Minggu, 02 Februari 2025

SilaturaHMI dengan Ajo Duta Mardin

Alhamdulillah siang menjelang sore tadi bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan salah seorang tokoh di milis rantau net, di kediamannya di daerah Pinang Tangerang Kota.


Datang bersama Bundo Nova sehabis kondangan di daerah sekitar situ situ juga, dan beliau berkenan menerima kehadiran kami. Beliau adalah pak Dutamardin Umar, yang dulu biasa di sapa Ajo Duta di milis urang awak yang menjangkau banyak diaspora Minang di banyak negara, selain anggota terbanyak nya tentu dari Indonesia juga. Saya bergabung di milis tersebut sekitar tahun 2000-an dan sejak itulah saya mengenal nama beliau.


Dan sekarang ini kami juga satu komunitas, yakni di WAG Jalinsum Lovers, suatu komunitas pecinta Jalan Lintas Sumatra, yang dikunceni oleh pak Mulyadi Dt MB.


Dalam obrolan perdana kami dengan Ajo Duta ini juga ditemani oleh kanda Taufani Tasmin Sutan Saiyidi yang juga satu kompleks dan juga satu jama'ah masjid di Pinang Griya Permai. Obrolan ringan kami yang sarat dengan makna, berakhir menjelang adzan ashar berkumandang.


Ajo Duta ini dulunya kuliah di Akademi Pimpinan Perusahaan di Jakarta yang juga aktif di HMI cabang Jakarta pada zamannya. Tahun 1990 beliau hijrah ke USA dan menetap di sana hingga sekarang. Saat ini dalam rangka liburan musim dingin, Ajo Duta ke Indonesia.


Kami akhiri obrolan di rumah Ajo Duta dan kami sama sama menunaikan ibadah sholat ashar berjamaah di masjid Uswatun Hasanah. Setelah selesai sholat kami pun berpisah. Berpisah untuk bertemu kembali, insyaAllah.


Alhamdulillah bangga bisa bertemu dengan salah satu tokoh Minang yang lama di negeri paman Sam.


Parung Serab Ciledug 

Sabtu malam, 1 Februari 2025


Sabtu, 01 Februari 2025

Bakureh

Bakureh adakah salah satu tradisi gotong royong di daerah Solok, negeri yang termasuk dalam wilayah budaya Minangkabau dengan sistem kekerabatan matrilineal. Tetapi bisa juga diartikan Bakarajo Kareh alias kerja keras.


Setelah sampai Senin siang, 16 Desember 2024 di Kapau, di saat "urang sadang marandang" dengan penuh kejutan bagi Ama Asma Yati, ante Nelti Jamaah dan sanak famili lainnya, kami ditawarkan lagi untuk makan siang. Tawaran yang tak bisa ditolak tentunya, meskipun perut masih kenyang akibat makan lamak di RM Aroma Pagaruyung Batusangkar sebelumnya. Maklumlah "sambanyo lamak", karena hasil gotong royong para ahli Amak Amak di nagari Kapau ini.


Makan baselo yo sabana sero. Sambil makan tentu banyak juga obrolan yang menyenangkan, penuh kebahagiaan atas kedatangan kami ini. Apalagi Anda Yolanda melengkapinya dengan kedatangan yang juga bersifat mendadak juga untuk hari Kamis nanti.  Padahal sebelumnya tak ada rencana untuk pulang di akhir tahun ini. Sudah bulat niat mereka untuk pulang kampung menjelang lebaran tahun depan. Allah SWT yang membolak-balikkan hati, Allah yang memberi rezeki, Allah jua lah yang mungkin mengabulkan doa dan permintaan orangtua yang ada di kampung halaman. Tentu dalam "Alek Panutuik" harapannya bisa barami rami. 


Menjelang ashar kami pulang ke rumah, Ama ikut naik Terios bersama kami, bertiga. Meskipun jaraknya tak berapa jauh. Namun kami senang, Terios ini sangat terasa dibutuhkan dan banyak memberikan manfaat.


Menjelang sore itu sebuah travel berhenti di depan rumah. Dan ternyata Om Ide, adik Ama yang di Kuala Lumpur, juga baru datang. Sendirian. Dia diantarkan oleh travel yang pemiliknya juga orang Kapau dari Bandara Internasional Minangkabau. Bertambah kebahagiaan Ama hari itu.


Dan di malam hari selepas sholat isya, menjelang rehat malam kami sudah mendapatkan "pesan" dari Ama apa yang akan dilakukan esok hari. "Pesan" yang harus dilakukan sesegera mungkin, mumpung orang belum rame.


#####


Selasa, 17 Desember 2024.


Setelah selesai sholat subuh di mesjid Pandam Basasak, saya segera pulang ke rumah dan mengajak Bundo Nova Yanti  untuk malapeh taragak. Selera kami sama. Pengen sarapan pagi yang berkuah.

Dan dengan motor berdua, kami segera meluncur ke kadai Dewi, sahabat SMP juga dengan Nova. Di sana kami makan Mieso. Mieso Daging. Mieso adalah makanan jadul asli ranah Minang yang sudah jarang ada. Selain Mieso Daging ada juga Mieso Ayam. Kedua Mieso ini sudah tergerus oleh baso dan mie ayam dari Jawa. 


Setelah makan di sana, kami membawa juga buat Ama dan Om Ide. Selain Mieso juga kami bawakan katan goreng buat bersama pagi ini di rumah.


Dan setelah sarapan, "pesan" Ama tadi malam segera kami lakukan. Beberes di rumah utama, paviliun dan di rumah lama Ama yang ada di seberang jalan. Membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, menata sofa dan meja makan, agar terlihat luas. Rumah utama akan penuh sesak oleh anak minantu dan cucu. Paviliun buat keluarga dari Malaysia. Dan rumah lama buat keluarga yang dari Pekanbaru. Rumah lama ini masih kosong, karena selama ini dikontrakkan. Nah yang terberat adalah mengangkat kasur, karpet dan selimut ke rumah lama ini. Yo sabana bakureh kami baduo. Namun semuanya dilakukan dengan seneng hati. Walau belum bersih sepenuhnya namun yang berat berat ini selesai juga dalam hampir tiga jam pagi itu. Lainnya bisa diangsur nanti secara bertahap.

Jam 9 saya mengantarkan om Ide ke plaza Telkom di Stasiun, jln Muhammad Sya'fei. Mengganti SIM card om Ide sehingga bisa berkomunikasi dengan anak dan cucunya di Malaysia. "Berpisah dengan cucu adalah hal yang berat", katanya. Tetapi menjadi ringan ketika bisa video call. 


