Keluar dari Terminal Bareh Solok bus langsung meluncur menuju jalan lintas tengah Sumatra. Suite Family dah duluan jalan, kami di belakang.
Sepanjang jalan, alam yang indah terpampang dan saya sangat menikmatinya. Alhamdulillah Hijrah dengan chasis premium ini memang sangat nyaman. Satu-satunya PO yang menggunakan Mercedes Benz 0500RS 1836 saat ini untuk jalur Jakarta Sumatra Barat.
Tak terasa saya sempat tertidur selayang ketika bus memasuki Silungkang. Bang Ipe Rasoki sempat merekam perjalanan ketika kami melewati wilayahnya. Padahal saya dah mati-matian untuk bisa melihat dia dari dekat. Sayang momen ini terlewatkan.
Tak lama berselang saya tertidur lagi. Kali.ini lebih lelap lagi. Entah mengapa saya juga nggak tahu. Mungkin tetangga sebelah kanan saya sudah tidur lebih awal, saya jadi ikut-ikutan. Tak ada teman ngobrol, tak ada lagi yang dituliskan, ya tidur adalah momentum terbaik untuk rehat.
Terbangun ketika memasuki Pulau Punjung, saya pindah ke depan. Di kursi CC, samping pak Supir dan asistennya. Alhamdulillah, ruangan itu tanpa asap rokok membuat saya nyaman di sana sambil mengambil gambar dan video Jembatan Merah, icon nya Pulau Punjung Dharmasraya.
Obrolan saya bersama sang Driver bang Rahmat tentang pengalamannya sebagai supir lintas, menyenangkan. Dia pernah di Lubuk Basung Jaya dan Transport Express. Sempat viral dengan bus Kudo Gadang yang berjulukan Netral, sebagai armada tercepat dari rantau sampai di Solok beberapa waktu yang lalu, 24 jam.
Dan jujur dia akui Al Hijrah ini jauh lebih baik mesinnya daripada bus lain yang pernah dia bawa dan jauh lebih nyaman. Begitu juga tutur dari kondektur yang belum saya ingat namanya.
Tak lama berselang bus pun sampai di rumah makan Umega. Sayang beberapa SPBU yang sempat dilirik bang Rahmad sepanjang jalan tadi kosong solar-nya. Penyakit di lintas Sumatra yang belum ada obatnya dari pemerintah. Padahal di sekitaran SPBU banyak yang jual ketengan. Pemerintah tidak tegas dalam regulasi. Pemerintah tidak berpihak kepada kepentingan umum, kepentingan orang banyak. Seharusnya ini tidak boleh terjadi. Benarkan?
Ketika sampai di RM Umega jam menunjukkan 17.30. Saya sempat menutup diskusi ringan dengan bang Rahmat dan mengambil gambar dia. Dan selanjutnya waktunya saya ke "belakang" dan kemudian menemani Bundo makan soto. Satu porsi soto pake nasi dan satu tanpa nasi, yang kami nikmati berdua plus air minuman gelas. Total yang kami bayar seharga 50.000 rupiah.
Keluar dari rumah makan Al Hijrah Suite Family datang. Ternyata dia tertinggal di belakang. Begitu juga diikuti oleh dua buah bus SAN Scania Tronton tujuan Bengkulu.
Akhirnya dua supir Al Hijrah sepakat untuk mempersilakan para penumpang untuk menunaikan sholat di sini. Ini lebih baik daripada jalan sebentar kemudian istirahat lagi buat menunaikan sholat Maghrib dan Isya. Lebih nyaman di sini dan sekalian menunggu waktu konvoi bareng lagi sepanjang malam menuju tempat rehat selanjutnya. Jalan malam dua unit Al Hijrah tentu lebih aman.
Tujuan selanjutnya tentu rumah Makan Simpang Raya Tempino.
Dharmasraya
14/07/2024 19.32 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar