Sabtu, 12 Oktober 2024

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Residensi namanya. Penginapan murah meriah tetapi bersih dan nyaman. Akses kemana-mana dekat dan berada di pusat kota. Ada alun alunnya dan mesjid Agungnya. Ini yang jadi pertimbangan kami selama ini jika berkunjung ke kota Kudus untuk melihat putri bungsu kami yang mondok di Kota Santri ini.

Alhamdulillah berbincang sebentar dengan resepsionis penginapan, akhirnya kami mendapatkan sebuah motor Mio untuk dirental satu setengah hari hingga Minggu malam. Harganya Rp 150.000. Bagi saya ini cukup fair. Toh motor diantar ke penginapan dan insyaallah esok diambilnya di terminal Jati Kudus saat kami kembali ke Tangerang dengan bus Kalingga Jaya rencananya.


Setelah selesai, sekitar jam 9.30 kami berdua motoran. Menuju Pijar Park yang berjarak sekitar 19 km dari alun alun. Perkiraan waktu tempuh ke sana sekitar 30-40 menit. Jalan kesana akan menanjak karena menuju pinggang gunung Muria. Akan banyak nanti ditemui objek wisata alam maupun wisata sejarah ke arah sana. Karena di ujungnya ada makam Sunan Muria sebagai salah satu  wisata tujuan wisata bagi sebagian ummat Islam. 


Namun kami fokus pada satu titik saja. Pijar Park. Sebelum sampai di lokasi tujuan saya sempat mampir sebentar mengisi BBM motor secukupnya. Walau di tangki motor masih cukup. Namun untuk keberhati-hatian selama berkendara tak ada salahnya juga kita memastikan ketercukupan bahan bakarnya.


Sengaja ke sana dengan kecepatan sedang sampai lirak lirik alam di sisi kiri dan kanan. Melihat objek wisata yang ada sepanjang jalan sekalian spanduk cagub dan cawagub Jateng yang bertebaran sepanjang jalan. Pasti salah satunya nanti akan menjadi pasangan gubernur dan wakil gubernur. "Pertempuran" menarik di Jateng ini. Antara dua jendral purnawirawan TNI dan Polri. Keren Cadas pokoknya.


Jam setengah 11 siang kami sampai di area parkir motor Pijar Park ini. Oh ya, Pijar itu singkatan loh ya. Pinus Kajar. Pinus adalah pepohonan khas di daerah gunung Muria ini. Kajar adalah nama desanya. So lokasi wisata ini disingkat menjadi Pijar Park. 


Ternyata lokasi ini asyik untuk dikunjungi bersama keluarga. Area bermainnya lengkap. Ada Playground, Camping ground nya juga. Bisa juga untuk outbound training, Jeep Trip Adventure ke kawasan gunung Muria dengan paketnya masing-masing, sesuai budget tentunya. Ada villa atau penginapan yang bisa disesuaikan dengan kondisi kantong nya juga. Setara dengan penginapan yang ada di hotel di kota Kudus ataupun Demak dan sekitarnya. So masih masuk akal. Nggak terlalu mahal menurut kami.


Area bermainnya oke punya. Lokasi wisatanya demikian bagus tertata. UMKM yang ada disana melibatkan masyarakat sekitarnya dan harganya itu pun masih terjangkau. Toilet ada di banyak tempat. Sayang mushola yang bagus dalam tahap pembangunan. 


Nuansa ECO PARK nya sangat terasa di sini. Udaranya segar meskipun sepanjang jalan terik mentari sangat kami rasakan. Silakan nikmati video klip yang saya serta di area wisata andalan di kabupaten Kudus ini lebih lengkap. 


Dan pas adzan Zuhur berkumandang kami laksanakan sholat jamak takdim berjamaah di sini. Menunaikan haknya Allah SWT atas kami yang juga kami rasakan sebagai kebutuhan rohani tentunya. Selepas sholat seperti biasanya ada ketenangan bathin yang mengalir.


Sebelum jam 12.30 sesuai target waktu yang kami rencanakan masih sempat saya menikmati secangkir kopi Muria dan seporsi gethuk goreng yang menarik saat melihat menu yang ada di salah satu kantin yang ada. Ada tiga varian isi gethuk di sini. Ada gula aren, coklat dan gula pasir. Secara kasat mata bentuk gethuk goreng ini mirip dengan sala lauak yang ada di ranah Minang. Tetapi yang ini rasanya lebih manis tentunya.

Terasa enak ketika kami mencoba gethuk goreng coklat akhirnya satu porsi lagi kami pesan dengan isian dalamnya gula aren buat Dhifa, si bungsu kami nantinya.