Setelah selesai, saya ajak Om mampir sejenak di salah satu "kadai" di depan Plasa Telkom tersebut. Menikmati Teh Talua Malimpah yang sempat viral sejak tahun yang lalu. Selain itu kami juga mencoba dengan apa yang namanya Mie Bangladesh. Mie ini intinya Indomie goreng juga, tetapi diolah dengan setengah becek dan ditambah dengan telor setengah matang. Ok juga rasanya.

Setelah itu kami pulang, dan sesampai di rumah tak lama berselang om Ir dan Alan, anak bujangnya juga sudah sampai di rumah. Mereka berdua juga dari Malaysia. Pesawat pagi dari sana.


Ama masih di rumah Ante. Urang kampuang masih bakureh. Memasak buat persiapan baralek. Nova ternyata sudah selesai dengan tugasnya. Karpet di rumah lama ini sudah terbentang. Kasur dan selimut sudah tertata dengan baik. 


Dan sorenya pun saya kembali lagi ke Plaza Telkom untuk mengganti SIM card Alan, sedangkan om Ir tak begitu perlu karena bisa sharing nantinya. Pulang dari sana kami mampir membeli beberapa porsi sate. Sate Mak Ngulu tentunya. Sate yang disukai oleh Ama.

Alhamdulillah menjelang Maghrib kami.makan sate bersama. Plus karupuak Laweh yang dibeli om Ide satu kantong.


Dan hari ini anggota di rumah Ama kembali bertambah. Dan akan bertambah lagi tentunya. Esok, Kamis dan Jumat akan makin rame.


Bintaro, 31 Januari 2024

11.00 WIB

Rabu, 29 Januari 2025

Mudik Desember 2024 (part 3)

 Trip Report Tangerang Bukittinggi

Senin 16 Desember 2024


Jam empat dini hari saya terbangun dari tidur. Benar benar pulas tidur semalam. Lelah yang kemarin terbayar sudah. Namun ternyata Bundo Nova sudah bangun lebih awal dari saya.


Walau tadi malam menjelang tidur sudah mandi, pagi ini saya tetap mandi lagi. Mandi buat menjaga kesegaran di pagi hari ini. Mandi menjelang sholat subuh juga. Dan sesuai rencana sehabis subuh nanti kami akan lanjutkan perjalanan. 


Setelah mandi, menunaikan sholat sunah dan menunggu adzan subuh berkumandang. Sholat sendirian di kamar yang cukup luas ini. Sementara saya sholat, Bundo berkemas kemas. Merapikan kamar yang akan kami tinggalkan dan mempersiapkan apa yang akan kami bawa kembali ke dalam mobil.


Lepas sholat saya ke meja resepsionis. Kosong. Tak ada orang di sana. Saya kembali ke kamar dan segera membawa koper dan kantong makanan yang ada ke mobil. Bundo menyusul di belakang.


Tak lama berselang, si Abang yang jaga penginapan menyambangi kami. Menyapa dan mengajak ke meja resepsionis. Kemudian memberikan kembali KTP yang dititipkan tadi malam. Sewa kamar kami hanya Rp 200.000,- sudah dibayar di awal. Untuk sewa segitu dengan fasilitas yang ada, cukup murah.


Ketika mesin mobil saya hidupkan, si Abangnya sudah membukakan pintu gerbang buat kami keluar. Dan breakfast yang tadi malam kami pesankan, ternyata tak bisa dipenuhi. Hal ini karena kami berangkat terlalu pagi. Namun sebagai gantinya kami diberikan pop mie dua buah. Tak mengapa. Lumayan buat anak anak nantinya. Sarapan kami pagi itu cukup dengan cemilan yang masih ada. Masih cukup banyak buat berdua.


Kami keluar dari penginapan sekitar jam 5.30. Terios segera meluncur ke jalan raya yang tak jauh dari penginapan kami tadi, menuju Jalan Lintas Tengah Sumatra Muaro Bungo.


Jalan ini merupakan trek lurus menuju Sumatra Barat. Boleh dikatakan trek ini sangat disenangi oleh para driver. Up and Down. Mendaki dan menurun saja umumnya. Kecepatan bisa dipacu semaksimalnya. Namun tetap harus hati-hati. Kadang kala di ujung pendakian, tak nampak ada mobil dari arah berlawanan karena saking tingginya tanjakan. Begitu juga harus hati hati terhadap "penguasa wilayah" yang ada di sepanjang lintasan. Mereka adalah para sapi yang dibiarkan bebas berkeliaran mencari makan.


Dan pagi itu saya mengendarai Terios santai saja. AC sengaja tak dihidupkan. Udara sejuk berhamburan masuk di sela sela jendela mobil yang dibuka sedikit saja. Dinginnya mengalah AC.


Tak banyak bus ataupun truk yang lewat pagi itu. Yang lebih dominan adalah kendaraan pribadi dengan berbagai macam plat nomornya. Beberapa mobil dengan plat dari Jawa, "bercilaput". Penuh dengan tanah dan debu Sumatra yang menempel di body nya. Sedangkan yang berplat BH terlihat bersihnya.


Sesekali saya coba juga mencari teman lari pagi itu. Sekedar mengusik kesepian. Alhamdulillah lancar semua perjalanan yang kami tempuh pagi itu. Tak ada macet ataupun antrian panjang yang kami rasakan. Lancar jaya.


Di Tanah Badantuang kami belok kanan. Menuju Sijunjung, Lintau, Batusangkar dan Bukittinggi. Ini adalah jalan yang sering kami lalui dan merupakan jalan pintas, jalan tercepat. Dibandingkan via Solok dan Danau Singkarak, jalur ini lebih cepat sekitar dua jam.


Jalan masih sepi dan kecepatan bisa agak dipacu. Terkendala sedikit di sekitar Ampalu, karena hari Senin adalah hari pasarnya. Aksesnya dialihkan ke jalan yang sempit dan kembali nanti ke jalan utama dekat jembatan batang Ampalu.

Di sekitaran sini sudah mulai tampak orang berjualan durian. Pemandangan yang sangat menggoda tentunya. Dan akhirnya kamipun berhenti. Jam menunjukkan angka 08.50 pagi waktu itu.


Ada pondokan di pertigaan jalan. Makan durian di tempat dengan harga Rp 25.000,- saja. Sarapan kami pagi itu dengan durian plus ketan yang disediakan. Satu durian untuk berdua. Saya pake satu bungkus katan, bunda tidak. Dan itu sangat memuaskan. Rasanya mantap. 

Disebabkan rasanya yang oke, kami percayakan kepada si Ibu penjual untuk memilihkan 9 buah lagi buat kami bawa sebagai oleh-oleh. Namun kepercayaan seperti ini, jika anda dalam perjalanan, janganlah sesekali. Jangan sampai ada sesalan di belakangan, seperti yang kami alami. Tak sampai setengahnya yang bisa dimakan. Ini jadi pelajaran bagi kami.


