang 30 tahun. 

Karena lewat dari angka 30 itu sama saja menjelang 40 tahun, meskipun hanya lewat sehari. Bisa jadi ini hanya gurauan semata, tetapi saya merasa obrolan itu ada benarnya juga. Lewat 30 tahun usia, biasanya sudah mulai malas untuk menikah. Apalagi bener bener menjelang menginjak 40 tahun. 


Alhamdulillah saya menikah di usia 28 tahun lewat 4 bulan 20 hari lebih kurang. Walau dikatakan sudah cukup matang, tetapi melihat kenyataannya menurut saya lebih pas menikah itu di usia 25 tahun saja. Teringat saya usia Nabi Muhammad, di usia segitu. Usia yang pas. Tetapi saya tetap bersyukur, atas izin Allah bisa menikah sebelum usia 30 tahun. 


Menjelang 40 tahun. 

Dinamika berumahtangga itu di sini. Saat anak anak lahir, besar, sekolah dan kebutuhan lainnya yang semakin besar. Di sinilah saya dan juga kita semuanya, benar benar diuji. Lulus atau tidaknya dalam membina keluarga kecil. Ada yang bilang 5 tahun pertama sejak akad nikah adalah pondasi awal pernikahan kita. Kuat atau tidaknya pondasi, katanya ditentukan di lima tahun pertama ini. Alhamdulillah semuanya dilalui dengan baik. Tentu semuanya atas kemurahan Allah SWT semata. 


Dan benar apa yang dituliskan dalam buku "Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya" yang dulu pernah saya baca. Dan itu ternyata benar. Dengan menikah, sanggup menafkahi istri, anak dan mencukupkan kebutuhan keluarga. Mendayung biduk rumah tangga bersama istri tercinta, perlahan namun pasti semuanya mulai ada. 


Menjelang 50 tahun

Life start at 40, bahasa Padangnya. Ada lagi yang bilang "pubertas kedua" itu saat 40 tahun. Alhamdulillah, so fa so good. Yang ditakutkan ini InsyaAllah sudah hampir terlewati. Yang jelas keraguan keraguan seperti ini tak kami temui. 


Alhamdulillah, makin hari makin baik sajalah amalan kami. Berusaha makin banyak manfaat bagi sesama. Makin menghamba kepada Yang Maha Kuasa. Apalagi semenjak anak pertama, kedua dan ketiga satu per satu masuk pesantren. Anak yang di  pesantren, kami pun mengikuti apa yang mereka lakukan di sana. Mereka kadang puasa senin Kamis, kami pun ikut juga. Mereka qiamullail, kami pun ikut juga. Mereka terbiasa mengaji, kami pun ikut juga. Mereka di sana terbiasa berbagi, kami pun ikut juga. MasyaAllah.. Semuanya tak lepas dari munajat kami kepada Allah semata. Kami titipkan anak anak kami kepada Allah melalui pesantren tempat mereka belajar agama. Bersyukur nya, anak anak kami ini tak ada yang merasa dipaksa. Alhamdulillah mereka enjoy di sana. 


Hidup bagaikan air yang mengalir, kata orang. Tetapi sejatinya kita sendiri yang menentukan kemana air itu hendak kita alirkan. Tentu tak bisa kita sendiri yang menentukan. Pada Yang Maha Esa, seharusnya kita senantiasa sandarkan, pada setiap keputusan yang akan kita ambil. "Libatkan Allah senantiasa", begitu pesan sang Bundo Nova Yanti pada anak anaknya. 


Dan mulai hari ini hingga setahun ke depan adalah masa persiapan saya menjelang angka 50 tahun, dan bersiap siap menuliskan apa yang akan terjadi "Menjelang 60 tahun". Semoga Allah selalu karuniakan kesehatan yang prima, usia yang senantiasa produktif tanpa tergantung pada sesiapa, dan keluarga yang tetap utuh taat pada Allah SWT semata. Di saat anak anak, satu per satu "mentas" pada masanya. Masa masa yang Allah SWT sempatkan bagi kami menyaksikan kesuksesan mereka untuk tetap istiqomah di jalan-Nya, InsyaAllah. Aamiin Ya Rabb. 


#####


Siang ini menikmati kesendirian, sambil merenung dan menuliskan yang telah, sedang dan akan dijalani. Saat saat ini, kami menikmati masa masa awal "Pulang Pokok", terhitung sejak si bungsu mondok di Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus, per 16 Juli lalu. 


Gambar hanya sebagai pemanis tulisan ini saja

Sebagai bukti bahwa dalam kesendirian masih tetap produktif menulis.  



De Lapau Minangness Bukittinggi

Graha Raya Fortune, 14.45

2/8/2022

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...