Ketika beranjak dari rumah ke mesjid waktu subuh tadi pagi, terasa sekali waktu bergerak dengan cepat. Secepat lintasan pikiran yang menyatakan bahwa kemarinnya, minggu pagi sholat subuh saya masih di Masjid Agung Demak. Masjid Agung yang terletak di dekat Alun Alun Kota yang terkenal dengan Bundaran Simpang Enam-nya.
Benar. Subuh di hari Minggu itu saya sudah sampai dalam sebuah perjalanan yang mendadak. Mendadak "dibajak" menjadi "supir tembak" dalam sebuah safar ke dua Kota Wali, yakni Demak dan Kudus. Sebuah ajakan dari Sulthan Ciledug, yang akhirnya saya jawab dengan kata InsyaAllah. InsyaAllah siap. Begitu juga dengan waktu yang berlalu dengan cepatnya ini. Kita harus selalu siap. Siap berarti ikut, tak siap berarti ditinggal.
Alhamdulillah, saya selalu bersyukur, Allah karuniakan stamina yang selalu prima dan istri yang menjadi pasangan hidup saya, orang yang asyik diajak bicara terbuka dan mendukung saya selama untuk kebaikan. Kebaikan untuk semua. Tawakkal nya memang tingkat dewa. Meskipun di rumah harus ditinggalkan sendiri. Dan ini untuk pertama kalinya ditinggal setelah kami "pulang pokok". Biasanya kalo saya pergi, si bontot masih ada menemani sang Bunda.
Sehabis acara Majelis Taklim Subulussalam Walisantri Gontor Tangerang Kota di masjid Ainul Yakin Kompleks Poris Indah siang kemarin, saya dan Bundo mampir ke rumah temannya di samping Green Lake City. Yang jaraknya sangat dekat, hanya se pelemparan tombak saja sampai. Hanya setengah jam saja lebih kurang Bundo bertamu dan berdiskusi dengan istrinya Cing Haji Musrin kamipun pulang, setelah perut kenyang tentunya. Kenyang karena nasi kebuli di pengajian dan ditambah dengan suguhan dari bu Haji ini, yang masuk dalam waktu yang hampir berdekatan. Kenyangnya pool. Alhamdulillah, berkah silaturahmi ya begini ini.
Dalam perjalanan pulang ke rumah itulah ada WA yang berisi ajakan jalan jalan ke Kota Demak dan Kudus. Sembari bertanya jam berapa berangkat, siapa saja yang ikut dan berapa lama, sejatinya saya sedang 'berdiskusi hebat' dengan sang Bundo. Lebih tepatnya, menanyakan seberapa dalam keikhlasan sang Bundo untuk siap ditinggalkan. Itu intinya. Maklum, bagi saya andai ada sedikit saja keraguan dari Bundo, saya memilih untuk tidak ikut. Alhamdulillah, Bundo mantap untuk ditinggalkan barang semalam dua malammalam. WA dari Sulthan saya jawab, "InsyaAllah siap berangkat".
Sehabis sholat ashar di masjid Hidayatul Ikhwan dekat rumah, dengan motor saya langsung mengambil laundry dan membeli telor bebek di pasar Arinda. Dalam perjalanan ke rumah dari pasar Arinda, berpapasan dengan sang "Sulthan" dengan Innova nya. Bersyukurnya, di rumah sang Bundo telah menyiapkan segalanya. "Koper mini" sandang dengan pakaian, handuk dan perlengkapan mandinya sudah tersedia di kamar. Tinggal dimasukin saja.
Tiga orang tamu yang siap membawa saya sore itu, kami suguhi dahulu dengan teh telor dan cemilan yang tersedia, apa adanya. Dan selama obrolan di rumah, ternyata ada sedikit perubahan rencana keberangkatan. Awalnya hanya satu mobil, ternyata menjadi dua. Dan rombongan yang kedua ternyata sudah berada di Perumahan Taman Alfa Indah Kembangan Joglo Jakarta Barat. Terpaksa segera beberes, siap siap berangkat.
Sore itu kami meninggalkan Puri Bintaro Hijau, langsung ke Taman Alfa Indah. Menjelang maghrib sampai di sana, bersilaturahmi sejenak sambil menunggu waktu maghrib. Selepas maghrib, dalam gerimis hujan yang penuh berkah, kami pamit kepada Ustadz sang tuan rumah dan Nyonya untuk memulai perjalanan.