Sekitar setengah jam rehat kami di sini, perjalanan dilanjutkan menuju Lintau dan kota Batusangkar, ibukota kabupaten Tanah Datar, kampung halaman saya.


Udara yang segar, alam yang indah merupakan pesona tersendiri bagi kami berdua. Obrolan kami selama perjalanan sangat mengasyikkan. Banyak hal yang terceritakan.


Dan akhirnya rasa lapar kembali menggoda si Bundo. Maklum sudah hampir dua puluh dua jam belum bertemu dengan nasi lagi. Dan RM Aroma Pagaruyung pilihan kami. Lokasinya sebelah kiri jika kita dari Istano Basa Pagaruyung.

Kami sampai di sini sekitar jam 10.30. Saat yang pas untuk makan, sebelum ramai pengunjung. Masakan nya juga baru matang. Dan di sini makanan dihidangkan dengan nasi satu bakul untuk berdua. 


Alhamdulillah lagi lagi kami makan lamak. Lauk yang kami pilih adalah ikan bakar, dendeng balado, gulai tunjang, sayur pucuak ubi dan Anyang plus teh talua. Totalnya hampir 90 ribu rupiah. Kami puas makan di sini dan kami sangat rekomendasi buat teman teman yang lainnya. Lamak lah pokoknyo.


Setelah makan kami lanjutkan perjalanan menuju Kapau Bukittinggi. Tak lama lagi kami akan sampai. Perjalanan Batusangkar hingga Kapau Bukittinggi butuh waktu sekitar satu jam-an.


Kami berhenti sejenak di SPBU Biaro mengisi BBM sejumlah Rp 300.000,- Untuk pertalite. Selesai ngisi BBM adzan Zuhur berkumandang, saya sholat di mushola yang ada di SPBU ini. Di sisi kiri Mushola terpampang sawah yang luas dan Gunung Marapi yang berdiri dengan kokohnya. Lagi lagi alam yang indah terhampar.


Menjelang jam satu siang kami pun sampai di Kapau. Terios parkir di depan rumahnya Ante Nelti Jamaah, saya masih di mobil dan Nova pun segera turun dari mobil. Nova menuju orang yang masih sibuk di dapur belakang, memberikan kejutan bagi semua orang. Surprise tentunya. Tak ada kabar, tak ada berita, tiba tiba datang di saat orang sedang "marandang". Marandang artinya prosesi membuat rendang yang umumnya dalam skala besar.


Saya menyusul kemudian. Melihat kebahagiaan yang terpancar dari sanak saudara yang ada, terutama Ama Asma Yati . Bergetar suara Ama, bercerita bahwa beliau tak menyangka bahwa kami sedang dalam perjalanan di daerah Jambi ketika beliau menelpon kami kemarin.


Tak lama berselang, Ama dapat suprise yang kedua. Anda Yolanda yang ada Batam berkabar bahwa dia, Mustafa Kemal F dan dua putri mereka akan pulang kampung juga. Tiket sudah di tangan untuk keberangkatan Kamis pagi dari Batam menuju Bandara Internasional Minangkabau Padang. Lengkap sudah kebahagiaan Ama, ante dan keluarga besar semuanya. Berkah Alek Vivi yang direncanakan. Anak anak Ama semuanya pada pulang. 



Parung Serab Ciledug, 28 Januari 2025

22.22 WIB

Selasa, 28 Januari 2025

Mudik Desember 2024 (part 2)

Trip Report Tangerang Bukittinggi

Minggu 15 Desember 2024


Alhamdulillah sempat tertidur selama kapal berlayar, sekitar tiga jam lebih, saya dibangunkan oleh Bundo Nova. Bener bener pulas tidur saya dan ini mungkin adalah tidur terlambat saya di kapal selama dalam perjalanan. Bisa jadi karena berdua saja, tanpa anak-anak dan Bundo pun ada teman ngobrolnya, tak ada lagi yang saya pikirkan. Dapat tidur pulas saya.


Sebelum turun ke dek kapal, saya ke kamar mandi dulu. Sekedar BAK saja. Bundo pun sabar menunggu. Tak terlihat lelah di matanya, tetapi saya yakin nanti akan gantian. Giliran dia yang tidur selama dalam perjalanan.


Menjelang jam 1 dini hari, Terios kami pun keluar dari lambung kapal. Perlahan lahan ramp door kapal saya lewati. Namun ombak yang tenang, membuat semuanya lancar. Agak berbeda saat memasuki kapal di Merak tadi, ombak lumayan besar sehingga sangat hati-hati ketika melewati ramp door kapal.


Keluar dari kapal, kendaraan mulai saya pacu secara bertahap menuju gerbang tol. Perjalanan malam yang untuk ke sekian kalinya yang saya alami. Dan jalan malam kali ini sangat saya senangi karena ada bulan purnama yang menerangi gelapnya malam. Alhamdulillah hujan pun tiada.


Suasana santai selama perjalanan malam ini membuat Bundo tertidur dengan nyenyaknya. Saya tak terlalu memacu kendaraan. Membiarkan Bundo lelap dengan mimpi mimpinya.


Dan akhirnya menjelang subuh kami rehat di rest area KM 234 Mesuji. Dan rest area ini termasuk salah satu rest area terbaik. Mobil terparkir dan Bundo pun bangun perlahan. Gerimis halus pun datang.


Adzan belum berkumandang namun beberapa kendaraan pribadi sudah ada yang datang sebelum kami, dan obrolan penumpang dengan bahasa minangnya pun sayup sayup terdengar di telinga kami. Banyak urang awak nan pulang kampuang ruponyo. Kawan "sairiang" dalam perjalanan.


Perlahan turun, menuju kamar mandi dan segera berwudhu. Hanya saya saja yang sholat, Bundo sedang berhalangan. Saya ke mesjid, Bundo menunggu di mobil.


Tak lama berselang, selesai sholat kami lanjutkan perjalanan. Tak lupa mengisi BBM dahulu di SPBU yang ada. Rp 400 ribu Terios kami "minum pagi" di sini dengan Pertamax. Agak mahal dikit minum nya. Namun akselerasi berkendara jauh lebih ringan dibandingkan pertalite. Sesekali boleh lah, apalagi bedanya sekarang hanya sekitar dua ribuan. Beda dengan harga sebelumnya, Rp 14.000 per liter.


Tak terasa pagi menyambut kami ketika keluar dari tol Kramasan Palembang. Semburat pagi secerah semangat kami melintasi jalan lintas timur Sumatra ini. Lancar dalam perjalanan kami pagi itu.


