Senin, 23 Januari 2023

Sehari Banyak Nuansa

Sabtu kemarin melalang buana ke beberapa tempat di seputaran Tangerang Kota bertemu dan merangkai agenda, ternyata ada banyak hikmahnya. Ada yang terencana, ada tidak. 


Menjelang jam 10 bertolak dari rumah menuju terminal Poris Tangerang dengan motor. Hendak bertemu dengan Om Adi Adam Rangkuti, sahabat JLo yang berangkat dari Jember hendak pulang kampung ke Solok bersama istrinya. Beberapa hari sebelumnya sudah ada diskusi dan ngobrol by phine di antara kami. Beliau naik Rosalia Indah dari Jember sampai di terminal Pulogebang sabtu dini hari. Dan atas rekomendasi dan juga didasarkan catatan perjalanan saya pulang kampung akhir tahun kemarin beliau tertarik untuk mengikuti. Akhirnya no telpon agen yang di Pulogebang didapat dari Bang Indra Tan Sati agen Kreo yang saya miliki. 


Sabtu pagi om Adi ini sudah di bus Palala. Dan info sebelumnya bahwa bus yang dari Pulogebang tak mampir di Kreo karena tak ada penumpangnya. Dari terminal pondok pinang, langsung ke terminal Poris. Tadinya saya mau cegat di Kreo, ternyata harus ke Poris. Bagi syaa sendiri tak mengapa karena ada agenda lainnya arah sana. 


Dan WA terakhir yang saya baca sebelum berangkat, posisi bus sudah di tol lebak bulus. Sesuai prediksi antara jam 10.30-11.00 sudah sampai di terminal Poris. Sesampai di terminal, saya lihat ada satu Palala yang stand by. Saya tanya agennya ternyata belibis sudah berangkat sekitar tujuh menit yang lalu. Palala E05 yang berjulukan Alwis ini sudah siap untuk jalan, dan akhirnya titipan saya bawa buat Om Adi dan bang Ronny saya titip ke driver Palala E05 ini. Biasanya mereka akan bertemu juga nantinya di Merak. Saya yakin karena biasanya begitu. 

Setelah itu saya bertemu juga dengan da Amry Syaawalz dan ni Titi yang akan berangkat ke Padang. Da Am ini adalah senior saya di alumni Kimia Unang. Beliau angkatan 65, angkatan pertama ketika jurusan kimia baru di buka di Universitas Andalas. Selain sesama alumni, beliau dan ni Titi adalah best customer kami, kuliner kapau online #dapurbundonova. Terkhusus untuk dendeng lambok dan sambalado tanaknya, sebagai pilihan favoritnya. 


Minum teh talua kami, da Am dan saya, menunggu NPM Sutan Class yang berangkat dari Bogor yang menurut agenda datang sekitar jam 11 siang. Ngobrol ringan bertiga tentang banyak hal sambil membahas kulineran dan janji ketemu meraka senin nanti dengan pak Katik. Pak Katik ini adalah dosen saya dan juga dekan FMIPA ketika saya wisuda dulu. Pak Katik yang akan terbang dari Australia pada hari yang sama dengan keberangkatan da Am ke Padang. Tertitip salam saya buat Prof Hazli Noerdin sama da Am ini. 

Tak lama berselang, saya melihat bang Ridwan Nurman . Saya pikir hanya sekedar meliput, ternyata libur tiga hari ini beliau trip report lagi bersama Transport Express keluaran terbaru. Rute lintas tengah Sumatra. Padahal minggu lalu saya lihat liputan nya di youtube sebanyak 8 seri bersama NPM Sutan Class juga namun dengan livery terbaru, yang mengingatkan kita pada livery NPM tahun 1993, edisi gergaji. Livery edisi khusus di ultah PO NPM. 


Saya juga bertemu dengan bang Rahmat agen Sembodo. Dan dari beliau saya dapatkan juga no agen Sembodo yang di Kota Padang, siapa tahu nanti ada yang membutuhkan, saya bisa bantu berikan no tersebut. 


Selesai da Am berangkat, saya pun tak lama kemudian lanjutkan perjalanan ke rumahnya pak Rusman Wijaya . Ada rencana mau silaturahmi lagi. Namun teh telor dua gelas ini, saya bayar dahulu ke pak Dasril, urang awak yang buka lapak di terminal ini. Rp. 20.000 buat minum pagi dengan teh telor di sini bersama da Am. 


Lanjut balik ke Pinang, ke rumahnya pak Jaya. Di sana dapat konfirmasi bahwa ustadz Hussein berkenan bertemu dengan kami di sekitaran Trade Centre Cimone. Beliau stand by di sana. Tak lama berselang saya bersama pak Jaya naik mobil ke sana. Sholat zuhur kami di masjid sekitaran Banjar Wijaya. 


Selepas sholat dalam perjalanan ke Cimone saya telponan dengan om Adi, yang ternyata masih di Merak menunggu kapal yang akan membawa mereka menyeberang ke Bakauheni. Dan dapat kabar bahwa bus Palala yang berjulukan Belibia sudah duluan. Sudah nenyeberang. Saya tersentak. Astaghfirullah... Ternyata om Adi di bus yang saya temui di terminal Poris tadi. 


Saya yang salah baca. Saya menyangka dia naik bus Belibis dengan awak bang Ronny ApRinando Maniacreceh dan bang Fadli Kumarang. Akhirnya banyak cerita, banyak tertawa. Ternyata paket titipan saya sudah diserahkan oleh driver Alwis ke bang Ronny di Merak tadi, saat om Adi ketiduran. Dan sudah dinikmati oleh bang Ronny satunya. Ternyata belum rezekinya om Adi. Andaikata, andaikata akhirnya keluar juga dari saya..... Hikmahnya bagi saya, harus hati hati dalam membaca. Membaca saja harus hati hati, apalagi dalam menulis, apalagi dalam mengeluarkan lisan. Ya kan? #hikmah

Tak lama kemudian kami bertemu dengan ustadz Hussein di tempat yang membuat saya takjub. Tempat dimana dia membina dan mengadakan pengajian bagi mereka mereka yang terpinggirkan. Termarjinalkan. Tetapi alhamdulillah dakwah masuk di komunitas ini. Sesuatu yang luar biasa. 


