Padahal dalam acara acara resmi yang kami adakan itu, bersama kawan kawan walisantri dan IKPM Tangerang bisa menghadirkan pejabat dan tokoh nasional, seperti bapak DR Hidayat Nur Wahid yang kala itu menjabat sebagai Ketua MPR RI, Dubes Azerbaijan saat itu bapak DR. Husnan Bey Fanani dan terakhir pimpinan pondok GONTOR KH Hasan Sahal serta beberapa pimpinan pondok pesantren yang ada di Banten. Hadir dan duduk berdampingan bahkan photo bersama dengan para tokoh undangan tersebut tak membuat beliau angkuh, sombong dan jumawa. Beliau tetaplah apa adanya, bertutur dan bersikap seperti apa adanya.
Sama sekali tak pernah terdengar ke"aku"an beliau terhadap kesuksesan setiap acara. Selalu saja ini beliau sampaikan ini adalah kerja kita bersama. Walaupun kadang kala kita melihat dan merasakan bagaimana beliau mati-matian bekerja. Bersitungkin, bahasa Minangnya. Tak kenal lelah, tak kenal waktu. Kaki kadang jadi tangan, tangan kadang jadi kaki.
Semangat beliau tak tertandingi. Semangat beliau luar biasa dalam menebar dan merekat silaturahmi. Semangat beliau membantu para walisantri dan santri setiap generasi hingga kini tak pernah mati. Terhadap IKPM Tangerang beliau membantu dan tidak pernah setengah hati. Apa yang terbaik beliau siap menjalani.
Di tangan beliau yang tak mungkin menjadi mungkin. Di tangan beliau yang susah menjadi mudah. Mengapa?? Karena beliau dekat para ustadz. Beliau mendengar dengan hati apa yang diputuskan ustadz. Beliau gampang bergaul dengan para ustadz maupun ustadzah. Meskipun beda usia.
Beliau hanya menjabat, karena diamanahi semata sebagai KETUA Walisantri Tangerang Raya. Beliau melayani dan bekerja dengan hati. Beliau ada di hati kami, para walisantri Gontor se Tangerang Raya.
Beliau bukan pejabat, tetapi hadir beliau selama ini bak selebriti. Melayani walisantri dengan senyuman dan kadang candaan yang menghibur hati.
####
Tetapi pagi menjelang siang kemarin, Senin 26 April 2020 berita duka itu kami terima. Beliau telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan kami dalam kegamangan yang luar biasa. Antara sadar atau sedang bermimpi.
Kami dapat kabar beliau masuk rumah sakit hari minggu dalam kondisi lemah. Leukemia yang beliau derita tak terberita. Tetapi karena wabah Covit 19 ini harus menjalani sesuai protap yang berlaku saat masuk rumah sakit.
Malam itu hasil test beliau dinyatakan negatif dan sedang menunggu untuk masuk ruang perawatan lebih lanjut, penanganan leukemianya. Itu kabar yang kami terima.
Bagaikan petir di siang hari, senin pagi itu menyentakkan kami. Rasa tak percaya bertebaran di antara kami.
Padahal dua minggu sebelum beliau masih bersama kami. Masih bersemangat. Masih saling sapa. Masih beliau tanya walisantri yang ada, baik sudah kenal maupun yang belum. Yang belum kenal beliau minta nomor HPnya, beliau simpan.
Tiga hari beliau hadir di Giant Bintaro dalam menunggu kedatangan para santri dan bersilaturahim dengan para walisantri, 12-14 April. Padahal anak beliau sudah tak ada lagi yang ditunggu. Anak beliau sudah menjadi alumni GONTOR. Sudah menjadi ustadzah dan sedang melanjutkan study-nya di Maroko, nun jauh di sana, beda benua.
Tetapi semangat beliau sangat luar biasa. Masih hadir dan masih melibatkan diri dalam Tim Satgas Perpulangan Santri yang tahun ini sangat beda sekali. Apalagi menjadikan Bintaro sebagai tuan rumah perpulangan santri untuk pertama kalinya.
Candaan saya dengan beliau sangatlah cair. Banyak senyum dan tawa bersama, hingga tak terlihat sama sekali sakit yang saya dengar sebelumnya dari ust. Komara. Saya sangat yakin beliau telah sembuh. Bahkan di hari ketiga penjemputan santri kami masih sempat sarapan bersama. Beliau masih lincah jepret sana jepret sini. Beliau rajin "memaksa" semuanya harus makan sebelum pulang ke rumah masing masing. Itulah pertemuan terakhir saya dengan beliau.
####
Sejak berita duka itu beredar di tiga WAG yang saya punya. Hampir semua anggota mengatakan beliau adalah pribadi yang baik, bahkan sangat baik. Semuanya mendoakan kepergian beliau menghadap sang Illahi. Semuanya yakin bahwa beliau husnul khotimah.
Beliau berpulang di Ramadhan hari ke empat dan dimakamkan di TPU Jombang Ciputat. Tetapi karena adanya protap, tak banyak yang bisa menatap, memandikan, mengkafani, dan menyolatkan serta mengantar beliau hingga ke tempat peristirahatan terakhir. Tetapi kami yang pernah dekat dan mengenal beliau sangat yakin beliau, insyaAllah termasuk orang yang sholeh. Orang yang baik.
Semuanya merasakan kehilangan beliau.
Kehilangan senyuman beliau yang sangat bersahabat. Kehilangan tokoh yang sangat rajin menjalin dan merekat tali ukhuwah. Kehilangan orang yang sangat cepat kaki, ringan tangan.
Kehilangan orang yang tanpa pikir panjang ketika ada walisantri yang ditimpa kemalangan. Entah sakit ataupun meninggal dunia. Waktu beliau selalu ada. Selalu disediakan. Beliau sangat peduli pada anak yatim, piatu dan dhuafa.