Dan ternyata, sebelum masuk tol, kami diajak makan malam dahulu. Maklum ada anak anak yang ikut serta, dan makan makan di sini tentu lebih nikmat. Menu pecel lele, ayam dan bebek adalah pilihannya. Makan malamnya nikmat. Saya dengan satu nasi dan dua lelenya. Saya akui mantap banget sambelnya.
Perut yang kenyang, menyebabkan saya tertidur dalam perjalanan awal ini. Duduk di depan, dengan Innova Matic keluaran rekatif baru ini menyebabkan nyaman banget disupiri sang "Sulthan". Tadinya berniat untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana caranya membawa mobil matic ini, tapi malah kebablasan tidur. Maklum selama ini saya memang belum pernah membawa mobil matic.
Alhamdulillah tidur nyenyak, membawa berkah. Rehat di rest area KM 102 membuat saya seger. Segelas kopi dan kripik singkong yang menjadi teman ngobrol kami. Dan sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, saya test drive dulu mobilatic ini satu putaran. Alhamdulillah, meskipun agak grogi, tapi sang owner percaya, saya bisa.
Dengan basmallah, saya mulai lanjutkan perjalanan, sebagai "supir tembak". Pelan, namun pasti kecepatan mulai meninggi. Akselerasi pun mulai nakal sesekali. Pelan pelan saya sudah mulai sehati dengan Innova matic ini. Kecepatan tertinggi saya jajal ada di kisaran angka 150. Masih sangat nyaman, sangat sangat stabil. Nggak seperti Terios yang di angka 140 saja, sudah terasa ngos-ngosan. Nafasnya mulai berat. Kadang agak limbung jika berpapasan dengan bus.
Dengan Innova ini, belum berani lebih dari 150. Rerata kecepatan saya masih aman. Masih aman bagi penumpang dan bagi kendaraan. Saya sangat menghargai siapa siapa yang saya bawa ini. Orang yang mesti saya jaga dengan aman sampai di tujuan. Perjalanan mereka masih panjang, tidur dengan nyaman mereka selama perjalanan harus saya jaga.
Di restoran Area 379A, kami lagi rehat di sini sambil menunggu mobil satunya lagi, yang berisi dua keluarga pasutri dengan anak anaknya. Menjelang jam dua dini hari kami di sini. Agak lama kami menunggu kedatangan mobil satunya lagi. Dinginnya udara malam sangat terasa. Ada satu jam menunggu akhirnya yang dinanti datang juga. Rehat lagi sekitar setengah jam, sambil ngobrol dan membahas rencana selanjutnya. InsyaAllah dalam waktu satu jam lebih sedikit kami akan sampai di Kota Demak sesuai GPS.
Tak lama berselang saya masih dipercaya membawa mobil ini. Yang lain masih lanjutkan mimpinya. Hanya saya dan Sulthan saja yang asyik ngobrol, meski kadang beliau tidur juga selayang. Melintasi tol Semarang yang mulai ramai hingga akhirnya saya keluar di dekat Pelabuhan Tanjung, stir saya serahkan ke om Sulthan. Gantian saya yang rehat. Sesekali saya tidur selayang.
Dan akhirnya mendekati Alun Alun Kota Demak, terbangun sudah mendengar adzan subuh berkumandang. Kami parkir dan sholat subuh di masjid Agung Demak, sementara mobil satunya lagi langsung menuju mesjidnya Sunan Kalijaga. Kami yang salah arah. Setelah selesai sholat, kami segera melanjutkan ke Makam Sunan Kalijaga dimana teman kami sudah menanti di sana. Jarak antara kedua Mesjid ini tak jauh. Dan di masing masing mesjid itu ada makan Sunan dan keluarganya. Banyak yang berziarah di sana, tetapi saya tak begitu tertarik dengan ziarah kubur seperti itu. Hati saya hanya rindu untuk berziarah ke makam Rasullulah dan sahabatnya saja. Ke Madinah dan Mekkah sajalah asa ini dipelihara.
Napak tilas keluarga di sini sebentar saja, kami lanjut ke makan Sunan Kudus. Jarak tempuh dari Demak ke Kota Kudus ini hanya setengah jam saja. Alhamdulillah, pagi Senin itu lancar, meskipun truk banyak ditemui di jalanan. Di dekat makan Sunan Kudus ternyata ada acara. Ada haul. Banyak pejabat dan warga yang hadir dan berharap berkat juga. Kami parkir agak jauh, di sisi kanan jalan. Maklum sisi kiri sudan rapat dengan kendaraan roda empat.