Diskusi kami membahas rencana Silaturahmi Akbar walisantri Gontor Tangerang Raya bersama pengurus IKPM. Sesuatu yang hilang selama Covid melanda. Alhamdulillah kami siap bekerjasama dan menyukseskan agenda pada tanggal 5 Februari ini, termasuk untuk mendapatkan narasumber satu lagi melalui beliau ini. Melalui beliau selalu Ketua IKPM Tangerang Raya. Semoga apa yang kita rencanakan, Allah mudahkan untuk merealisasikan nya. 

Menjelang jam 3 sore kami pamit. Saya dan Jaya masih lanjut silaturahmi di dua tempat lagi. Yang pertama ingin bertemu dengan pak Suwito di Masjid Kuba Taman Royal 2 dan satu lagi ke kediamannya pak Bambang di Poris Jaya. Semuanya searah. 


Alhamdulillah, di masjid Quba kami melaksanakan sholat ashar dan langsung bertemu dengan pak Wito. Saya menyampaikan permohonan maaf karena tak bisa hadir saat pengajian Majlis Taklim Subulussalam tanggal 8 Januari yang lalu di masjid Kuba ini dimana pak Wito selalu tuan rumahnya. MasyaAllah mesjidnya indah dan tertata dengan baik. Selain itu kami juga menyampaikan rencana Kopdar tanggal 5 Februari nanti dan mengajak seliau untk ikut membantu di kepanitiaan. Setelah itu kami pun pamit. 


Perjalanan selanjutnya ke Poris Jaya, kediaman pak Bambang. Bagi saya ke sini adalah yang kedua kalinya, namun bagi pak Jaya pertama kali. Pak Jaya memang suka banget silaturahmi, dan itu yang saya suka. Saya hanya mendampingi saja. Dan di sini, kami disuguhi siomay yang enak made in Nyonya Rumah dan martabak sebagai kudapan sore. 

Sekitar jam 5 lewat kamipun pamit pulang. Malam minggu sudah menanti pak Jaya. Ada agenda rutinnya bersama sangat istri, yakni kulineran. Sebagai pelaku usaha di bidang kuliner, mereka berdua suka kulineran juga. Usaha mereka ada di kantin Balai Kota Jakarta Barat. Namun kulineran berduaan saja di malam minggu, biasanya yang dicari. Hehehee


Menjelang adzan maghrib, kami sampai di Jalan H. Kup. Mobil pak Jaya diparkirkan di luar karena mau jalan lagi. Saya tak berlama di sini. Pamit dan sholat di masjid Biru di seberang jalan H. Kup. Selepas itu saya langsung pulang ke rumah. 


Perjalanan seharian, di banyak tempat, alhamdulillah berakhir dengan bahagia. Meskipun masih banyak PR yang harus dilakukan. 


Minggu, 22 Januari 2023

08.50

Minggu, 08 Januari 2023

Kembali ke Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus

Sabtu menjelang subuh kami semuanya sudah terbangun. Dhifa yang bangun lebih awal. Dia sudah membangunkan kami, mengetuk pintu kamar dan memanggil kami sebelum alarm saya "berkokok" jam 03.45. Dia menyangka kami sekeluarga akan berangkat ke Kudus menjelang subuh, seperti biasanya kami ke Timur Tengah. Eh, maksudnya kalo kami ke Jawa Timur (Gontor Kampus 2, Ponorogo) ataupun Jawa Tengah (Gontor Putri Kampus 3, Ngawi) saat melihat kakak dan abangnya di Gontor dulunya. 


Kebiasaan bangun pagi si bontot ini memang sudah terbiasa sejak libur dari mahad Riyadhul Qur'an Desember lalu. Tak lagi susah membangunkannya, bahkan kadang kala dia sudah tahajjud duluan sebelum kami. Bisa jadi ini akibat pola yang sudah terbentuk sejak dia mondok, selepas lulus dari SD di awal Juli tahun lalu. Kebiasaan selama satu semester ini memang luar biasa. Bisa karena terbiasa. Ini salah satu nilai plus ketika memondokkan anak di pesantren yang kami rasakan, selain adab, akhlak dan kemandirian. 


Hari ini, adalah jadwal yang kami agendakan untuk mengantarkan dia balik ke pondok, setelah 3 minggu berkesan membersamai kami di rumah hingga ke kampung halaman bertemu dengan nenek dan sanak keluarga lainnya. Ke kampung adalah permintaan dia untuk mengisi liburannya. Bertemu dengan neneknya Asma Yati , nenek dan kakek guru, Nelti Jamaah dan Akhmad Syafei serta sepupu lainnya yang dia harapkan. Alhamdulillah semua permintaannya kami penuhi. 


Setelah selesai sholat subuh, jam 05.15 kami berangkat dari rumah. Semua barang sudah dimasukkan tadi malam menjelang tidur. Karena sudah terbiasa, semuanya sudah terpola saja. Packing and carrying, easily. 


Keluar dari Puri Bintaro Hijau kami menuju tol pondok aren bintaro. Akses terdekat dan tercepat yang sering kami lalui. Masih sepi, jalanan masih lenggang. Begitu juga ketika memasuki gerbang tol. 


Alhamdulillah, sepanjang tol yang dilalui juga lancar. Saking sepinya tol, saya bisa bablas hingga ke tanjung priuk. Tak nampak bagi saya akses menuju Cikampek saat itu. Suasana ngobrol dengan si Bundo bisa juga menjadi pemicu, sehingga simpang susun tol tersebut tak nampak. Bablas... Hahahaa. 


Berputar balik lagi, akhirnya saya hidupkan juga google map sebagai pengingat. Ada sekitar 12 km jalan balik ke tol MBZ, Mohammad Bin Zayed. Namun lengangnya jalan, tak begitu terasa. Baru ketika di tol MBZ itu kendaraan mulai terasa rame. Dua jalur hampir penuh dengan kecepatan standar 60-80 km/jam. Jalur aman buat mendahului ada di sisi kiri tol. Sesekali saya terobos juga jalur tersebut. 