Dan tepat jam 12.30 kami lanjutkan perjalanan ke area parkir motor. Bersiap siap ke Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus menjemput anak kami yang sudah kangen untuk dikunjungi. Minggu lalu sesuai jadwal vidcall dengan Bunda nya sampai terbawa mimpi bahwa dia dikunjungi. Dia pengen pulang, kangen rumah katanya. Bundanya paham dan akhirnya Jumat sore kemarin kami berangkat naik bus Muji Jaya dan sampai di Kudus menjelang subuh tadi pagi.


Dan sesuai jadwal Dhifa bisa dijemput jam satu siang dan diizinkan untuk kami bawa semalam bersama kami menginap melepaskan rindunya. Insyaallah setelah ini dia akan semangat kembali mewujudkan impiannya dan keinginan kami menjadi seorang penghafal Al-Quran nantinya. Semoga asa ini terwujud. Hanya kepada Allah SWT kami serahkan segalanya. Ikhtiar telah kami maksimalkan dan anak kami pun penuh semangat selama mondok di sini. Doakan juga ya....


Kudus, 12 Oktober 2024

20.53 WIB.

Segaris Taman Graha Raya Bintaro

Alhamdulillah pagi Minggu, 6 Oktober kami melakukan olahraga jalan kaki di Graha Raya Bintaro. Ajakan dari sepasang walisantri Gontor juga yang sudah biasa melakukan olahraga di sini. Namanya Segaris Taman.

Lokasi ini adalah perpaduan antara trotoar dengan pusat penjualan aneka taman yang ada di Graha Raya Bintaro. Trotoar yang lebar dan panjang sangat tepat dinikmati untuk olahraga jalan kaki. Sangat sangat nyaman untuk melaksanakan aktivitas olahraga disini, sekalian mencuci mata dengan taman taman bunga dan buah yang dipamerkan oleh para penjual.


Ini adalah kali pertamanya kami ke sini. Dan kami akui tempat ini bisa menjadi tempat favorit bagi kami untuk olahraga jalan kaki kelak. Apalagi kalo ada teman-teman lainnya yang berkenan ikut serta.

Sengaja kami datang lebih dulu ke sini. Jam 05.50 kami sudah memulai jalan kaki. Panjang track ini lebih kurang 1 km. Alhamdulillah ketika hampir selesai dua kali bolak balik jalan yang kami tempuh, akhirnya Bu Endang dan pak Abbas datang juga. Kami lanjutkan olahraga pagi ini.


Setelah saya dan Bundo selesai tiga putaran, Bundo dan bu Endang memilih melanjutkan senam aerobik yang ada di pelataran trans mart yang ada di ujung jalan. Saya dan pak Abbas lanjutkan olahraga ini hingga selesai di lima putaran. Alhamdulillah keringat sudah membanjiri badan. 


Sempat sebentar mampir di cluster graha Raya ini mencari mencari mesjid. Sekedar melihat suasana cluster perumahan yang ada di belakang pusat taman ini dan sekalian juga untuk mencari toilet untuk sekedar buang air.

Selesai olahraga jalan kaki ini kami berpindah tempat ke seberang Segaris Taman ini. Jejeran ruko yang ada di seberang nya, ada beberapa yang menjual jajanan ataupun kulineran pagi buat sarapan.


Kami menuju salah satu ruko yang menjual soto, ketoprak, baso dan mie ayam. Soto adalah menu pilihan Bundo dan ini yang menjadi alasan utama bagi saya dan pak Abbas serta Bu Endang mampir ke sini. Soto ayam Surabaya pilihan kami bertiga dan Bu Endang memilih baso.


Sebuah kebersamaan yang terbina selama ini, sejak menjadi walisantri Gontor hingga anak-anak kami sudah lulus menjadi alumni. Sebuah kebersamaan yang bisa dibungkus dalam majelis taklim ataupun olahraga seperti pagi ini.


Hal produktif yang bisa dilakukan bersama sambil membicarakan banyak hal yang sudah dilewati sebagai walisantri Gontor dan apa yang sedang dan akan dilakukan oleh anak anak kami ke depannya. Dan ini bukti bahwa Gontor telah mempersaudarakan kami. Kami dekat begini karena Gontor. Sesama walisantri Gontor dulunya. Dan ukhuwah ini tetap terjaga, terpelihara selamanya. Insyaallah.


Bintaro sektor 9

07/10/2024 - 14.55 WIB


Segaris Taman Graha Raya Bintaro

Selasa, 17 September 2024

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day 

Minggu 15 September 2024


Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten bersama temannya yang ternyata juga tetangga rumah beda blok di Puri Bintaro Hijau. Kami di Tangerang Kota, sementara ortu Ghifari temannya di Tangerang Selatan. Sama sama mahasiswa tahun baru di sana dan sama sama urang awak. Akbar lahir dan besar di Padang, sementara temannya lahir dan besar di tanah Jawa. Hanya dua tiga kali pulang ke kampung halamannya di Padang. 