Sedikit ada gangguan yang terjadi sebelum Betung, sekitar jam 7 pagi. Ada truk yang keluar dari badan jalan, nyaris terbalik. Truk besar berisikan kendaraan roda dua di atasnya, yang menyebabkan sedikit macet. 

Begitu juga di sekitaran Sungai Lilin. Ada pasar pagi yang menyebabkan macet dua arah. Beringsut kendaraan selama melewati pasar tersebut. Lain daripada itu jalanan agak sepi dan lancar.


Menjelang siang, perut mulai keroncongan . Bundo sudah mulai bertanya, kapan makan. Akhirnya kami mampir di RM Pincuran Gadang. Ada dua tiga kendaraan pribadi yang terparkir di sini, namun lainnya halaman yang luas diisi oleh banyak truk. Nah ini adalah pilihan yang tepat. Biasanya kalo banyak truk yang parkir, rumah makan itu pasti enak dan murah. Itu kuncinya.


Dan benar saja. Kami makan di sana dengan kepala kakap, tunjang, gulai jengkol, sayur "pucuak ubi" dan segelas teh telor. Nasi sebakul, nyaris habis. Benar benar makan "lamak" kami berdua. Biasanya saya agak menahan porsi nasi selama dalam perjalanan, karena takut efek ngantuk nya. Tetapi kali ini saya lupakan. Lauknya "iyo bana lamak". Harga kepala kakapnya saja 65.000 rupiah. Mantap rasanya. Hampir sekitar satu jam kami makan dan rehat di sini. 

Dan akhirnya perjalanan kami lanjutkan. Tak jauh dari rumah makan Pincuran Gadang, pintu tol pertama di propinsi Jambi sudah terpampang. Tol yang masih gratis di akhir tahun ini. Tol Muaro Sebapo namanya.

Keluar pintu tol, segera masuk ke jalan lintas timur lagi. Google map mengarahkan saya ke jalan simpang Ness. Alhamdulillah selama dalam perjalanan ini, ada permen karet "Long Bar" yang menemani saya. Menghilangkan rasa kantuk yang muncul siang itu. Perman karet itu saja yang saya kunyah kunyah bisa kantu menyerang. 


Dan Bundo kembali larut dalam tidurnya. Bagaimana tidak akan ngantuk? Makan tadi banyak dan lamak, makannya pas di waktu lapar, hari siang terang benderang, Sepoi AC mobil yang dingin memanjakan pelupuk mata. Alhamdulillah perjalanan kami senantiasa ditemani senandung murotal Al Qur'an. Ada ketenangan dalam berkendara tentunya.


Menjelang sore, di waktu ashar, saya mampir di sebuah mesjid di daerah Tebo. Sholat jamak qashar saya agak terlambat. Hal ini disebabkan karena kondisi kurang memungkinkan untuk sholat di RM Pincuran Gadang tadi. 


Selesai sholat lanjutkan lagi perjalanan dan sekalian sore itu mengisi BBM lagi. Kali ini dengan pertalite saja, Rp. 400.000_-. 


Menjelang maghrib kami memasuki kabupaten Bungo. Sempat berdiskusi dengan Bundo lanjut atau nginap. Saya masih yakin dan merasa masih kuat untuk melanjutkan perjalanan, tetapi Bundo bersikeras untuk nginap saja. "Ngapain buru buru, nggak ada juga yang dikejar", katanya.


Dan akhirnya saya yang mengalah. Kita cari penginapan yang murah meriah di Muaro Bungo ini. Ada dua titik yang berdekatan, tetapi akhirnya jatuh pada pilihan kedua. Tempatnya bersih, besar dan nyaman, harganya pun relatif sama. 


Adzan isya pun kami rehat di penginapan. Dan titip pesan kepada resepsionis yang berjaga, bahwa pagi esok sehabis subuh kami akan lanjutkan perjalanan dan kalo bisa breakfast nya dipercepat.


Di sini kami bermalam setelah menempuh 24 jam perjalanan dari rumah hingga ke Muaro Bungo ini. Makan malam kami abaikan karena perut masih terasa kenyang. Tidur yang nyaman yang kami butuhkan.


Bintaro 28 Januari 2025

14.25 WIB

Mudik Desember 2024 (part 1)

Trip Report Tangerang Bukittinggi

Sabtu 14 Desember 2024


Sehabis sholat Maghrib Sabtu malam, sekitar jam 7-an kami berdua meninggalkan rumah menuju tol Bintaro. Segala urusan hari itu sudah selesai. Rencana semula untuk berangkat pagi tertunda karena ada hal lain yang harus didelegasikan. Hal yang lebih penting tentunya. Alhamdulillah menjelang sore semuanya clear. Meninggalkan rumah dengan perasaan lega, bahagia dan siap memulai perjalanan berdua menuju kampung halaman di Bukittinggi.


Ini adalah kali pertama kami trip ke kampung halaman berduaan dengan Terios yang kami miliki. Sejak April tahun 2013 ini adalah penumpang Terios paling minim. Biasanya kami anak beranak, berlima, terus berkurang menjadi berempat, bertiga dan kini tinggal kami saja yang pulang pokok. Pulang ke kampung berdua saja.

Dan pulang kali ini sudah direncanakan, tetapi tidak dikabarkan. Tidak berkabar kepada siapapun dan tidak memposting apapun di media sosial yang kami miliki.


Rencana semula kami akan menunggu anak anak libur. Dhifa selesai ujiannya di Kudus dan Imam libur juga dari pondoknya di Tasikmalaya. Dan dalam planning kami berempat akan pulang pada Jumat, 21 Desember 2024. Hal ini sudah kami sampaikan ke Ama Asma Yati sebelumnya. Kami mohon maaf tidak bisa hadir pada nikahan Vivi karena kondisi anak anak yang masih berada di pondoknya masing-masing, Kudus dan Tasikmalaya.


Tetapi beberapa hari sebelum tanggal 14 Desember itu, menjelang maghrib, Ante Nelti Jamaah menelpon Bundo Nova Yanti. Panjang ceritanya, tetapi poin yang kami tangkap adalah pesan tegas beliau, "Tidak terima alasan apapun, pokoknya harus pulang. Iko adalah alek panutuik. Urang dari Malaysia, dari Pekanbaru lai tibo, masak awak nan acok pulang, indak ka pulang di alek Vivi ko. Harus pulang". 