Kehilangan orang yang sangat dermawan. Yang selalu ada dalam setiap kesempatan makan bersama, karena beliau juga seorang Chef yang handal. Warung Seafood Borowali yang ada di Bintaro Plaza adalah saksinya. Terakhir mencicipi masakan beliau di rumah bu Rahayu Tyo Sukowati ketika habis melayat di Puri Beta. Hampir semua berdecak karena enaknya makan siang kami waktu itu, walau dari bahan yang sederhana. Emak emak yang menemani di dapur mendapatkan ilmu dan tips memasak dari beliau langsung.
####
Ah, pak De.
Kenangan bersamamu terlalu banyak. Bukan buat saya saja, istri dan anak anak pun mengakuinya. Apalagi para walisantri se Tangerang Raya.
Engkau hadir dalam di tiap acara kopdar kita, baik Tangerang Kabupaten, Tangerang Kota apalagi Tangerang Selatan dimana engkau adalah motor utamanya.
Engkau datang di tiap perpulangan santri. Engkau hadir penuh keceriaan. Menyapa dan memberi senyuman pada siapa saja.
Engkau mendengar keluhan walisantri dan selalu memberi solusi. Bahkan engkau menularkan semangat bagi santri yang galau. Engkau menjadi motivator bagi yang butuh.
Engkau dikenal se Tangerang Raya dan Banten oleh para walisantri.
####
Ah, pak De
Dalam dirimu ada jiwa seni. Karya tulismu dalam bentuk puisi pernah mengisi ada kopdar yang kita lakukan. Pengaman di GONTOR saat mengantarkan santri kau tuangkan dalam tulisan sarat makna yang berjudul: Pelangi di Bumi Gontor (kalo tak lupa, red)
#####
Ah, pak De
Kiriman bu Siti Habsa di photo yang saya sertakan ini, mengingatkan kembali awal kita bersama ust. Saiful Ahmad, pak Joneez, bu Rahayu dkk memulai penggalangan Dana Beasiswa buat Santri Gontor yang yatim dan piatu. Secara bertahap kegiatan mulia ini terus berkembang dari tahun ke tahun, yang kita kelola bersama dan kita namakan Tim Dansos. Tahun ini sesuai rencana akan kita tingkatkan. Tak lagi sekedar SPP bulanan, tetapi kota coba bantu untuk Daftar Ulang-nya.
Banyak sudah santri yang terbantu oleh gagasan kita ini. Bahkan ada yg sudah menjadi alumni Gontor. Engkau adalah salah satu inisiator.
Namun, menuliskan kembali perjalanan ini, terceritakan pada mu sudah, tertuliskan belum. Engkau telah tiada, semoga kami yang tinggal bisa kembali merajut dan melanjutkan perjalanan Tim Dansos ini. Semoga semuanya menjadi ladang amal bagimu. Menjadi warisan kelak bagi kita semuanya.
Selamat jalan pak De Abdul Kohar Syarief. Banyak sudah doa yang tertumpah di bulan yang suci ini untukmu. Semoga Allah Swt mengabulkan segala doa ini. Perjalananmu sudah tuntas, istirahatlah.
Semoga kelak kita berkumpul kembali di Jannah-Nya. Andaikan kau tak bertemu kami di Jannah-Nya, tanyakan keberadaan kami pada Rabb-mu yang Maha Agung. Mohonkan ampunan bagi kami.
####
Beberapa testimoni dr WAg saya sertakan sebagai pengingat diri kita yang ditinggalkan.
Dari:
==
Om Roso Suprayogi:
Iya om Tri beliau sangat rendah hati, selalu mengajak junior2nya, "ayo silaturrohmi", "ayo takziah", "ayo nengok orang sakit".
Jiwa raga dan materi dicurahkan untuk sosial, jarak yg jauh tidak jadi penghalang π.
Satu yg belum kesampean dg almarhum pengin ziarah orang tua lalu ziarah walisongo bersama, keburu dipanggil duluan Beliauππ»π
==
Pak Anto Prinz:
D sinilah saya merasa tidak sendiri, dimana saya masih baru dan belum mengenal sistem pendidikan seperti apa dan bagaimana Gontor.
Nama besar gontor menyatukan kami seperti keluarga, saling menasehati, memberi masukan, memotivasi walaupun kami baru kenalan.
==
Abi Firna:
Yaa Alloh saya yg masih muda kalah semangatnya, yaa Alloh. Sungguh baik amal nya pak de Kohar ππππ
Kita merasa kehilangan banget pak de kohar πππ
Saya tak kuasa berkat kata atau nulis nulis di wa td siang, saking kagetnya sebegitu cepatnya pak de Kohar meninggalkan kita.
Saya masih terngiang-ngiang suara beliau, "ayoo silaturrohim yaa".
Beliau mengamalkan doa penutup, dan belum terlaksanakan, yaa Alloh...ππππ
==
Pak Afendi Soedrajat:
Tak dapat dilukiskan dgn kata kebaikan beliau,
Kesetiannya,
Ketulusannya,
Keihlasannya,
Kesolehannya,
Semangatnya,
Tanggungjawabnya,
Integritasnya,
Komitmennya,
Kesederhanaannya,
Humornya,
Semoga Karena kasih sayangNya, Allah memanggilnya lebih awal dari kita semua,
Pakde KOHAR,
sumpah
Demi Allah
Aku kehilangan,
Tapi aku ihklas, sebab aku yakin itu yg terbaik buat pakde,
Selamat kembali dalam keabadian,
Allah mencintaimu,
Sahabatku....
ππππππ
Makasih pak telah membuat tulisan untuk mengenang ayah
BalasHapus