Di sini pun tak lama. Setelah selesai ke makam, ki makan siang. Saya kembali menikmati soto daging kerbau, yang memang di Kudus ini itu yang banyak. Daging sapi tak banyak yang mengkonsumsi di sini. Maklum masih ada penghormatan kepada sapi di sini, persis sama dengan sahabat kita di Pulau Bali.
Habis makan kami berpisah. Satu mobil masih lanjut dengan acaranya, dan kami balik ke Tangerang sekalian mengantarkan sepasang tamu agung kami ke terminal Jati Kota Kudus, yang kebetulan searah. Jam dua belas siang sampai di terminal, sebentar menunggu bus Patas yang akan membawa mereka ke Kota Pahlawan, Kota Surabaya.
Setelah itu kami lanjutkan perjalanan pulang. Menjelang masuk pintu TOL, kami mampir di SPBU terdekat. Mengisi solat, mandi dan sholat juga. Rehat sekitar satu jam ada di sini. Ngobrol yang ringan ringan saja, pelepas penat saja. Selesai itu saya kembali pegang kemudi. Dua penumpang saya tidur.
Memang kami sama sama ngantuk, cuma harus saling jaga. Ketika saya yang bawa, sang Sulthan biarlah tidur. InsyaAllah sampai nanti di Cirebon gantian.
Siang menjelang sore, saya nikmati jalan tol Semarang Jakarta ini dengan kecepatan aman. Yang penting penumpang bisa tidur dengan nyaman. Tak terasa menjelang Brebes penumpang saya bangun. Ada teman ngobrol lagi. Dan sang Sulthan meminta saya rehat dulu. Maklum ada hampir empat jam saya membawa kendaraan.
Rehat kami di restoran area KM 164. Kami nikmati suasana menjelang sore dan sholat Maghrib di sini. Sambil makan di CFC waktu itu, sebagai pengganjal perut. Habis sholat kami lanjutkan perjalanan, gantian saya yang tidur. Nyenyak banget, sampai sampai saya tak mendengar apa apa yang diobrolkan oleh pasutri ini. Benar benar pulas tidur saya hingga rest area sekitar Cikampek, yang ada mesjid Siti Maryam nya. Di sini kami mengisi solar lagi sejumlah 140 ribu rupiah. Selain ngisi solar juga melakukan buang air tentunya.
Bablas lagi perjalanan malam hingga akhirnya keluar di tol Pondok Aren Bintaro. Sang Sulthan mengantarkan saya terlebih dahulu sebelum beliau ke rumahnya di Karang Tengah Ciledug. Namun sebelum itu kami tutup acara dengan makan malam. Seperti awal berangkat kemarin dengan pecel lele, malam ini pun dengan menu yang sama. Hanya tempatnya saja yang beda. Bagi saya pecel lele juga enak. Saya suka sambel dan lalapan segernya. Sementara sang Sulthan selain dengan lele ternyata favorit nya adalah bebek goreng. InsyaAllah suatu saat nanti saya akan coba juga bebek goreng. Menu yang jarang saya icip selama ini.
Jam setengah sepuluh saya sampai di rumah. Kamipun berpisah. Suatu pengalaman yang luar biasa bagi saya jadi supir tembak. Dengan pengalaman pertama membawa mobil matic dengan performa terbaik di kelasnya. Ada kebanggaan, bisa menuntaskan kepercayaan teman dengan membawa mobilnya dengan aman dan nyaman.
Saya akui bahwa mobil ini, mobil Innova Reborn adalah produk gagal. Produk yang gagal saya beli, maksudnya. Hahahaaa
InsyaAllah suatu waktu nanti bisa kembali membawa mobil matic. Entah dengan mobil siapa, dengan siapa, tetapi waktu yang akan menjawabnya. Waktu yang bergulir begitu cepat. Seperti yang saya jalani kemarin. Sehari semalam pulang pergi Tangerang Demak Kudus Tangerang. Sebuah pengalaman yang luar biasa.
#####
Photo dengan menu teh telor dan mie goreng nya hanyalah pemanis saja. Selain itu juga sebagai bukti bahwa di tempat ini, tulisan ini berawal. De Lapau Minangness Graha Raya
Selasa, 10/08/2022
14.25 WIB