Dan Minggu pagi sengaja kami ajak Akbar ke Jakarta untuk menikmati suasana car free day. Ini pengalaman pertama bagi dia. Maklum keinginan untuk mengetahui 'mantan' Ibukota Negara yang bertambah rancak dan anggun di era gubernur Anies Baswedan tentu impian bagi semua pemuda pemudi di seluruh pelosok negeri yang bernama NKRI ini.


Indahnya Jakarta yang berjejeran gedung gedung pencakar langit, moda transportasi tang terintegrasi, jalan raya yang lebar dan segala fasilitas yang ada, yang jarang mereka temui di kota kelahirannya. Yang selama ini hanya bisa dinikmati melalui media massa, medsos dan lain sebagainya, tentu akan berbeda dengan pandangan mata langsung.


Alhamdulillah, semoga ini menjadi pemikat dia untuk nanti tetap berkontribusi bagi negeri ini ke depan setelah selesai pendidikan S1 nya di Fakultas Hukum. Moga bisa berlanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan merambah hingga ke Luar Negeri kelak. Dari Padang ke Jakarta bahkan ke Luar Negeri kelak.


Dan kami nikmati kebersamaan ini dengan naik moda transportasi Trans Jakarta. Sayang keinginan untuk menikmati MRT harus ditunda dulu karena ada aktifitas lainnya yang harus saya lakukan setelah kami jalan kaki dari Monas hingga Bundaran HI kemarin.


Namun keinginan Akbar sudah terpenuhi. Di Monas pun kami sudah menikmati sarapan pagi, lontong dan soto padang. Kenyang dulu baru olahraga jalan kaki sepanjang Sudirman antara Monas dan bundaran HI.


Moga lain waktu kita jajaki halnya lain. Termasuk yang belum kesampaian adalah menikmati nasi Kapau di kawasan Senen/Kwitang. Moga lain waktu bisa terlaksana.

Aamiin


Peninggalan, 16 September 2024

21.10 WIB


Photo lebih banyak bisa klik link di bawah:

https://www.facebook.com/share/p/Sjao3FXhuaa28EWE/?mibextid=oFDknk

Jumat, 02 Agustus 2024

Gulai Jengkol Komplit

Alhamdulillah tadi pagi sang Bundo bikin gulai jengkol ini. Sengaja bikin banyak karena memang mau makan bareng dengan Om Burry di kantin KPP Pratama Tangerang Timur.


Di sini kita nikmati bersama om Susilo pak Juhara dan ustadz Kanda yang kebetulan hadir di kantin ini. Begitu juga masih sempat di nikmati oleh pegawai KPP yang makan sebagai menu tambahan.


Gulai jengkol komplit?

Ya komplit karena selain jengkol dan daun singkong juga ada teri nya, udang rebonnya dan tahunya juga. Lebih dari sekedar gulai jengkol biasa.

Dan menu ini ternyata disukai oleh customernya Ayam Chemonk nya Om Burry. Dan insyaallah terbantu promosi juga Dapur Bundo Nova siang ini. 


Alhamdulilah ada pesanan berikutnya buat hari Selasa pekan depan dari pegawai KPP antara lain:

Dendeng Lambok 1kg

Gulai Jengkol 2kg

Rendang Jengkol 2kg


Berbagilah, insyaallah ada rezeki mu di sana. Dan ini terbukti siang ini di kantin KPP Pratama Tangerang Timur.


https://www.facebook.com/share/p/cQJJ7qdE9ZTuqB2R/?mibextid=oFDknk

Minggu, 28 Juli 2024

Car Free Day dan Terapi Zona

Alhamdulillah pagi tadi setelah subuhan dan zikir pagi, Bundo dan saya kembali turun dari penginapan. Kami menjajal jalanan yang ada di sekitaran alun-alun lagi. 


Hari ini lebih rame daripada kemarin karena hari ini ada Car Free Day nya. Sepanjang jalan menuju alun alun ditutup selama tiga jam lamanya sejak jam 6.00 pagi. Namun jam 5.30 sudah banyak warga yang berolahraga dan juga pedagang yang menggelar dagangannya.


Hari ini rame. Semua warga tumpah ruah dari segala usia. Anak anak balita yang ditemani orangtuanya, kakek dan nenek serta para remaja. Termasuk juga komunitas sepeda. Olahraga dan kulineran sejalan di sini. Parkiran motor menjelang akses masuk ke CFD ini penuh semuanya. 


Yang dagang banyak banget, apa saja ada. Mulai dari makanan tradisional hingga makanan kekinian. Ada yang take away, ada juga yang makan lesehan di tempat yang disediakan para pedagang. Aneka pakaian pun tersedia. Bahkan supermarket sekelas Ramayana pun buka lebih awal. Area main anak pun tersedia. Lumayan juga perputaran uang yang terjadi setiap pekannya di sini. Perputaran uang di kaum menengah ke bawah tentunya. 