Banyak kendaraan menuju Bandung ternyata. Mungkin pesona masjid Al Jabbar yang diresmikan oleh pak Gubenur Ridwal Kamil menjadi pesona tersendiri saat ini. Kemarin sholat Jumat perdananya dihadiri oleh ribuan jamaah. Icon baru kota Bandung yang berdekatan dengan Stadion GBLA. 


Alhamdulillah, terios kami ini "lari pagi" menemani kendaraan kecil hingga yang kecil kendaraan besar yang besar lainnya, dengan kecepatan rata rata 80 km/jam sepanjang Tol Trans Jawa. 


Sampai di gerbang tol Cikampek jam 7.08 dan rehat pertama di KM 102. Kami "sasak ka jamban" alias kebelet. Sementara Dhifa masih pulas tertidur. Rehat sejenak di sini, bergantian. Bundo duluan dan saya kemudian. Saya sempatkan sholat dhuha di sini. Masjid Omar Nuril Barokah. Masjid kecil dengan nuansa yang indah. Bagian bawahnya digunakan untuk area toilet dan tempat berwudhuk, yang terpisah antara wanita dan pria, sementara bagian atasnya agak berundak seperti bukit kecil adalah tempat sholatnya. Ruangan sholat yang tak terlalu besar sebenarnya, namun sangat rapi, bersih dan asri. Nuansa Timur Tengah terlihat melalui ornamennya. Selain sholat sunnah di sini, saya juga bermaksud mempertahankan wudhuk selama dalam perjalanan. Sama halnya sejak dari rumah tadi, wudhuk masih tetap terjaga. Dengan wudhuk bisa juga menghilangkan kantuk. 

Dan di sini juga, tempat pertama kalinya "dipaksa" membawa Innova Reborn Matic oleh 'Juragan Ciledug', om Dwi Yanto waktu di ajak Demak dan Kudus. Waktu itu kita berangkat malam dari Karang Tengah bersama ustadz Jumhur dan istrinya. Sebagai pemula dalam menggunakan mobil matic ini, saya coba satu putaran mengendarai di rest area ini. Trial ini untuk mendapatkan 'feeling', setelah itu saya langsung bablas hingga ke keluar Tol Semarang jalan Raya Semarang Demak. Mengendarai matic ini lain pula pesonanya. Trip ini pernah juga saya tuliskan di blog saya sebelumnya. 

Panas pool selama dalam perjalanan menjadi catatan bagi si Bundo. Panas ketika mentari meninggi dan itu ada di hadapan kami. Menantang Matahari. Maklum biasanya si Bundo sering di tengah. Ada Imam atau Kakak yang menemani saya di depan. 


Menjelang jam 11 siang, kami rehat mengisi BBM di KM 768. Sudah tipis banget pertamax yang tersisa. Sudah saya matikan AC dan tape saat alarm BBM kedap kedip, saat tinggal satu bar. Di sini terios kami minum sebanyak 46,6 liter pertamax seharga 590an ribu rupiah. Isi terbanyak dan termahal selama ini. Saya tadi berpikir tangki terios ini hanya 45 liter saja, tetapi ternyata lebih. Saya masih bertanya tanya juga hingga saat ini. Jangan jangan kapasitan sebenarnya 48 liter. Oh ya, berangkat dari rumah ODOmeter nya berkurang 2 bar, dari total 8 bar. 


Setelah itu AC saya hidupkan kembali, hati sudah plong, tak ada lagi yang dicemaskan. Dhifa masih saja tidur. Tak terasa kadang speed sudah di atas ambang yang diperbolehkan. Saya harus kontrol kecepatan. Memasuki gerbang tol kali kangkung, bundo mulai lagi memberi saya amunusi. Penghilang lapar. Jam makan sudah mendekati. Perut kosong sedari pagi mulai bernyanyi. 

Keluar tol semarang di pelabuhan tanjung mas, terios masuk ke jalur pantura. Jalan Semarang Demak. Jalur yang biasanya padat merayap yang selama ini sering saya tempuh, kali ini agak beda. Sisa sisa banjir di kiri kanan jalan masih terasa. Banjir besar melanda semarang beberapa hari yang lalu, menyebabkan banyak rumah dan toko yang terendam di sekitar sini, sepanjang jalur. Banyak juga yang menjemur barangnya di teras dan pinggir jalan. 


Mendekati jam 11 siang akhirnya saya memutuskan untuk masuk gerbang tol Semarang Demak, meskipun google map mengarahkan ke jalur arteri. Gerbang Tol Sayung namanya. Tol yang sangat pendek, namun sangat membantu menghindari macet di jalur arteri yang biasanya terjadi. Saya tak ingat berapa biaya yang saya bayarkan. 


Keluar di ujung tol, sudah masuk di lingkar luar Demak Kudus. Tak lama lagi, jembatan perbatasan Demak Kudus yang iconic akan terlihat. Jalur siang ini banyak dilalui oleh kendaraan besar ternyata. Harus berhati hati, selain kendaraan besar tersebut, kita harus sabar juga memilih jalan. Ada banyak gelombang dan lubang juga. Maklum tonase besar dan bisa yang lewat jalan ini. Apalagi sehabis banjir kemarin, banyak lubangnya. Sisi kiri kali yang biasanya berisi air, sekarang berganti dengan lumpur dan pasir. Hampir memenuhi kali yang lumayan lebar ini, sepanjang jalur. 

Dan akhirnya pesona Soto Ayam Asli Kudus pak Denuh, yang memaksa saya harus berhenti. Bundo yang getol dengan Soto yang membuat saya harus berhenti. Sudah sedari tadi, sejak masuk kota Kudus matanya tak bosan bosan nya melihat kiri jalan. Mancari Soto yang enak, yang ditandai dengan banyaknya orang yang makan tentunya.


Terios parkir di kiri jalan, kami menyeberang. Jam sudah menujukan waktunya makan siang. 12.47 kami makan di sini. 


Sehabis makan kami lanjutkan perjalanan ke penginapan. Homestay dan kost-an Al Firdausy namanya. Penginapan syariah yang tak jauh dari Mahad Riyadhul Qur'an tempat Dhifa mondok. Per kamar ada yang 140.000, 150.000 dan 170.000 per kamar per malam. 

