Selasa, 03 Januari 2023

Membangun Silaturahmi

Pagi tadi, setelah selesai mengantar bundo ke sekolahnya di SMK Farmasi Tangerang 1, saya mampir ke rumahnya pak Rusman Wijaya, sahabat saya yang juga sesama wali santri Gontor. Kebetulan beliau baru pulang umroh. Sabtu sore kemarin tanggal 31 Desember 2022 di tanah air. Kami sama sama berangkat waktu itu. Beliau terbang ke tanah Suci, saya "merayap" sepanjang pulau Sumatra, ke ranah Minang. Alhamdulillah, obrolan pagi kami diselingi dengan bertukar oleh oleh. Tapi yang beliau berikan jauh lebih bermakna, yakni air zam-zam. Setiap tegukan air ini, saya lafazkan doa dalam hati, untuk kesehatan saya pribadi maupun hajat yang diinginkan tahun ini. Semoga Allah SWT restui. Aamiin


Selesai ngobrol, saya lanjutkan ke KPP Pratama Tangerang Timur. Ke kantinnya Om Burry, salah satu tempat bagi saya jika "bertugas" mengantar dan menjemput sang istri. Lamanya di sini tergantung jam mengajarnya Bundo. Kadang agak lama, kadang juga sebentar. Dan obrolan dengan om Burry dan bu Niken Muhammad istri beliau, kadang penuh inspirasi. Ada ada yang bisa didiskusikan di sini. Tak jarang juga kita ngumpul bareng, ngopi bareng sesama wali santri di kantin ini. Alhamdulillah menjelang siang saya makan di sini. Pesanan saya adalah segelas kopi pahit dan sepiring nasi dengan telor dadar serta tempe gorengnya yang gurih. 


Menjelang jam 11 siang saya lanjutkan perjalanan ke terminal Poris Tangerang, yang jarak nya tak jauh dari kantin Om Burry. Ke terminal ini sekalian nanti jalan arah saya pulang menjemput Bundo Nova Yanti. 

Di sana saya ingin ketemu dengan bang Rahmat agen Sembodo yang sore kemarin bertemu dengan saya. Bang Rahmat ini termasuk pembaca tulisan saya yang bertajuk "Setahun Bersama Sembodo" sejak trip report pertama hingga yang ke tujuh. Beliau yang membantu mengangkut barang saya kemarin hingga ke mobil di depan terminal, yang saya pesan secara online. Saya terkesan dengan sikap beliau yang sangat ramah, terutama untuk kalangan agen agen bus yang ada di terminal. 

Alhamdulillah, saya menyapa beliau ketika bisa Sembodo Ar Rahiiim mulai perlahan meninggalkan terminal Poris. Bang Rahmat ini sempat saya lihat meliput pemberangkatan bis dengan camera video HPnya. Mungkin sebagai bentuk laporan ke management Sembodo. Keramahan beliau juga saya lihat ketika ada seorang ibu yang ingin memesan bus untuk keberangkatan dari Pariaman. Beliau berkenan menyambungkan dengan agent yang di ranah minang untuk pemesanan Ibu ini. "InsyaAllah amanah, sesuai permintaan", katanya. 


Tak lama berselang saya pun ditawari minum. Ketika yang ditawari teh talua, saya tak kuat menolaknya. Mungkin beliau tahu saya "pacandu" teh talua dari tulisan tulisan saya di FB. "Andai benar dugaan saya ini, luar biasa juga ternyata pengaruh tulisan di efbi", saya membathin. 

Teh talua urang awak juo, ternyata. Pak Dasril, urang asli Maninjau yang punya lapak di Terminal Poris ini. Teh Talua yang beliau buat ternyata tak kalah enaknya rasanya. Bisa dibandingkan dengan olahan saudara kita di ranah. Saya sangat rekomendasikan bila ada saudara semuanya yang ingin merasakan "teh talua lamak" di terminal Poris ini. 