Seputaran alun alun warga berjalan kaki mengitarinya. Baik di jalan raya ataupun di track di bagian atas jalan. Komunitas sepeda biasanya menjadikan area alun alun ini sebagai tempat rehatnya. Tempat mencari kulineran yang enak dan sesuai lidah tentunya.


Dan yang menarik bagi saya dan Bundo adalah terapi yang tersedia di pojok alun alun dekat Ramayana Mall. Nakamura The Healing Touch namanya. Mereka menyediakan tiga "dipan knock down" buat yang mau mencoba terapi yang mereka tawarkan. Lumayan banyak terapisnya, wanita dan pria. Mereka memberikan layanan cuma-cuma ataupun kalo pun mau bayar, bayar saja seikhlasnya. Terapi mereka berikan lumayan lah, sekitar 15 menit. Namun jika mau yang lebih dari itu bisa dilanjutkan di outlet mereka. Dan tentu ini ada tarifnya. 



Dan pagi ini setelah lumayan jalan kaki bersama Bundo, saya akhirnya mencoba juga bagaimana rasanya terapi di bagian kaki. Cukup 15 menit saja dan saya adalah pasien kedua terakhir mereka. Sudah agak siang dan saya mendapatkan terapi lebih dari 15 menit. Selesai saya berikan tips buat terapisnya dan bonus air tebu 3 paket yang Bundo belikan buat mereka.


Terapi Zona namanya yang dilakukan untuk saya pagi tadi. Terapi dengan penekanan titik meridian pada sekitar telapak kaki untuk meningkatkan kesehatan organ dalam seperti lever, ginjal, lambung dan sebagainya. Membantu menstabilkan tekanan darah, sulit tidur, permasalahan seksual, serta memperlancar peredaran darah di seluruh tubuh. 


Begitu khasiat yang diberikan sesuai penjelasan dari link dibawah ini:

Nakamura The Healing Touch Kudus

0812-9179-8900

https://g.co/kgs/5coej5V


Bagi yang berminat silakan browsing alamat di atas di kota anda masing-masing. Silakan rasakan manfaat yang diberikan. Tentu sesuai pilihan anda masing-masing dari terapi yang dipilih.


Simpang Tujuh Kudus 

Minggu 28 Juli 2024

14.43 WIB

Sabtu, 27 Juli 2024

Citywalk Sunan Kudus

Alhamdulillah pagi ini memang luar biasa. Semalam sampai di Kota Kudus jam 1.40 dini hari, rehat sejenak di pelataran masjid Agung Kota Kudus yang tepat berada di dekat Alun-alun Simpang Tujuh. Sekitar setengahnya jam rehat kami pindah ke penginapan OYO Residen yang berjarak sekitar lima puluh meter dari mesjid. Kebetulan saja ada satu kamar yang kosong dengan tarif 130.000. 


Setelah subuh dan tidur lagi setengah jam, Bundo ngajak jalan kaki. Kita susuri lah itu jalan Sunan Kudus hingga ke ujung, memutar ke kiri, mengikuti jalan yang ada dan ke kiri lagi menuju penginapan. Lebih kurang jalannya di kota kretek ini "ngotak". Insyaallah kalo baru datang di sini pun di jamin nggak bakalan nyasar. Karena jalannya tertata dengan baik. Lurus lurus saja jalan di sekitaran alun alun ini. 


Dalam perjalanan pagi ini sempat mampir ke pasar kecil yang ada di sekitaran jalan yang dilalui. Membeli buah dan kulineran ringannya. Asli di sini murah semuanya. Begitu juga sempat sarapan nasi SOP daging sapi dengan harga 13.000 se porsinya. Uenak tenan. Dan ternyata daging sapinya didatangkan dari Pati. Tahu kenapa? Karena di Kudus jarang sekali warganya memotong sapi. Persis Bali katanya. Umumnya di sini adalah olahan daging kerbau. Soto kerbau, daging kerbau dan lain sebagainya. Ibu yang jualan Nasi sop dan Nasi Gandul daging sapi ini, termasuk langka di kota Kudus ini. SOP nya enak. Mantap.


Lepas makan kita balik ke penginapan. Bundo ada urusan BAK dan rehat sejenak sambil menikmati kulineran ringan yang tadi dibeli dan menelpon Ama yang ada di Kapau Bukittinggi. Saling bertanya kabar dan kondisi masing-masing.


Tak lama berselang kami lanjutkan lagi jalan-jalan di Alun-alun. Subuh tadi ada banyak tenda juga di dalam area alun alun. Dan ternyata ada acara HUT Ikatan Bidan Indonesia Cabang Kudus. Ada promosi UMKM nya juga. Tetapi tujuan utama adalah jalan kaki lagi.