Dan ini adalah perjalanan tercepat kami menuju Kudus. Berangkat setelah subuh, jam satu siang sudah sampai. Dan penginapan syariah ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya pernah kami tempati. Ke mesjid pun dekat. Sangat dekat malah. Masjid Jami Al Huda namanya. Seberang penginapan. 


Al-Firdausy Bae, Kudus

Minggu, 8 Januari 2022

07.10

Selasa, 03 Januari 2023

Membangun Silaturahmi

Pagi tadi, setelah selesai mengantar bundo ke sekolahnya di SMK Farmasi Tangerang 1, saya mampir ke rumahnya pak Rusman Wijaya, sahabat saya yang juga sesama wali santri Gontor. Kebetulan beliau baru pulang umroh. Sabtu sore kemarin tanggal 31 Desember 2022 di tanah air. Kami sama sama berangkat waktu itu. Beliau terbang ke tanah Suci, saya "merayap" sepanjang pulau Sumatra, ke ranah Minang. Alhamdulillah, obrolan pagi kami diselingi dengan bertukar oleh oleh. Tapi yang beliau berikan jauh lebih bermakna, yakni air zam-zam. Setiap tegukan air ini, saya lafazkan doa dalam hati, untuk kesehatan saya pribadi maupun hajat yang diinginkan tahun ini. Semoga Allah SWT restui. Aamiin


Selesai ngobrol, saya lanjutkan ke KPP Pratama Tangerang Timur. Ke kantinnya Om Burry, salah satu tempat bagi saya jika "bertugas" mengantar dan menjemput sang istri. Lamanya di sini tergantung jam mengajarnya Bundo. Kadang agak lama, kadang juga sebentar. Dan obrolan dengan om Burry dan bu Niken Muhammad istri beliau, kadang penuh inspirasi. Ada ada yang bisa didiskusikan di sini. Tak jarang juga kita ngumpul bareng, ngopi bareng sesama wali santri di kantin ini. Alhamdulillah menjelang siang saya makan di sini. Pesanan saya adalah segelas kopi pahit dan sepiring nasi dengan telor dadar serta tempe gorengnya yang gurih. 


Menjelang jam 11 siang saya lanjutkan perjalanan ke terminal Poris Tangerang, yang jarak nya tak jauh dari kantin Om Burry. Ke terminal ini sekalian nanti jalan arah saya pulang menjemput Bundo Nova Yanti. 

Di sana saya ingin ketemu dengan bang Rahmat agen Sembodo yang sore kemarin bertemu dengan saya. Bang Rahmat ini termasuk pembaca tulisan saya yang bertajuk "Setahun Bersama Sembodo" sejak trip report pertama hingga yang ke tujuh. Beliau yang membantu mengangkut barang saya kemarin hingga ke mobil di depan terminal, yang saya pesan secara online. Saya terkesan dengan sikap beliau yang sangat ramah, terutama untuk kalangan agen agen bus yang ada di terminal. 

Alhamdulillah, saya menyapa beliau ketika bisa Sembodo Ar Rahiiim mulai perlahan meninggalkan terminal Poris. Bang Rahmat ini sempat saya lihat meliput pemberangkatan bis dengan camera video HPnya. Mungkin sebagai bentuk laporan ke management Sembodo. Keramahan beliau juga saya lihat ketika ada seorang ibu yang ingin memesan bus untuk keberangkatan dari Pariaman. Beliau berkenan menyambungkan dengan agent yang di ranah minang untuk pemesanan Ibu ini. "InsyaAllah amanah, sesuai permintaan", katanya. 


Tak lama berselang saya pun ditawari minum. Ketika yang ditawari teh talua, saya tak kuat menolaknya. Mungkin beliau tahu saya "pacandu" teh talua dari tulisan tulisan saya di FB. "Andai benar dugaan saya ini, luar biasa juga ternyata pengaruh tulisan di efbi", saya membathin. 

Teh talua urang awak juo, ternyata. Pak Dasril, urang asli Maninjau yang punya lapak di Terminal Poris ini. Teh Talua yang beliau buat ternyata tak kalah enaknya rasanya. Bisa dibandingkan dengan olahan saudara kita di ranah. Saya sangat rekomendasikan bila ada saudara semuanya yang ingin merasakan "teh talua lamak" di terminal Poris ini. 


Sudah 40 tahun, beliau tidak pulang kampung. Istri beliau ada di Blitar, orang Jawa. Anak beliau ada yang di kalimatan dan ada juga yang di Pariaman serta kota lainnya yang saya tak ingat semuanya. Beliau merantau sejak tahun 1978, ketika saya masih berumur 5 tahun. Obrolan dengan beliau enak. Mungkin beliau orang lapangan, yang pernah juga bekerja di tambang batubara, di Kalimantan sana. Di terminal ini beliau merintis usaha sejak tahun 2018 atau 2019.


Obrolan saya dengan bang Rahmat tak kalah serunya. Selain sebagai seorang agen, ternyata beliau juga seorang pelatih Muang Thai dan pelatih Gymanstic di sekitaran Poris ini. Ada tiga tempat yang beliau sebutkan, sebagai usaha sampingan. Dulunya dia pernah ikut kompetisi Muang Thai, tetapi berhenti karena sempat cedera akibat salah jatuh. Kakinya keseleo yang menyebabkan dia istirahat hampir setahun lamanya. Kemana mana pake alat bantu untuk berjalan. Alhamdulillah sekarang sudah normal lagi, namun untuk ikut kompetisi sudah tak mungkin lagi. 


Badannya kekar. Masih terlihat bahwa dia itu mantan atlet. Namun dari cara dia bertutur dan memberi komentar di FB saya kemarin, saya memang feeling bahwa dia bukan seperti agen pada umumnya. Santunnya khas. 


