Jumat, 22 Januari 2021

Nasi Bakar

Menjelang mau sholat jumat tadi, HP berdering. 

"Assalammualaikum", sapa dari seberang bertanya. 

"Waalaikumsalam wrwb", jawab saya sambil menerka suara siapa yang akrab ini. Maklum no beliau belum saya saved. 

"Pak Andi ada di rumah?", lanjutnya.

"Ada pak", jawab saya.


"Mau ngantarin nasi bakar buat pak Andi. Ada 5 buah saya siapkan", lanjutnya. 

"Siap pak Ari, saya tunggu" jawab saya. 

Saya langsung ingat siapa pemilik suara ini ketika beliau menyebutkan nasi bakar. Sahabat yang sangat senang guyonan sama saya, tetangga yang baik dan jamaah tetap di masjid Hidayatul Ikhwan. Orang manggil dia pak Ari, tetapi saya lebih sering memanggil dia pak Wakil. ☺


Tak lama berselang dia sudah di depan pagar, dengan tentengan nasi bakar sambil menyapa, "Assalammualaikum pak Andi".

Saya datangi, sambil menjawab, "Waalaikumsalam wrwb".

Nggak sempat masuk karena waktu ke mesjid sudah mepet, saya bayar nasi tersebut sejumlah Rp. 60.000,- sesuai yang disampaikan oleh beliau, sembari mengucapkan terimakasih. 


Setelah itu saya berwudhuk dan ganti pakaian, bersiap ke mesjid, sementara sang Bundo sudah membukakan nasi bakar tersebut untuk Dhifa. Awalnya dia ragu. 

"Kok nasi dibakar?", tanyanya. Sejenak saya jelaskan. "Ini nasinya uenak, ayah pesan khusus dan adek harus cobain, biar tahu rasanya juga".


Tak sempat saya lihat dia makan, saya sudah jalan keluar rumah menuju mesjid.


##


Pas pulang dari mesjid, saya dengar dari sang Bundo ternyata Dhifa kekenyangan. "Kenyang banget", katanya sambil tiduran di kamar sama bundanya. 


Saya pun kemudian mengambil sendok dan sebutir telor asin yang sudah beberapa hari ini tergelatak sendirian di atas meja makan. Tak ada yang menyentuh. Saya pikir ini cocok dengan nasi bakar yang sudah disediakan bundo di ruang tamu tempat Dhifa tadi makan. Dari ruang tamu ini makan bisa sekalian mendengar obrolan sang bundo sama Dhifa. Dan yang bikin saya takjub, ternyata dia kekeyangan karena makan dua porsi nasi bakar tersebut. 


Dia kalo lagi mau makan emang begitu. Kalo lagi nggak mood, sudah juga dipaksa makan. Ini artinya nasi bakar pak Ari ini emang nikmat. Sama persis ketika saya pertama kali memakannya. 

###


Pertama kali makan nasi bakar pak Ari ini pada tanggal 6 November tahun lalu. Saat itu sehabis jumatan juga, saya mendampingi ustadz Komara yang hadir sebagai khotib di masjid kami ini. Saya dampingi beliau, karena waktu itu beliau sebagai ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor Darussalam wilayah Tangerang Raya, yang juga punya program untuk menyalurkan dai dai muda alumni Gontor sebagai khotib/juru dakwah. 


Sebelumnya dengan perubahan status dari musholah menjadi masjid, saya mengusulkan kepada pengurus DKM beliau dkk bisa menjadi khotib jumat. Waktu itu lagi disusun jadwal khotib hingga akhir desember 2021 sejak 4 September 2020 sebagai pertama kalinya sholat jumat kami adakan. 


Di teras masjid itu kami makan siang bersama dengan pengurus DKM dan jamaah yang hadir. Saya waktu itu disuguhi nasi Padang, tetapi menolak karena melihat ada yang berbeda. Yang berbeda ini saya minta karena nasi Padang terlalu "berat" bagi saya. Saya ambil porsi yang agak kecil aja, sekalian pengen mencoba nasi bakar ini. 


Dan saya akui, nasi bakar ini memang nikmat. Dan yang saya takjub dari ujung ke ujung lauknya full. Ada ikannya, ada juga ayam yang disuir suir. Ada cabenya juga. Aroma daun pisang yang dibakar melekat ke nasinya. 


Setelah makan, baru saya tahu ternyata nasi bakar ini adalah donasi sedekah Jumat dari saudaranya Pak Ari. 


Saya tak tahu berapa jumlah donasi mereka saat itu. Tetapi saya pesan ke pak Ari kalo nanti ada lagi donasi, lebihkan saya 5 bungkus, saya beli. Saya pengen Bundo dan Dhifa juga menikmatinya.


Pas tanggal 12 Desember lalu di daerah Damasraya, sekitar jam 11-an saya ditelpon pak Ari, bahwa pesanan nasi bakar buat saya sudah beliau siapkan. Dengan rasa menyesal saya sampaikan bahwa saya dalam perjalanan pulang kampung. Saya sampaikan kepada beliau, permohonan maaf saya tetapi nanti tetap saya bayar, tambahkan saja nasi bakar tersebut buat sedekah jumat.


Masih "tagantuang salero", pikir saya saat itu. 


###


Alhamdulillah, hari ini saya dan keluarga bisa menikmati nasi bakar tersebut. Dan Dhifa ternyata sangat menyukainya. Itu yang lebih penting bagi saya. Bertambah juga "rasa" yang dia dapatkan, selain masakan #DapurBundoNova, masakan bundanya. 


Ciledug, 22/01/2021

17.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...