Rabu, 27 Januari 2021

Ujian yang Saya tidak mau mengulang seumur hidup

By: Oky Rachmatulloh


Sepertinya baru kemarin ujian kelas enam Gontor ini saya alami. Sebulan yang penuh konsetrasi, sebulan yang penuh perhatian, sebulan yang sulit melupakan. Ujian ini dimulai ketika kami dikarantina. Sebuah proses belajar total melepaskan semua tanggung jawab pesantren kepada adik-adik kelas lima. Kami dikumpulkan di Aula Gontor. Kami boleh teriak-teriak, boleh tegang-tegangan, boleh bertingkah asalkan semuanya dalam rangka belajar. Tidak boleh keluar, kecuali jadwal mandi, makan, dan Sholat. Tidurpun juga harus di Aula gedung pertemuan.


Selesai? Tentu saja belum, itu baru permulaan. Setelah itu ada amaliah, praktek mengajar, lalu dimulailah ujian lisan. Kami dipanggil dua orang-orang. Menghadapi Guru-Guru kami yang rata-rata S-2 dan S-3 lulusan luar negeri  dan didampingi Guru pengajar kami yang S-1. Pertanyaanya semuanya berbahasa Arab dan Inggris. Materinya dari mulai Bahasa Arab dasar, Muthalaah (bacaan arab), Nahwu, Sharf, Mantiq, Balaghah, Reading, Grammar, Compostotion, Dictation, Kepondok modernan, Tarbiyah wa Ta’lim (Pendidikan dan Pengajaran), dan semua materi itu dimulai dari kelas satu sampai kelas enam…!!! 6 tahun kita belajar… semua di ujikan… semua dipersiapkan…


Baiklah, sudah selesai? Sama sekali belum. Tibalah kita pada puncak ujian ini. Ujian tulis yang betul-betul saya tidak akan pernah mau mengulanginya seumur-umur. Semua pelajaran, berbahasa Arab dan Inggris, dan 20% mata pelajaran berbhasa Indonesia. Dan semuanya ESAI…!! Tidak ada yang pilihan Ganda. Jadi harus dihapalkan, harus dimengerti, harus dikonsentrasikan, diluar kepala. Ini yang membuat strees. Ada yang mungkin setiap pagi selalu susu dan telor setengah matang, siang hari redoxon, dan malam hari konsumsi cerebrofit. Itu akhirnya ndak kuat, ada yg muntah. Badannya panas meninggi. Matanya sayu. Tapi  tapi kami memaksa diri untuk ujian, tau alasannya?? Tidak ada istilah ujian susulan di Gontor. Ga ikut ujian ya sudah.. wassalam… ujian lagi tahun depan…


Suasana ujiannya? Kami duduk berdua dengan jarak 1-1,5 M. Diawasi oleh Guru-Guru senior yang semuanya lelaki..!! Dengan resiko berat yang harus kami tanggung…NYONTEK DIUSIR..!!


Kalau melihat betapa stresnya kami, boleh dikatakan kami lebih berhak untuk teriak-teriak sambil naik motor merayakan selesainya ujian kelulusan ini bukan? Kami tentu lebih berhak mencorat-coret baju kami sebagi tanda tuntasnya stress kami selama menempuh ujian bukan? Kami tentu lebih berhak berkeliling pondok dengan knalpot meraung-raung lalu merayakan selesainya ujian “gila” ini dengan penuh kemenangan??


Tapi…kami tidak melakukannya. Kami berjas dan berbaris rapi lalu menghadap kiblat, didepan masjid Gontor, kami bersujud bersama-sama mensyukuri bahwa ujian akhir telah selesai dan sudah kita lewati. Untuk kemudian menyalami teman kami satu per satu, sambil mengucap selamat berjuang… Sebab bisa jadi kita tidak akan pernah bertemu lagi. Karena memang kita akan dipisah jarak dan waktu, sambil beruntai air mata dan senyum kami ucapkan…Terima Kasih Gontorku… Terima kasih…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...