Beliau mendapatkan fasilitas HP yang lumayan canggih dari management PO Sembodo. HP yang khusus untuk aktifitas di Sembodo saja, baik untuk pemesanan tiket, pemantauan bus selama perjalanan dan liputan Sembodo lainnya yang harus dilaporkan ke management Sembodo. Dan menurut saya, system ITU yang dibangun PO ini sangat canggih. Ketika ada penumpang yang kehilangan HP di dalam perjalanan, melalui camera CCTV yang ada akhirnya ketahuan siapa yang mengambilnya. Begitu juga kejujuran supir ketika ada penumpang yang naik di jalan. Harus tetap dilaporkan ke management melalui photo, berapa orang nya dan berapa duit yang diterima. Melalui CCTV semuanya terpantau dengan baik. Dan berdasarkan info yang disampaikan ternyata tips dan kesejahteraan kru, sangat transparan. Di atas rata rata lah menurut saya. 


Adzan zuhur yang akhirnya mengakhiri obrolan saya. Saya percepat menghabiskan teh telor yang tersisa dan segera ke mushola terminal. Alhamdulillah, masih bisa sholat berjamaah, bahkan diminta pula menjadi imam saat itu. Semoga berkah. 


Sesuai informasi bang Rahmat juga setelah itu saya mampir ke loket Kalingga Jaya, yang letaknya berseberangan dengan mushola pria. Di sana saya mendapatkan informasi tentang jadwal keberangkatan armadanya. Baik untuk Angkatan pagi maupun yang sorenya, termasuk juga tiga class type bus nya. Untuk Angkatan pagi typenya Executive dengan harga Rp 260.000,-. Kalo keberangkatan sore ada dua pilihan, Super Executive dengan kombunasi bangku 2:1 harganya 290.000,- serta Sleeper Class dengan harga 340.000,-. Tujuan saya ke Kudus. Alhamdulillah dari obrolan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada agennya yang ramah yang telah memberikan saya juga sebuah kartu nama Kalingga Jaya. 


Selepas itu saya pulang, menjemput yang tersayang. 


Perjalanan pagi hingga siang ini, tetap dalam rangka membangun silaturahmi. Baik yang telah ada maupun yang baru dibangun. Bersahabat kita bisa dengan siapa saja. Ngobrol asyik juga bisa dengan siapa saja. Semuanya tergantung kepada kepribadian kita. Ya kan??? 


Pondok Aren, 17.28

Sambil menunggu Terios mandi.

Minggu, 01 Januari 2023

Setahun Bersama Sembodo (Part 7)

Alhamdulillah, Sembodo 905 yang berjulukan As Salam ini lancar sekali dalam perjalanan. Di tol pun demikian. Bablas sejak masuk tol di Keamanan hingga masuk di Pelabuhan Bakauheni. 


Lebih kurang waktu tempuh 4 selama di tol. Masuk Pelabuhan Bakauheni tadi sekitar jam 12.30. Berhenti sejenak, transaksi tiket dan langsung menuju dermaga kapal Executive. Seharusnya As Salam ini menunggu kapal berikutnya, antrian pertama, tetapi oleh petugas penghalang jalan yang ada di depan bus diangkat dan dipersilakan langsung masuk ke lambung kapal. 

Alhamdulillah, masih ada kesempatan untuk langsung berangkat menuju Merak sebagai bus terakhir yang masuk ke KMP Batu Mandi. Dan di dalam telah duluan masuk MPM dan ANS yang beriringan di terminal Solok kemarin. Alhamdulillah, bisa satu kapal, meskipun mereka duluan masuk. 


Kami langsung mencari tempat duduk. Tak berharap lagi dapat tempat yang bagus, karena penumpang yang duluan datang dengan kondisi kapal yang penuh, jelas sesak di dalam nya. Agak lama kami memilih tiga bangku yang berdekatan. 


Setelah duduk, saya tinggalkan Dhifa dan Bundanya. Saya buang air dan langsung aholat jamak qashar zuhur dan ashar. Sementara sang Bundo sudah paham, bahwa kami harus bergantian. Menunggu tempat jangan sampai diisi oleh orang lain. Memang rame sekali KMP Batu Mandi siang itu. Penumpang bahkan ada yang rela duduk di lantai, di dek luar yang berangin dan di lorong. 

Ruang sholat ada dilantai atas, sementara toilet ada di ruangan yang kami tempati. Tangganya saja yang agak curam di KMP ini. Harus berhati-hati supaya tidak tergelincir. Alhamdulillah ruang sholat nya nyaman, walau tak seluas Port Link III yang kami naiki bersama PO Palala kemarin. Namun AC nya cukup dingin. 


Alhamdulillah bisa sholat jamak qashar berjama'ah di sini. Namun tak bisa berlama-lama untuk zikirnya karena harus memaklumi bahwa masih banyak orang lain yang akan melaksana sholat juga.


Selesai sholat saya turun, bergantian dengan Dhifa dan Bundanya. Sementara mereka sholat saya makan dengan nasi bungkus dan lauk dari Kapau. Asam padeh daging buatan Ama memang enak. Tak ada lawannya. Lamak bana ko a. Dengan nasi dingin, yang sedikit basah, makan tetap lamak. Lumayan awet nasi bungkus daun pisang ini. Andai nasinyo angek, makin manjadi jadi awak makan dek nyo mah. 

Tak lama kemudian, saya selesai makan semuanya saya bersihkan. Sampah daun dan lain sebagainya saya masukan ke dalam kantong kresek. Sendok yang dipake pun dilap dengan tissue basah, begitu juga dengan tangan. Segala sampah dikumpul jadi satu. Semuanya rapi Bundo dan Dhifa datang. Kami ngobrol ringan. Dan saya sempatkan juga berkeliling kapal sejenak. Meluruskan badan, "malapehan rangkik rangkik" dengan berjalan. 


Alhamdulillah juga saat di Bakauheni tadi ombak tenang. Begitu juga ketika turun di Merak. Hanya di tengah selatan Sunda saja ombak yng agak besar. Agak terasa kapal terayun ayun. Bisa jadi karena KMP Batu Mandi ini yang tak terlalu besar seperti Port Link III. Namun kapal ini melaju agak cepat. Satu jam-an ada di jalan, di atas selat Sunda hingga ke Merak. Menunggu nyandar juga agak lama. 


Tepat jam 14.40 Sembodo As Salam ini sudah menjajalkan ban nya di Pulau Jawa. Keluar perlahan dari lambung kapal dan langsung tancap gas menuju Tangerang, terminal Poris tujuan pertamanya. 