Sudah 40 tahun, beliau tidak pulang kampung. Istri beliau ada di Blitar, orang Jawa. Anak beliau ada yang di kalimatan dan ada juga yang di Pariaman serta kota lainnya yang saya tak ingat semuanya. Beliau merantau sejak tahun 1978, ketika saya masih berumur 5 tahun. Obrolan dengan beliau enak. Mungkin beliau orang lapangan, yang pernah juga bekerja di tambang batubara, di Kalimantan sana. Di terminal ini beliau merintis usaha sejak tahun 2018 atau 2019.


Obrolan saya dengan bang Rahmat tak kalah serunya. Selain sebagai seorang agen, ternyata beliau juga seorang pelatih Muang Thai dan pelatih Gymanstic di sekitaran Poris ini. Ada tiga tempat yang beliau sebutkan, sebagai usaha sampingan. Dulunya dia pernah ikut kompetisi Muang Thai, tetapi berhenti karena sempat cedera akibat salah jatuh. Kakinya keseleo yang menyebabkan dia istirahat hampir setahun lamanya. Kemana mana pake alat bantu untuk berjalan. Alhamdulillah sekarang sudah normal lagi, namun untuk ikut kompetisi sudah tak mungkin lagi. 


Badannya kekar. Masih terlihat bahwa dia itu mantan atlet. Namun dari cara dia bertutur dan memberi komentar di FB saya kemarin, saya memang feeling bahwa dia bukan seperti agen pada umumnya. Santunnya khas. 


Beliau mendapatkan fasilitas HP yang lumayan canggih dari management PO Sembodo. HP yang khusus untuk aktifitas di Sembodo saja, baik untuk pemesanan tiket, pemantauan bus selama perjalanan dan liputan Sembodo lainnya yang harus dilaporkan ke management Sembodo. Dan menurut saya, system ITU yang dibangun PO ini sangat canggih. Ketika ada penumpang yang kehilangan HP di dalam perjalanan, melalui camera CCTV yang ada akhirnya ketahuan siapa yang mengambilnya. Begitu juga kejujuran supir ketika ada penumpang yang naik di jalan. Harus tetap dilaporkan ke management melalui photo, berapa orang nya dan berapa duit yang diterima. Melalui CCTV semuanya terpantau dengan baik. Dan berdasarkan info yang disampaikan ternyata tips dan kesejahteraan kru, sangat transparan. Di atas rata rata lah menurut saya. 


Adzan zuhur yang akhirnya mengakhiri obrolan saya. Saya percepat menghabiskan teh telor yang tersisa dan segera ke mushola terminal. Alhamdulillah, masih bisa sholat berjamaah, bahkan diminta pula menjadi imam saat itu. Semoga berkah. 


Sesuai informasi bang Rahmat juga setelah itu saya mampir ke loket Kalingga Jaya, yang letaknya berseberangan dengan mushola pria. Di sana saya mendapatkan informasi tentang jadwal keberangkatan armadanya. Baik untuk Angkatan pagi maupun yang sorenya, termasuk juga tiga class type bus nya. Untuk Angkatan pagi typenya Executive dengan harga Rp 260.000,-. Kalo keberangkatan sore ada dua pilihan, Super Executive dengan kombunasi bangku 2:1 harganya 290.000,- serta Sleeper Class dengan harga 340.000,-. Tujuan saya ke Kudus. Alhamdulillah dari obrolan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada agennya yang ramah yang telah memberikan saya juga sebuah kartu nama Kalingga Jaya. 


Selepas itu saya pulang, menjemput yang tersayang. 


Perjalanan pagi hingga siang ini, tetap dalam rangka membangun silaturahmi. Baik yang telah ada maupun yang baru dibangun. Bersahabat kita bisa dengan siapa saja. Ngobrol asyik juga bisa dengan siapa saja. Semuanya tergantung kepada kepribadian kita. Ya kan??? 


Pondok Aren, 17.28

Sambil menunggu Terios mandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...