Saya yang mendengar obrolan ini, senyum senyum saja sambil bersegera ke mesjid. Tawakal tingkat dewa pun mulai dimainkan. Perbanyak doa pada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Rumit, tetapi tetap yakin bahwa ada solusi. Ada jalan keluarnya nanti apabila permintaan orangtua kita itu dituruti, diikuti. Ada plan A, B, C and D dst. Mengenai anak anak yang di Kudus dan Tasikmalaya pun sudah tergambarkan jalannya, dari beberapa plan yang ada. Pokoknya pulang dulu. Yang lain ada pula tahapannya. Dan keputusan diambil.


Dalam perjalanan menuju tol Bintaro, HP supir pun berbunyi. Dari om Susilo, sang Juragan Baso. Sore tadi sengaja mampir ke rumah dia untuk membeli 20 bungkus baso buat Ama di kampung. Dan ternyata panggilan telpon ini untuk menanyakan dimana posisi saya. Dia sudah sampai di depan rumah, tetapi mobil tidak ada dan rumah terkunci. Saya bilang bahwa saya sudah dalam perjalanan ke tol Bintaro. Dia bilang, "Tunggu pak Andi, saya susul". Dan akhirnya memang beliau susul saya yang sengaja menunggu di SPBU Pondok Aren. Saya kira ada apa ya, segitu pentingnya. Dan ternyata pas adzan isya berkumandang dia datang dengan sekantong cemilan buat kami nikmati dalam perjalanan. Alhamdulillah, ada tambahan, kata saya sambil mengucapkan terimakasih kepada om Susilo ini.


Dan selama menunggu beliau tadi saya sempatkan juga untuk memesan tiket kapal melalui aplikasi ferizy. Alhamdulillah semuanya ready, kapal saya pesan untuk keberangkatan jam 12 tengah malam, antisipasi juga bila ada halangan di jalan nanti. Prediksi ke merak maksimal sekitar dua jam saja dari Bintaro.


Dan pas jam 20.00 kami pamit pada om Susilo, saya belok ke kanan, dia ke kiri. Saya langsung masuk tol Bintaro menuju pelabuhan Merak. Jalanan agak sepi dan lancar. Alhamdulillah jam 21.30 masuk dermaga dan langsung diarahkan petugas masuk ke kapal, tanpa antri.  Total perjalanan tadi satu setengah jam saja.


Mobil langsung diarahkan ke dek bawah dan dapat di deretan ke dua di pintu keluarnya. Banyak kendaraan pribadi yang masuk ke lambung kapal. Dan di dermaga tadi kami lihat truk banyak terparkir. Artinya kendaraan pribadi mendapatkan prioritas dalam musim libur akhir tahun ini.

Setelah mobil terparkir sempurna, saya dan Bundo segera ke atas kapal. Tak banyak yang kami bawa, hanya botol minuman dan cemilan ringan sekedarnya. Kami segera mencari tempat lesehan yang ada di kapal tersebut. Kapal regular yang akan mengantarkan kami ke pulau Sumatra dalam jangka waktu tiga jam ke depan.


Kapal dengan tarif Rp. 481.000 ini jauh lebih bermanfaat ketimbang kapal express yang harganya lebih mahal. Ada beda sekitar 160.000an ribu bedanya. Walau waktunya lebih cepat, tetapi yang saya butuhkan adalah kesempatan untuk tidur selama dalam penyeberangan selat Sunda ini. Tidur adalah obat. Obat agar fit selama berkendara malan di sepanjang tol Sumatera.


Dan Alhamdulillah setelah dapat tempat yang nyaman saya langsung tidur pulas. Berselimut syal palestina di bagian mata. Bundo yang stand by di samping saya pun ada teman ngobrolnya. Seorang ibu yang berprofesi sebagai guru, aslinya Betawi, bersuamikan orang Padang, hendak menuju Lampung.


Bintaro 28 Januari 2025

13.16 WIB

Rabu, 22 Januari 2025

Trekking Curug Cibingbin


Minggu pagi sehabis pengajian dan sholat Sunnah, HP yang saya bawa berdering. Saya segera keluar dari mesjid menuju teras, dan menjawab telpon yang masuk. Ternyata dari ni Lin Yendri Surlini SSi. Pasti penting ini, gumam saya dalam hati.


Dan benar saja bahwa uni saya ini sudah otw menuju Sentul katanya. Kaget juga saya, ternyata acara yang diinginkan jadi juga. Seingat saya di reschedule. Segera saya berkabar ke Nova Yanti , untuk segera bersiap-siap. Dan saya manfaatkan waktu pagi ini sesegera mungkin menyelesaikan sarapan pagi sehabis kajian bersama ustadz Umar Faqih dan jamaah lainnya. Sarapan pagi ini adalah ketan dengan bubur kacang hijau, yang diantarkan oleh Bundo Nova sebelumnya. Hidangan sudah siap, tinggal santap saja. Obrolan ringan bersama jamaah dan ustadz ini cepat sekali rasanya selesai, secepat santapan saya juga.

Tak lama berselang, saya segera pulang dan membantu persiapan untuk berangkat. Alhamdulillah mobil sudah dalam keadaan ready, full tank. Begitu juga dengan e-toll yang ada, cukup isinya.


Segera kami meluncur menuju pintu toll Bintaro menuju Sentul. Lokasi titik kumpul pun sudah dikirim oleh ni Lin. Begitu juga dengan da Hendra FJ, kak Dewi Wuwuh S dan Puti juga sudah dalam perjalanan juga. Semuanya dikondisikan oleh ni Lin. 


"Bagageh" kami pagi itu menuju titik kumpul. Terlambat tentu saja karena tidak sesuai dengan rencana semula. Tetapi untuk sebuah kebersamaan dan memperkuat ukhuwah semangat kami takkan kendor. Apalagi ini trekking bersama, 3 keluarga dengan total 8 orang. Trekking yang pertama kalinya kami lakukan. Full semangat pastinya.


Jam 8 lewat beberapa menit saya sampai di titik kumpul. Da Hen dan keluarga sudah menunggu kami, langsung naik ke Terios kami. Sementara da Nirwan Satria, Ni Lin dan Syifa standby di mobil Opel Blazer antiknya. Seorang guide yang dipercaya oleh ni Lin pun sudah standby di motornya. Mobil sedan da Hen, tertinggal di sini. Dua mobil cukup untuk mengantarkan kami ke lokasi awal trekking.


Jalan yang lebar di Sentul city kami tinggalkan, masuk ke jalan perkampungan dengan sempit, penuh dengan tanjakan dan turunan serta tikungan tajam di beberapa titik. Agak ngeri juga awalnya melihatnya, apalagi di beberapa spot jalan, jalannya tidak lagi mulus. Berbatu dan berpasir. 