InsyaAllah di sana nanti saya akan turun. Oh ya tadi dari mbak Henny, saya mendapatkan Salam agent Sembodo di Terminal Poris, bang Rahmad. Bang Rahmat mengenal saya karena membaca tulisan saya, liputan saya Setahun Bersama Sembodo ini. Beliau ada berkomentar di status yang saya tulis. Salam disampaikan mbak Henny ketika saya mau turun dari bus di Bakauheni mau naik ke kapal. 

Dan sepanjang tol terlihat pelebaran jalan baik di kiri dan kanan jalan. Tol Jakarta Merak ini memang sudah terasa sempit dan bersyukur juga bahwa masih ada lahan yang bisa digunakan untuk pelebaran tersebut. Lari sore Sembodo ini ternyata dibarengi oleh ANS yang sama saat di terminal bareh Solok. Masih setia seiring sejalan, bersama MPM yang ada di belakang kami. 


Dan jam 16.30 Sembodo yang berjulukan As Salam ini akhirnya "landing" di Terminal Poris. Harapan saya untuk bertemu langsung dengan bang Rahmad akhirnya kesampaian juga. 


Turunnya kami dari bus dibantu oleh para kru, bang Andri dan mbak Henny. Apalagi bang Rahmad yang rajin dan senang membaca tulisan saya sepanjang perjalanan Setahun Bersama Sembodo, sejak tulisan pertama. Beliau bantu saya hingga mengantarkan kami ke GrabCar yang saya pesan. 

Luar biasa keramahan beliau, sebagai agen Sembodo di Terminal Poris ini. Dan tentu tak sempurna kebersamaan bersama Sembodo ini jika tak ditutup dengan photo bersama. 

Satu rahasia yang bang Rahmat sampaikan juga adalah akan ada sleeper bus dari Sembodo menjelang Ramadhan nanti. Ada 5 unit tambahan armadanya. Semoga saya diperkenankan meliput unit baru tersebut. Sleeper bus buat ranah Minang, keren kan? 


Alhamdulillah, sebentar lagi kami sampai di rumah. Penutup tulisan ini grab yang kami tumpangi sudah keluar tol menuju Puri Bintaro Hijau. 


Bintaro, 17.05 WIB

Setahun Bersama Sembodo (Part 6)

Setelah pengisian solar dan sholat subuh tadi, saya benar benar menikmati perjalanan pagi ini. Menikmati fajar menjelang di bumi Sriwijaya ini. Jalanan yang sepi, relatif lurus membuat supir sangat enjoy, seenjoy saya menulis part ke 5.


Mentari perlahan menyapa selepas Betung menuju terminal Alang Alang Lebar Palembang. Ternyata betonisasi masih saja berjalan di kota ini, meskipun saat ini tak lagi mengganggu jalur bus. Tampak jalan yang ditempuh Sembodo sangat bagus sekarang ini. Pembangunan jalan sangat terasa di kota Palembang sejak beberapa tahun yang lalu. Jalan diperlebar, di betonisasi semuanya. 


Jam 7.05 bus mampir sejenak di terminal, sekedar "setor wajah" saja. Sepagi ini sudah ada petugas dishub di pintu terminal saat mbak Henny mengantarkan surat jalannya. Ada juga youtuber yang menyapa ketika bus masuk dan keluar terminal ini. 

Dan perjalanan pun berlanjut, namun tak lama. Bus rehat lagi di RM Basalero. Rehat untuk yang terakhir kalinya sebelum menyeberang ke pulau Jawa. Rumah makan ini ber-tagline "masakan kampuang" milik PO Yoanda Prima, bis urang awak yang berdomisili di Palembang. 

Ketika kami masuk ke dalam rumah makan ini, menjelang jam 7.30 lauknya baru matang. Ada gulai nangka, gulai tunjang, gulai ikan dan rendang. Nasinya masih panas. Ada juga lontong padang, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau, bubur kampiun dan lupis. Untuk sarapan pagi, saya acungi jempol karena jarang sekali, hal begini yang tersaji sepanjang lintas Sumatra, di rumah makan yang disinggahi bus Jawa Sumatra. 

Bundo memesan seporsi gulai ikan buat Dhifa, nasinya masih dari nasi Ama yang dibungkus daun pisang dari Kapau kemarin. Bundo makan dengan asam padeh daging dan baluik lado hijau. Lauknya pun masih bawaan dari kampung. Dan untuk penyemangat Dhifa, saya buatkan pop mie. Sementara saya menikmati seporsi lontong Padang, tanpa telor. Dan terakhir bundo mencoba satu buah lupis sebagai makanan penutup. Total makan kami di sini Rp. 38.000,-.

Selesai makan pagi atau sarapan pagi perjalanan dilanjutkan lagi. Ternyata kami terlambat, Ar Rahiim sudah duluan datang dari kami di rumah makan Baselero tersebut. Info dari kru bus. Ternyata selepas SPBU tadi dia "lari kancang", meninggalkan kami di belakang. 

Sekarang kami sudah di tol Sumatra. Menyusul Ar Rahiim. InsyaAllah lancar perjalanan bisa sampai di Bakauheni nanti sekitar jam satu siang. Dan di jalur tol ini terasa betapa kecepatan bis ini diuji. Hampir semua kendaraan pribadi disalip, didahului. 


Tol relatif sepi. Mentari mulai meninggi namun driver kedua bawaannya santai, tapi laju bus sangat stabil. Rata rata 100 km/jam. Menuju pelabuhan Bakauheni tanpa lagi berhenti. InsyaAllah semuanya lancar, termasuk juga dalam penyebrangan nanti. Aamiin ya Rabb. 


Sekedar pelengkap tulisan, mengapa kami memilih Bus Sembodo Executive Plus ini? Semua tak lain ingin memberi kesan yang baik buat sang buah hati. Kesan yang nyaman selama dalam perjalanan. Alhamdulillah ini dia dapatkan. 