Sepertinya trip pertama tadi sekitar satu jam-an jalan, masih kurang bagi Bundo. Ada sekitar 5 km tadi kami lewati bersama.


Dan di alun alun, ternyata membuat kita asyik juga berjalan. Lumayan banyak yang jalan kaki pagi ini. Ada beberapa yang berpasangan, ada yang sambil mengendong bayinya dan ada juga yang jomblo serta ada anak-anak SD yang berolahraga bersama pak gurunya. Sambil melihat sambutan sambutan dan acara IBI yang berada di tengah alun-alun, pagi yang cerah, suasana yang bersahabat membuat kami berdua tak terasa telah melingkari alun-alun sebanyak 11 kali. Perkiraan saya sebelas putaran ini lebih kurang sekitar 5 km.

Mantaaap sekali stamina sang Bundo. Sepertinya tak kenal lelah. Dan saya menikmati nya. Saya senang staminanya sangat hebat. Sangat prima. Sanggup berjalan kaki pagi ini lebih dari 10 km.


Dan akhirnya kami rehat, melepaskan penat di bangku bangku yang banyak tersedia di sekeliling alun-alun ini. Bundo mampir ke stand UMKM sekadar membeli rujak yang ada.

Tulisan ini selesai ketika saya melihat Bundo menikmati rujak sambil sesekali, berteriak, "Padeh". Ha-ha-ha 


Alun-alun Simpang Tujuh Kudus

Sabtu 27 Juli 2024 

09.50 WIB

Senin, 22 Juli 2024

Maksi Sederhana

Alhamdulillah dengan lauk alakadarnya cukup membuat lapar hilang. Warna yang ada cukup menantang. Membangkitkan nafsu, membuka selera.


Sederhana itu nikmat. Apa adanya saja yang disajikan oleh pemilik dapur membuat nasi berpindah semuanya ke lambung. Habis makan, nasinya tak ada sisa.


Simple saja lauknya hari ini. Maco Jo sapek goreng. Sambalado jariang Mudo. Ampok teri Medan Jo karupuak jangek. Abuih lobak Singgalang. Yang satu piring lagi rendang dari kampung, sayang yang ini tak tersentuh jadinya.


Yang simple ini menjadi pembuka selera. Ini saja cukup untuk membuat bahagia. Nasi habis, pedas sambel hijau nya masih terasa dan keringat bercucuran. Untung saja yang punya dapur lagi dinas, ngajar di sekolahnya. Kalo tidak tentu nampak "congok" nya kita. Andai tadi berdua tentu ndak cukup tadi nasinya.


Lauk sederhana itu nikmat. Lauknya orang kampung memang beda. Namanya pun tak rumit rumit untuk disebut. Ndak patah-patah lidah kita melafalkannya. Sederhana. Dan sederhana itu nikmat.


Ya kan, ya kan?

Senin, 15 Juli 2024

Menuju Bakauheni (part 7)

Bang Anto sangat santai bawaan nya. Dia kaya pengalaman sebelumnya di truk dan tronton. Baru bergabung di Al Hijrah tetapi sangat nyaman dengan cara dia membawakan bus premium ini. As a second driver dia sepertinya sangat berpengalaman membawa bus berpenumpang. Saya di bangku depan bersama dia sejak sehabis subuh. Tenang bawaannya, padahal bus dilakukan dengan kecepatan di atas rata. Rem bus sangat pakem. Cakram depan belakang. Penumpang tetap banyak yang lelap dalam tidurnya.


Berpacu di jalan tol yang relatif sepi. Mengejar Al Hijrah Suite Family yang duluan berlari meninggalkan kami sejak rehat kedua tadi. Apalagi kami tertinggal dengan dua kali masuk SPBU untuk mencari solar yang ada.


Penumpang sudah pengen cepat sampai di rumah makan Siang Malam di Kalianda. Makan siang yang dijanjikan gratis. Servis makan yang disediakan PO bus ini tentu sangat membuat penasaran. Karena tak ada PO bus Sumatra Barat yang memberikan servis begini sebelumnya. Yang ada hanya kupon berupa diskon seharga 25.000.


Menjelang keluar tol di Kalianda sempat masuk lagi ke SPBU karena alarm BBM sudah "bersuara". Sayang, lagi lagi solar tak ada di sepanjang rest area yang kami temui. Dengan yakin bang Anto menyatakan bahwa untuk sekitar 45 km lagi menuju Rumah Makan masih bisa. Dia mulai mengurangi kecepatan bus. Ambil jalur kiri sesekali pindah ke kanan.