Alhamdulillah tak sampai setengah jam akhirnya kami sampai juga di lokasi. Sudah banyak kendaraan roda dua dan roda empat di sana. Mungkin kami rombongan trekking yang terakhir. Ada satu rombongan yang tersisa, sedang melakukan stretching ketika kami sampai di sana. 


Dengan segera kami manfaatkan waktu untuk berkumpul, melakukan stretching dan doa bersama. Cuaca yang cerah, secerah hari kami melakukan trekking ini.

Melintasi jalan kampung, pematang sawah, sungai yang mengalir dengan airnya yang bening. Ada bekal sebotol air mineral dan sebungkus bengbeng buat cemilan di jalan diberikan oleh pemandu kami.

Obrolan seger diantara kami pun mengalir diantara sesekali dengusan nafas yang sesak ketika menanjak. Pemandu kami selalu mengambil spot spot terbaik yang kami lalui. HP saya ada di tangan dia. Saya serahkan sepenuhnya, karena saya sangat menikmati trip dengan alam yang sangat indah ini. Saya percayakan sepenuhnya. Dan HP itu pun paket data nya saya off kan, sehingga tak ada gangguan bagi saya dalam perjalanan seperti ini dan juga tidak menggangu pemandu juga tentunya.


Alam yang indah ini, tentu tak kalah dengan yang ada di Sumatra Barat. Tetapi seingat saya belum ada yang mengelola seperti yang ada di Sentul dan sebagian lokasi lainnya Jawa Barat. Sebenarnya ini bisa mendatangkan cuan, bagi kelompok penyelenggara. Untuk kegiatan ini  kami harus membayar RP 175.000 per orang. Dan yang hadir di sini bukan kami saja, banyak kelompok lainnya. Belum lagi di beberapa spot Curug lainnya. Bisa dibayangkan berapa uang yang beredar di lokasi wisata alam seperti ini, mengalir ke masyarakat tempatan. Belum lagi bagi para penjual makanan yang ada di spot spot yang kami lalui.

Ada dua kali kami rehat. Rehat pertama sebelum masuk lokasi Curug. Kami rehat sejenak melepas penat sambil minum air kelapa dan cemilan yang ada. Yang kedua di lokasi Curug Cibingbin, menikmati gorengan dan buah manggis serta kopi yang ada di warung dekat Curug tersebut.


Kami nikmati Curug Cibingbin ini sepuasnya. Namun kami tak lagi sempat menikmati tiga Curug lagi yang lebih tinggi posisi nya dari Cibingbin ini. Tiga Curug yang sangat berdekatan. Kami memilih cukup di sini saja. Pertama karena sudah capek dan kedua karena waktu sudah menunjukkan "tengah hari".

Puas dari sini kami pun pulang dengan rute jalan yang berbeda. Nova, kak Dewi dan Ni Lin sempat belanja ulekan. Ulekan asli dari batu, bukan semen-an.


Perjalanan pulang terasa lebih cepat karena umumnya menurun dan hati sudah puas. Alam yang indah, udara yang segar dan semuanya ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 6 kilometer. Memupuk kebersamaan, memperkuat ukhuwah yang sudah terjalin di antara kami sejak tahun 90-an. Persahabatan ini insyaallah mengalir juga ke anak anak kami kelak. Insyaallah.


Setelah semuanya sampai di titik kumpul semula kami pamit kepada pemandu yang telah menemani selama hampir empat jam. Dan kami pun mengisi " Lambuang" di RM Little Minang yang masih ada di Sentul City ini 

Kami sholat, bebersih dan makan siang di sini sebelum kembali ke rumah masing masing. Sebuah kebersamaan yang indah. Dan insyaallah akan kami lakukan lagi di kemudian hari secara berkala. Bagageh adalah WAG yang sengaja dibentuk untuk itu.


Bintaro 21 Januari 2025

15.30 WIB

Jumat, 17 Januari 2025

Terios Mandi Sore

Pagi tadi kami laksanakan agenda sesuai rencana semalam. Melakukan aktivitas olahraga jalan kaki di Jakarta sekalian jalan jalan ringan melihat kehidupan kota Jakarta yang bertepatan dengan Car Free Day di hari Minggu pertama di awal tahun 2025.



Bersama Imam dan Dhifa serta Bunda tercinta kami menggunakan motor ke Puri Beta. Dari sana kami naik busway Transjakarta. Memberikan pengalaman berkesan bagi mereka, terkhusus buat Imam yang belum pernah merasakannya. Karena selama ini, sejak dia mondok di Gontor Ponorogo Kampus Dua tahun 2018 belum pernah kami lakukan. Setiap liburnya selalu betah di rumah atau ke kampung halaman melihat neneknya di Kapau Bukittinggi.


Meskipun tadi malam kami baru sampai di rumah, setelah perjalanan jauh non-stop dari Kapau selama lebih kurang 30 jam lamanya, capek yang dirasa sudah jauh berkurang. Pagi ini kami tetap beraktivitas seperti biasanya. Subuh tetap ke mesjid berdua Imam, bunda dan Dhifa sholatnya di rumah. 


Membersamai mereka tetap tak ada kata lelahnya. Suasana yang seperti ini akan menunggu waktu lama lagi karena esok Imam akan kembali mengabdi di PP Nurul Huda Tasikmalaya, sementara Dhifa akhir pekan ini akan kembali ke Ma'had  Riyadhul Qur'an nya. Setelah itu kami akan kembali berdua. "Pulang Pokok" nya saja.


Dengan busway kami turun di CSW dan Bundaran Hotel Indonesia. Di halte "Perahu Pinisi" ini kami manfaatkan momen untuk mengabadikan keindahan sebagian Kota Jakarta. Menyaksikan Tugu Selamat Datang, Hotel Indonesia, Grand Hyatt dan sekitarnya serta keramaian orang yang berolahraga pagi sepanjang Sudirman dan Monas. Meskipun sedikit antri karena spot photo banyak peminatnya. Ada pengaturan jumlah orang yang diizinkan di ujung spot kapal ini. Setiap kelompok maksimal di sana sekitar lima menit saja. Meskipun dibatasi waktu, para pengunjung tetap bersabar untuk mengambil gambar bersama sanak saudara ataupun sejawat nya. 


Dan pagi ini cuaca sangat cerahnya. Langit biru dengan awan putihnya sangat menambah keindahan Kota Jakarta yang selalu menjadi rujukan peta politik di Indonesia. Terutama dalam rencana pemindahan ibukota negara dalam beberapa tahun belakangan ini. Jakarta selalu menjadi sentra issue nasionalnya. Semoga Jakarta akan baik baik saja. Jakarta yang selalu menjadi ibukota tang berskala dunia pastinya. Dan semoga Gubernur selanjutnya tetap memberikan karya bagi seluruh warga ibukota dan kebanggaan setiap anak bangsa yang ada di seluruh Nusantara tercinta. Jangan pindahkan ibukota, bila Jakarta masih layak menjadi pemersatu seluruh komponen bangsa.