Dengan kapasitas seat 26, tentu bis ini menjadi lega. "Maunjua Class" istilah kerennya saat ini. Lebih daripada sekedar leg rest, bis biasanya. Dengan begini kita benar benar bisa selonjoran selama dalam perjalanan. Di dalamnya ada tempat menyimpan sandal ataupun sepatu. Empat seat dikorbankan untuk maunjua atau selonjoran seperti ini. Bis terasa lega. 


Seat Sembodo executive Plus ini juga lebih lebar, lebih empuk dibandingkan seat bis lainnya. Karena jaraknya agak longgar, mau rebahan pun tak terlalu menggangu penumpang bagian belakang. Dan ada meja kecil lipat yang tersimpan di sandaran tangan. Bisa digunakan buat makan ataupun buat kerja bagi yang bawa laptop. 


Di bagian depan, sebelah kiri cabin, ada tempat khusus yang dinamakan Cool Box. Bagi penumpang yang membawa makanan dingin ataupun makanan beku, baik untuk konsumsi di jalan ataupun sebagai oleh oleh bisa disimpan di sini. 


AVOD atau Audio Video On Demand ada tersedia di tiap bangku. Setahu saya baru dua armada bis yang menggunakan AVOD ini, yakni Palala dan Sembodo. Namun ukuran AVOD di Sembodo lebih besar sedikit dibandingkan Palala. 


Satu satunya armada yang menggunakan Pramugari atau Pramugara hanya ada di Sembodo, sehingga servis kepada penumpang lebih terasa. Jadi di bis ini ada empat kru semuanya. Dua driver satu helper dan satu pramugari atau pramugaranya. 


Totalitas untuk kenyamanan selama berkendara menggunakan bus, untuk saat ini Sembodo Executive Plus yang terbaik. Sesuai dengan harga yang dibayarkan. Rp. 785.000/seat.


Di bagian belakang bis, ada "smoking room" dan mini-bar nya. Ada air panas, kopi teh dan gula bagi penumpang yang membutuhkan. Selain itu bagi yang membawa pop mie, air panasnya tersedia. 


Dan terakhir ada CCTV-nya juga. Ada layar pantau yang bisa dilihat di area supir. Sehingga kondisi keamanan dan kenyamanan dapat dirasakan oleh penumpang. 


Demikian sedikit tambahkan mengenai Executive Plus dari Sembodo ini. Fasilitas ini tentu beda dengan Sembodo Executive Class, yang seat nya berjumlah 30. Harganya Rp. 670.000,-. So beda harga beda fasilitas. 


Dan dibalik itu ada juga sedikit kelemahan yang ada. Pertama untuk yang duduk di bagian depan. Disebabkan bis ini double glass, pandangan jadi terhalang oleh pembatas kaca dan AVOD nya. Yang ke-dua, toilet nya agak kecil, sehingga agak kurang nyaman bagi yang "berbadan" atau yang "agak berbadan" seperti saya. Hehehee... 


Tol Sumatra menuju Bakauheni

11.35 WIB

Setahun Bersama Sembodo (Part 5)

Setelah selesai sholat jamak qashar maghrib dan isya di masjid Al Muhajirin di kabupaten Muaro Bungo, tak berapa lama kemudian Dhifa dan Bundo mulai tertidur. Saya menikmati kesendirian di bagian depan Sembodo dengan memandangi jalanan yang terang akibat sinaran lampu bus. Satu per satu kendaraan pribadi dilewati. Tak banyak truk yang tampak malam ini. 


Di pertigaan lintas tengah, bus berbelok ke kiri menuju lintas timur. Muaro Bungo Jambi jalurnya menuju Tempino. Lancar jaya selama dalam perjalanan, sesekali terlihat truk tapi tak banyak seperti biasanya. Sempat tertidur beberapa saat dan terbangun ketika mendekati jam 10 malam di Kota Muaro Tebo. Jalur lurus dan lebar dan di sebelah kanan jalan terlihat masjid Megah yang dulu pernah kita singgahi. Pernah rehat sejenak melepaskan kantuk waktu itu. Salah satu masjid yang nyaman bagi para pemudik untuk rehat malam karena besar, bersih dan terasnya nyaman buat dijadikan tidur bersama keluarga serta aman tentunya. Namanya Mesjid Agung Al Ittihad. 


Nyamannya perjalanan dengan Sembodo ini membuat saya tertidur lagi. Dhifa dan Bundo masih saja tidur. Air Suspension busnya mantap, tak berisik sehingga nyenyak tidur kita dibuatnya. Meskipun sesekali bus terombang ambing karena kontur jalan yang tak rata. 


Pergantian tahun dilewati di ibukota Batanghari, Muaro Bulian. Tak ada hal yang meriah dilakukan di kota ini. Tak ada sesuatu yang istimewa yang harus dirayakan. Mungkin karena suasana malam minggu saja, agak rame anak muda berkendara. Tak ada yang konvoi konvoi an. 


Selepas kota ini, ada sedikit kerusakan jalan menuju Tempino. Tetapi tak ada truk batubara yang terlihat. Hal ini persis sama dengan yang dilaporkan bang Rahmat Agen Sembodo di terminal Poris Tangerang di efbii saya. Dan hal ini yang menyebabkan truk yang dari rantau maupun dari ranah cepat sampai di tujuan. Bus bus sudah bisa masuk siang di terminal masing masing. Alhamdulillah, lancar jaya semoga semua nya nanti. 


Andil truk batubara dalam jalur Muaro Bungo hingga Tempino sebagai penyebab utama kemacetan menjadi bukti di akhir tahun ini. Berhenti operasinya truk ini menjelang pergantian tahun membuat membuat perjalanan bus menjadi lancar. Yang sering membuat kesel adalah konvoi mereka itu. Bisa sampai sepuluh bahkan dua puluh truk mereka beriringan, berjalan lambat dan rapat sehingga susah untuk mendahului. Alhamdulillah bersama Sembodo malam ini tak kami temui. 

Dan saya pun tertidur lagi. Terbangun lagi ketika buat sudah sampai di RM Minang Wisata Jambi, tak jauh selepas pertigaan Tempino. Sekitar Jam 01.30. Rehat di sini setengah jam saja, sesuai announcement dari pramugarinya, mbak Henny. 