Alhamdulillah keluar tol Kalianda bus berbelok ke kiri. Lanjut terus menuju Jalur Lintas Sumatra sekitar 10 km. Tetap dengan kecepatan sedang akhirnya menjelang rumah makan ada sebuah SPBU. Mampir disini sebentar untuk mengisi satu juta rupiah lagi solar. Antrian hanya satu truk di depan. Tak lama kemudian bus bergerak ke rumah makan Siang Malam.


Dan ternyata benar ada servis makannya. Ada ruangan khusus bagi penumpang Al Hijrah. Suite Family sudah menunggu kami, begitu juga dengan bus Miyor berjulukan Cameroon. Kami segera makan dan menunaikan sholat jama' qashar Zuhur dan Ashar.

Alhamdulillah lepas makan jam tiga an lewat bus kembali berpacu menuju pelabuhan Bakauheni. Menjelang jam empat bus sudah masuk pelabuhan. Sayang sedikit Al Hijrah Suite Family masuk kapal terakhir, dan kami terpaksa menunggu kapal berikutnya.

Legundi datang, bongkar muat sekitar setengah jam dan jam 5 lewat kami pun siap berlayar ke pulau Jawa.


Oh ya selepas dari rumah makan kendali sudah berpindah tangan ke bang Rahmad. Bang Anto rehat.


Tol Merak

15/7/2024 19.33 WIB

SMS: Solar Masih Susah (part 6)

 SMS: Solar Masih Susah (part 6)


Setelah rehat di RM Simpang Raya Tempino kendali bus diambil alih oleh Bang Anto, sekitar jam 3 dini hari. Bang Dayat yang sebelumnya membawa kembali ke "kandang singa" rehat kembali. 


Bawaan Bang Anto cukup stabil, sat set mendahului kendaraan yang ada di depannya. Jalanan sepi membuat bus bisa melaju agak kencang. Penumpang Kemabli tidur dalam buaian mimpinya masing-masing, termasuk Bundo yang ada di sisi kanan saya. Tak lama saya pun menyusul.


Menjelang adzan subuh saya kembali terbangun dan tak berapa lama bus pun berjalan perlahan. Mencari posisi yang aman untuk berhenti di sisi kiri jalan. Dan di depannya ada mesjid yang indah. Mesjid Ar Rahman namanya.


Adzan berkumandang dengan syahdunya. Bundo yang masih terlelap saya bangunkan. Kemudian saya turun perlahan, menunggu Bundo di bawah sembari mengambil gambar syantik masjid besar ini.


Kemudian kami masing-masing menuju area wudhu yang terpisah di kiri dan kanan mesjid. Lumayan panjang juga ukuran mesjid ini hingga ke area wudhu nya. Saya pun masih sempat melaksanakan rutinitas pagi sebelum subuh. Dorongan yang mendesak untuk dikeluarkan setiap bangun dari tidur. Setelah selesai langsung berwudhu dan masuk ke dalam mesjid untuk menunaikan sholat fardhu. Alhamdulillah saya bersyukur karena selama safar ini subuh senantiasa terjaga berjamaah di Masjid. Sesuatu yang sangat sangat saya syukuri.


Tak lama selesai sholat saya sempat Kodak interior mesjidnya. Mesjid yang bagus didalamnya, juga dikelilingi AC yang banyak. Luar biasa mesjid yang berada di jalan lintas Sumatra ini. 


Keluar dari mesjid baru saya sadari adanya aroma karet. Mengingatkan saya akan area Simpang Haru di Padang dan area jembatan Leighton di Pekanbaru, dimana waktu itu kokoh berdiri pabrik pengolahan karet. Aroma yang sama saya temui pagi ini. 


Tak lama sambil menunggu Bundo keluar dari mesjid saya memesan satu cup susu jahe instan. Mendengar cerita ibu yang menjual di sekitaran mesjid ini. Biasanya ada sekitaran 5 bus yang parkir di sini dari Padang menunaikan sholat subuh katanya. Subuh ini hanya bus kami saja parkir di sini. Namun beberapa kendaraan pribadi lumayan banyak. Begitu juga sepeda motor penduduk sekitaran berjejer rapi di sisi kiri mesjid.

Tak lama saya mengiringi langkah Bundo masuk ke dalam bus, saya melipir sejenak mengambil gambar lainnya. Setelah itu saya menyapa seorang bapak yang ada di warung asesoris, yang juga baru selesai sholat subuh di mesjid tadi. Eh, ternyata dia dari Baso Bukittinggi. Pernah sekolah di MTI Kapau dan pernah tinggal di Surau Sirah di kampung halaman Bundo sekitar tahun 1981-1987. Anaknya ada dua orang anaknya di sekitaran daerah Sungai Lilin ini. Satu berkeluarga dan satu masih bujang. Alhamdulillah pertemuan dengan orang kampuang awak di rantau ko lain Lo seronyo. Lumayan panjang "Ota" kami hingga supir dan kru bis mempersilakan para penumpang naik kembali ke bus.