Dan keindahan kota Jakarta pagi ini semoga menjadi momen yang indah untuk Imam dan Dhifa. Kami susuri jalan Sudirman. Kami nikmati jajalan yang ada "dijajakan" oleh lapisan warga terbawah ibukota. Ekonomi kelas menengah ke bawah sangat terasa. Hiruk pikuk kota hilang seketika saat CFD dilaksanakan. Warga bebas berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepatu roda, bersama sejawat, keluarga maupun komunitas nya. Kebersamaan adalah kunci bagi pemerintah dan warga nya. Pemerintah memfasilitasi kebutuhan warganya, warganya memanfaatkan setiap waktunya tanpa perlu memikirkan biayanya. 


Langkah kami selanjutnya mencoba naik MRT dari Dukuh Atas menuju Lebak Bulus. Sepanjang jalan mereka saksikan bagaimana kondisi sebagian Kota. Di Stasiun Lebak Bulus, melepaskan rehat sejenak sebelum balik lagi ke halte Kebayoran bersama busway, menuju Halte Puri Beta. Menjelang siang kami sudah kembali di rumah setelah mengambil motor yang diparkir di Puri Beta. Untuk parkir di sana 10.000,- per kendaraan roda dua 


Keindahan kota Jakarta ini semoga menjadi langkah awal bagi Imam untuk dapat melanjutkan langkahnya ke ibukota ibukota negara lainnya kelak. Harapan kami semoga dia bisa mengikuti jejak langkah kakaknya, study abroad. Begitu juga dengan si bungsu kami pada masanya, melengkapi langkah kakak dan abangnya. 


Indahnya Jakarta yang katanya setara dengan keindahan kota kota besar lainnya di dunia, bisa mereka saksikan pada waktunya. Semoga. Kita berencana dan berikhtiar serta berdoa, semoga Allah SWT mewujudkannya. Aamiin 


Pondok Aren, 05/01/2025

18.20 WIB

CFD Jakarta di Awal Tahun 2025

Pagi tadi kami laksanakan agenda sesuai rencana semalam. Melakukan aktivitas olahraga jalan kaki di Jakarta sekalian jalan jalan ringan melihat kehidupan kota Jakarta yang bertepatan dengan Car Free Day di hari Minggu pertama di awal tahun 2025.


Bersama Imam dan Dhifa serta Bunda tercinta kami menggunakan motor ke Puri Beta. Dari sana kami naik busway Transjakarta. Memberikan pengalaman berkesan bagi mereka, terkhusus buat Imam yang belum pernah merasakannya. Karena selama ini, sejak dia mondok di Gontor Ponorogo Kampus Dua tahun 2018 belum pernah kami lakukan. Setiap liburnya selalu betah di rumah atau ke kampung halaman melihat neneknya di Kapau Bukittinggi.


Meskipun tadi malam kami baru sampai di rumah, setelah perjalanan jauh non-stop dari Kapau selama lebih kurang 30 jam lamanya, capek yang dirasa sudah jauh berkurang. Pagi ini kami tetap beraktivitas seperti biasanya. Subuh tetap ke mesjid berdua Imam, bunda dan Dhifa sholatnya di rumah. 


Membersamai mereka tetap tak ada kata lelahnya. Suasana yang seperti ini akan menunggu waktu lama lagi karena esok Imam akan kembali mengabdi di PP Nurul Huda Tasikmalaya, sementara Dhifa akhir pekan ini akan kembali ke Ma'had  Riyadhul Qur'an nya. Setelah itu kami akan kembali berdua. "Pulang Pokok" nya saja.


Dengan busway kami turun di CSW dan Bundaran Hotel Indonesia. Di halte "Perahu Pinisi" ini kami manfaatkan momen untuk mengabadikan keindahan sebagian Kota Jakarta. Menyaksikan Tugu Selamat Datang, Hotel Indonesia, Grand Hyatt dan sekitarnya serta keramaian orang yang berolahraga pagi sepanjang Sudirman dan Monas. Meskipun sedikit antri karena spot photo banyak peminatnya. Ada pengaturan jumlah orang yang diizinkan di ujung spot kapal ini. Setiap kelompok maksimal di sana sekitar lima menit saja. Meskipun dibatasi waktu, para pengunjung tetap bersabar untuk mengambil gambar bersama sanak saudara ataupun sejawat nya. 


Dan pagi ini cuaca sangat cerahnya. Langit biru dengan awan putihnya sangat menambah keindahan Kota Jakarta yang selalu menjadi rujukan peta politik di Indonesia. Terutama dalam rencana pemindahan ibukota negara dalam beberapa tahun belakangan ini. Jakarta selalu menjadi sentra issue nasionalnya. Semoga Jakarta akan baik baik saja. Jakarta yang selalu menjadi ibukota tang berskala dunia pastinya. Dan semoga Gubernur selanjutnya tetap memberikan karya bagi seluruh warga ibukota dan kebanggaan setiap anak bangsa yang ada di seluruh Nusantara tercinta. Jangan pindahkan ibukota, bila Jakarta masih layak menjadi pemersatu seluruh komponen bangsa.


Dan keindahan kota Jakarta pagi ini semoga menjadi momen yang indah untuk Imam dan Dhifa. Kami susuri jalan Sudirman. Kami nikmati jajanan yang ada "dijajakan" oleh lapisan warga terbawah ibukota. Ekonomi kelas menengah ke bawah sangat terasa. Hiruk pikuk kota hilang seketika saat CFD dilaksanakan. Warga bebas berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepatu roda, bersama sejawat, keluarga maupun komunitas nya. Kebersamaan adalah kunci bagi pemerintah dan warga nya. Pemerintah memfasilitasi kebutuhan warganya, warganya memanfaatkan setiap waktunya tanpa perlu memikirkan biayanya. 


Langkah kami selanjutnya mencoba naik MRT dari Dukuh Atas menuju Lebak Bulus. Sepanjang jalan mereka saksikan bagaimana kondisi sebagian Kota. Di Stasiun Lebak Bulus, melepaskan rehat sejenak sebelum balik lagi ke halte Kebayoran bersama busway, menuju Halte Puri Beta. Menjelang siang kami sudah kembali di rumah setelah mengambil motor yang diparkir di Puri Beta. Untuk parkir di sana 10.000,- per kendaraan roda dua 


Keindahan kota Jakarta ini semoga menjadi langkah awal bagi Imam untuk dapat melanjutkan langkahnya ke ibukota ibukota negara lainnya kelak. Harapan kami semoga dia bisa mengikuti jejak langkah kakaknya, study abroad. Begitu juga dengan si bungsu kami pada masanya, melengkapi langkah kakak dan abangnya. 