Ada satu bus NPM yang telah duluan datang di sebelah kiri kami dan tak lama berselang Ar Rahiim pun mengikuti. Ada enam bus NPM yang telah duluan rehat di sini sebelumnya. Tinggal tiga atau empat bus lagi yang dari ranah. Yang dari rantau belum ada yang masuk. 


Dan bagi para penumpang, kalo dah sampai di rumah makan, urusan ke belakang adalah yang menjadi prioritas. Begitu juga bagi kami sekeluarga. Dan setelah itu baru pesan makan. Sebenarnya tak perlu makan juga di sini karena tak biasa makan selarut ini. Bahkan untuk kategori sahur pun tak pas pula. Terlalu dini. 

Namun karena tak makan tadi di RM Umega, saya paksakan juga makan. Kami pesan tiga mangkok soto padang, tanpa nasi. Masih ada nasi dari kapau yang dibungkus dengan daun. Hanya meminjam tiga piring dan tambahan minum 3 gelas teh manis. Total makan dan minum kami disini Rp. 90.000,-. Harga segitu dibayar dengan voucher makan Sembodo Executive Plus. Satu Vouchernya senilai Rp 30.000. Pas banget. 

Dan untuk "paumbuak" Dhifa yang sebenarnya minta indomie rebus, kami belikan juga satu cup popmie, buat diseduh nanti di bus. Alhamdulillah di bus Sembodo ini ada air panasnya. Harga pop mie lumayan mahal di sini, Rp. 15.000.

Jam 2.05 dua Sembodo pun melanjutkan perjalanannya. Lanjut setelah itu kami pun tertidur lagi. Bangun bangun sudah ada di SPBU Sungai Lilin. Bus nyolar lagi pas ketika adzan akan masuk beberapa saat lagi. 


Dan kru mempersilakan kami untuk istirahat melaksanakan sholat subuh di sini sambil menunggu giliran ngisi solar. Ada NPM di depan dan Sembodo yang berjulukan Ar Rahiim di belakang. Antrian yang ngisi solar pun tak banyak pagi ini. 

Setelah selesai sholat, bus menunggu para penumpang nya. Tinggal dua Sembodo saja, NPM sudah duluan jalan. Dan pagi ini, bus sudah sampai Betung menuju Palembang. Alhamdulillah so far semuanya lancar. 


Betung, 06.10


https://dandidinda.blogspot.com/2023/01/setahun-bersama-sembodo-part-6.html

Setahun Bersama Sembodo (Part 4)

Ada hal lainnya yang unik yang ingin saya sampaikan di sini, sebagai pembuka part 4. Yakni yang pertama: transisi dari Ar Rahiim ke As Salaam. Dari Yang Maha Pengasih kepada Yang Maha Pemberi Keselamatan. Dua nama Allah yang sangat Agung yang memberkati perjalanan kami ke rantau kali ini. InsyaAllah selamat selama dalam perjalanan dan penuh kasih dari Allah SWT, sesuai harapan. 


Yang kedua, saya ditakdirkan beli satu tiket dapat merasakan dua perbedaan kelas bus Sembodo. Di Executive Plus-nya Sembodo, yang harga tiketnya Rp 785.000,- ada sisi kenyamanan yang bisa kita nikmati. Kursi nya lebih lebar, lebih lega. Leg rest nya bisa membuat kita "MaUNJUA". Komposisi seatnya berjumlah 26 buah, membuat kita lega di dalamnya. Hanya beda harga seratus ribu rupiah dengan Executive Class yang berisikan 30 seat. Namun ke dua class Sembodo ini sama sama memberikan free sekali makan dan mempunyai cool box di setiap armadanya, sehingga penumpang yang membawa makanan beku atau dingin aman disimpan di sini, selama dalam perjalanan. 


Jam 17.20 As Salam ini masuk rumah makan Umega. "Rehat setengah jam", kata supirnya. Bagi penumpang ini kesempatan untuk makan malam. Namun kami di sini hanya turun untuk buang air saja dan meluruskan badan. Sekedar melakukan peregangan. Masih terasa kenyang. Cemilan lainnya masih ada buat mengisi perut hingga rehat berikutnya di Wisata Minang Jambi. 


RM Umega ini adalah titik pemberhentian yang sama dengan PO Palala. Hanya di sini saja yang sama, dua lainnya akan berbeda. Di RM berikutnya di Minang Wisata Sembodo ini akan sama rehatnya dengan PO. NPM. Semoga sampai nanti sesuai waktunya. Tengah malam. 


Di sekitar jam 18.00 Sembodo As Salaam dan Ar Rahiim sama sama melanjutkan perjalanan. Setengah jam kemudian, rehat sholat di Masjid Al. Muhajirin di Kab. Muaro Bungo, jalan lintas tengah Sumatra. 


Alhamdulillah, masjid dan kamar mandinya bagus. Sepertinya baru selesai dibangun. Airnya pun bening. Sholat di awal waktu itu jauh lebih baik, apalagi ketika kita dalam perjalanan seperti kami ini. Alhamdulillah hampir seluruh armada ranah minang selalu mengutamakan sholat bagi para penumpang nya. 


Dan ketika selesai kami segera naik ke dalam bis. Ada kelegaan juga bagi Dhifa. Dia bisa duduk sendirian di bangku no 3 dan 4. Bisa selonjoran sambil menikmati cemilannya. Sang Bundo pindah ke samping saya di no 1, karena si bapaknya pindah ke bangku no 7, sejajar istri dan anaknya juga. Ada dua seat yang kosong di bus ini. 


Dan dari atas bis, dibagian depan saya menyaksikan bagaimana terangnya jalan oleh sorotan lampu Sembodo ini. Drivernya telah berganti sejak di RM. Umega tadi. Supirnya fresh. Ditemani oleh satu orang kernet, bernama Andri dan satu orang pramugarinya yang bernama Henny.


Menjelang jam delapan malam, bis memasuki terminal Lintas Muaro Bungo beriringan dengan satu bus ANS dan di belakangnya menyusul Sembodo Ar Rahiim. 


02.19

Lepas makan di RM Wisata Minang.


https://dandidinda.blogspot.com/2023/01/setahun-bersama-sembodo-part-5.html

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...