Tak lama berselang bus sudah berjalan kembali menyambut pagi. Beberapa kali bus berjalan melambat ketika melihat SPBU. Solar masih saja susah dicari. Dan akhirnya bang Anto dan kru memutuskan membeli Dexlite seharga 300.000 rupiah agar bus tak berhenti di jalan nantinya. Apa boleh buat. Menurut bang Anto lebih baik dexlite ketimbang solar yang ada di pinggir jalan di depan SPBU. Jauh lebih aman, katanya.

RM Simpang Raya Tempino (part 5)

Selepas rehat dan sholat jama' qashar di RM Umega Pulau Punjung Royal Platinum kami langsung melaju membelah malam di lintas pacu Jalinteng. Beriringan keluar dari rumah makan dengan Suite Family, konvoi. Boleh dikatakan jalan bareng duo Al Hijrah ini lebih cepat dari sebelumnya.


Nyaman sekali di jalur lurus lintas tengah ini. Sign kanan bis hampir selalu nyala, buat minta jalan ke kendaraan yang ada di depannya. Ada dua titik betonisasi dan satu jalan amblas yang membuat antrian kendaraan menuju Muaro Bungo. Buka tutup ini yang sedikit banyaknya menyebabkan keterlambatan bus bus yang dari rantau ataupun yang dari ranah saat ini. Malam ini di dua titik betonisasi sangat panjang di dua sisi jalan.


Mampir sejenak di terminal Bungo, bus langsung tancap gas lagi. Sekedar "setor wajah" di terminal karena tak ada penumpang yang naik dari sini. Di pertigaan lampu merah bus berbelok ke kiri menuju Tempino.


Saya tertidur setelah itu. Begitu juga penumpang lainnya sudah duluan tertidur. Tak ada lagi obrolan sesama penumpang, termasuk saya dengan Bundo. Hampir semuanya terlelap dalam mimpi nya masing-masing.

AC yang dingin, selimut bak bed cover yang lumayan tebal sangat memanjakan penumpang. Dari ujung kaki hingga leher bisa tertutupi oleh selimut Al Hijrah ini. Meskipun blower AC yang di atas kepala sudah kami tutup tetapi dinginnya AC masih saja terasa. Ini mungkin yang membuat penumpang lelap dalam tidurnya.


Sekali terdengar keriuhan ketika ada goncangan pada bus. Lumayan lama juga saya tertidur. Terbangun ketika bus sudah mendekati jalur ekstrim di Bajubang. Jalur rusak, berlubang yang agak dalam, membuat bus harus ekstra hati-hati. Mengurangi kecepatan, memilih jalan yang mungkin dilalui. Kadang lubangnya sudah selebar jalan. Di beberapa spot ada dua tiga orang pemuda yang memandu jalur bis menggunakan senter di tangannya. Namun tentu ada "ketiding" yang mereka julurkan ke para driver yang melewati jalur tersebut. Adanya mereka sangat membantu lalu lintas malam yang ada. Jujur mereka membantu. 


Di beberapa spot juga ada dua atau tiga truk kecil yang berhenti setelah jalan rusak ini. Mereka konvoi kecil-kecilan. Antisipasi kejahatan malam yang bisa saja terjadi di jalur ini. Bila ada kerusakan mereka akan berhenti berkelompok seperti yang saya lihat malam ini.


Mesin pacu Al Hijrah ini memang luar biasa tangguh. Boleh dikatakan tak ada yang menyalip kendaraan yang kami tumpangi ini. Kenyamanan Mercedes Benz yang satu ini memang layak dipuji. Chasis premium nya memanjakan penumpang malam ini. Semuanya lelap dalam tidurnya. Meskipun ketika ada lubang lubang sepanjang jalur Bajubang menuju Simpang Tempino. Air suspensi nya oke pake banget.


Di simpang Tempino bus berbelok ke kanan, memasuki Jalintim. Jalur Lintas Timur nya Sumatra. Boleh dikatakan ini jalurnya relatif lurus hingga nanti masuk di Jalur Tol Lintas Sumatra di Palembang nantinya. Moga diakhir tahun nanti jalur tol ini sudah bisa dinikmati mulai dari Tempino ini, sehingga akan mempercepat waktu tempuh rantau dan ranah. 


Teman lari sejak dari Bajubang yang saya lihat adalah ANS yang berada di depan bus kami. ANS ini akhirnya "nganan", melipir ke RM Wisata Minang sedangkan kami tetap lurus. Driver sempat masuk ke SPBU yang penuh sesak dengan antrian truk yang banyak dan panjang. Berharap ada celah untuk bisa mengisi solar. Tetapi akhirnya keluar dari jalur antrian, karena melihat Al Hijrah Suite Family sudah lewat. Dengan agak bersusah payah akhirnya bisa juga keluar dari antrian ini. Belum tahu nanti mau ngisi solar dimana lagi ini.