Indahnya Jakarta yang katanya setara dengan keindahan kota kota besar lainnya di dunia, bisa mereka saksikan pada waktunya. Semoga. Kita berencana dan berikhtiar serta berdoa, semoga Allah SWT mewujudkannya. Aamiin 


Pondok Aren, 05/01/2025

18.20 WIB

Minggu, 12 Januari 2025

JJ: Jakarta Jepara

Jeje itu ternyata selain juragan jengkol, bisa juga Jalan Jalan. Dan ternyata di Muji Jaya yang kami naiki saat ini juga berarti Jakarta Jepara. Sengaja atau tidak ternyata ini juga yang sering mengantarkan kami bolak balik ke Kudus sejak lima semester ini. Sejak si bungsu mondok di Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus.


Dan menjelang siang ini kami rehat di Taman Lestari, rest area KM 102 Cipali. Hampir semua PO bus yang menuju Muria Raya rehat dan makan siang nya di sini. Dan itu free, bagian servis dari PO yang ada dalam setiap pembelian tiketnya.

Dan pagi ini kami pun mengisi lambung di sini. Sampai di rumah makan Taman Lestari ini jam 10.30 setelah berangkat dari Alfamidi Simpang Gopli Pondok Aren jam 6.40 tadi. Agak telat dari biasanya. Hal ini disebabkan banyak mampir tadi di beberapa tempat mengambil penumpang.

Alhamdulillah, jalanan rada sepi pagi tadi. Driver pertama yang membawa juga santai bawaannya. Nggak ada kesan terburu-buru. Uenak lah pokoknya.


Dan perjalanan ini adalah tanggungjawab kami sebagai orangtua untuk mengantarkan anaknya kembali ke pondok. Alhamdulillah Dhifa sudah kelas tiga SMP saat ini, sebentar lagi akan lulus dan semoga bisa melanjutkan ke jenjang SMA di Ma'had ini.


Tak terasa dua setengah tahun, bolak balik ke sini. Dan kami pun bersyukur bahwa Dhifa saat ini sudah hafal 16 juz. Kami tak pernah memberi target tertentu. Yang penting ada kecintaannya untuk menghafal Al Qur'an. Kami percaya pondok sudah memberikan hal terbaik untuk anak kami ini. Si bungsu ini semoga bisa menjadi penghafal Al Qur'an. Tentu ada kebanggaan bila bisa menjadi bagian dari komunitas One Home One Hafizh yang selalu digaungkan oleh Sabahat saya yang wafat tahun lalu, pak Wawan, sesama wali-ustadzah Prominent GP3.


Segala yang melekat dengan Al Qur'an pasti akan mulia. Begitu juga dengan anak kami ini, semoga Allah muliakan kelak karena hafalan Al Qur'an nya. Kecintaannya kepada Al Qur'an. Yakin kami Allah SWT jua lah yang akan memuliakan langkahnya kelak. Dengan cara-Nya.


Tugas kami hanya mengantarkannya, mengawalnya, mencukupi kebutuhannya dan memaksimalkan doa untuk dia, Abang dan kakaknya. Semoga Allah SWT wujudkan apa yang kami harapkan kelak. Aamiin ya Rabb

Tol Cipali KM 162.

11.25 WIB.

Jumat, 10 Januari 2025

Pulang Kampung Akhir Tahun 2024

Ini adalah rekapan perjalanan mudik akhir tahun kemarin, sejak berangkat Sabtu malam 14 Desember 2024 hingga kembali lagi di rumah lagi Sabtu sore 4 Januari 2025. Tiga Minggu perjalanan kami bersama Terios yang telah membersamai kami selama 11 tahun lebih. Pergi berdua bersama Bundo Nova, pulang berempat bersama Imam dan Dhifa. Trip report lainnya semoga bisa menyusul secara bertahap.

Rekapan ini semoga bisa menjadi acuan bagi sahabat semuanya saat mudik lebaran nanti.

14-15 Desember: Tangerang - Kota Muaro Bungo, 24 jam non-stop. Berangkat jam 8 malam sampai jam 8 malam berikutnya. Nginap.

16 Desember: Muaro Bungo ke Kapau, 7 jam perjalanan. Rehat di Sijunjung, makan durian dan RM Aroma Pagaruyung Batusangkar makan siang. 


18 Desember: Kapau - BIM Padang, PP, jemput Om Wisman dan keluarga dari Kuala Lumpur.

20 Desember: Kapau - BIM Padang, PP, jemput Imam dan Dhifa dari Jakarta.

26 Desember: Kapau - Padang, antar Om Wis dan keluarga.

27 Desember: Kapau - Tan Rajo Homestay Singkarak, PP.


28 Desember: Kapau - Duri, berangkat pagi sampai sore, nginap.

29 Desember: Duri - Pekanbaru, berangkat siang sampai sore, nginap.

30 Desember: Pekanbaru - Kapau, berangkat pagi sampai siang.


1 Januari 2025: Kapau - Padang, takziah wafatnya ibunya da Michel, PP. Berangkat pagi, sore menjelang maghrib sampai lagi di Kapau.

2 Januari 2025: Kapau - BIM, PP, antar Yolanda dan keluarga menuju Batam. Berangkat menjelang siang, sore sampai lagi di Kapau.  

3 Januari 2025: Kapau - Tangerang, non-stop, 33 jam. Berangkat Jum'at pagi jam 8, sampai di Tangerang Sabtu sore jam 5.

Biaya perjalanan:

A. Tangerang - Kapau

BBM: 1.100K

Kapal reguler: 481K

Tol: 570K

Konsumsi: 210K

Penginapan: 200K

Sub Total A: 2.571K


B. Kapau - Tangerang 

BBM: 950K

Kapal reguler: 481K

Tol: 570K

Sub Total B: 2.151K


Total biaya perjalanan PP A dan B lebih kurang Rp 4.722K. 

Catatan: belum termasuk tol Baleno (Bayung Lencir Tempino) berbayar atau tidak, saya tak ingat. Tol ini dilewati saat pergi saja, setelah makan siang di RM Pincuran Gadang.


Semoga catatan ini bisa menjadi rujukan bagi kita semuanya. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya, termasuk bagi komunitas Jalan Lintas Sumatra.


Bintaro 10 Januari 2025

14.40 WIB.

SilaturaHMI dengan Ajo Duta Mardin

Alhamdulillah siang menjelang sore tadi bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan salah seorang tokoh di milis rantau net, di kediamannya di da...