Dan akhirnya bus rehat di RM Simpang Raya. Sudah ada dua Al Hijrah Suite Family menanti kami. Satu dari Jakarta. Saya segera ke toilet yang ada di belakang rumah makan ini sementara Bundo tetap bertahan di dalam bus.


Dan akhirnya saya menikmati segelas kopi susu disini. Bundo akhirnya turun menemani dengan memesan seporsi sate ayam yang kami nikmati bersama.


Tak berapa lama hanya Al Hijrah kami yang tinggal. Dua suite family sudah berjalan duluan. Kami menyusul saat tulisan ini selesai.


Tempino 15/07/2024

03.28

Minggu, 14 Juli 2024

RM Umega (part 4)

Keluar dari Terminal Bareh Solok bus langsung meluncur menuju jalan lintas tengah Sumatra. Suite Family dah duluan jalan, kami di belakang.


Sepanjang jalan, alam yang indah terpampang dan saya sangat menikmatinya. Alhamdulillah Hijrah dengan chasis premium ini memang sangat nyaman. Satu-satunya PO yang menggunakan Mercedes Benz 0500RS 1836 saat ini untuk jalur Jakarta Sumatra Barat. 


Tak terasa saya sempat tertidur selayang ketika bus memasuki Silungkang. Bang Ipe Rasoki sempat merekam perjalanan ketika kami melewati wilayahnya. Padahal saya dah mati-matian untuk bisa melihat dia dari dekat. Sayang momen ini terlewatkan.


Tak lama berselang saya tertidur lagi. Kali.ini lebih lelap lagi. Entah mengapa saya juga nggak tahu. Mungkin tetangga sebelah kanan saya sudah tidur lebih awal, saya jadi ikut-ikutan. Tak ada teman ngobrol, tak ada lagi yang dituliskan, ya tidur adalah momentum terbaik untuk rehat.

Terbangun ketika memasuki Pulau Punjung, saya pindah ke depan. Di kursi CC, samping pak Supir dan asistennya. Alhamdulillah, ruangan itu tanpa asap rokok membuat saya nyaman di sana sambil mengambil gambar dan video Jembatan Merah, icon nya Pulau Punjung Dharmasraya. 


Obrolan saya bersama sang Driver bang Rahmat tentang pengalamannya sebagai supir lintas, menyenangkan. Dia pernah di Lubuk Basung Jaya dan Transport Express. Sempat viral dengan bus Kudo Gadang yang berjulukan Netral, sebagai armada tercepat dari rantau sampai di Solok beberapa waktu yang lalu, 24 jam.


Dan jujur dia akui Al Hijrah ini jauh lebih baik mesinnya daripada bus lain yang pernah dia bawa dan jauh lebih nyaman. Begitu juga tutur dari kondektur yang belum saya ingat namanya.


Tak lama berselang bus pun sampai di rumah makan Umega. Sayang beberapa SPBU yang sempat dilirik bang Rahmad sepanjang jalan tadi kosong solar-nya. Penyakit di lintas Sumatra yang belum ada obatnya dari pemerintah. Padahal di sekitaran SPBU banyak yang jual ketengan. Pemerintah tidak tegas dalam regulasi. Pemerintah tidak berpihak kepada kepentingan umum, kepentingan orang banyak. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Benarkan?

Ketika sampai di RM Umega jam menunjukkan 17.30. Saya sempat menutup diskusi ringan dengan bang Rahmat dan mengambil gambar dia. Dan selanjutnya waktunya saya ke "belakang" dan kemudian menemani Bundo makan soto. Satu porsi soto pake nasi dan satu tanpa nasi, yang kami nikmati berdua plus air minuman gelas. Total yang kami bayar seharga 50.000 rupiah.


Keluar dari rumah makan Al Hijrah Suite Family datang. Ternyata dia tertinggal di belakang. Begitu juga diikuti oleh dua buah bus SAN Scania Tronton tujuan Bengkulu.


Akhirnya dua supir Al Hijrah sepakat untuk mempersilakan para penumpang untuk menunaikan sholat di sini. Ini lebih baik daripada jalan sebentar kemudian istirahat lagi buat menunaikan sholat Maghrib dan Isya. Lebih nyaman di sini dan sekalian menunggu waktu konvoi bareng lagi sepanjang malam menuju tempat rehat selanjutnya. Jalan malam dua unit Al Hijrah tentu lebih aman.


Tujuan selanjutnya tentu rumah Makan Simpang Raya Tempino.


Dharmasraya 

14/07/2024 19.32 WIB

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...