Minggu, 30 Juni 2024
Satu Tiket Dua Armada (part 7)
Menuju Terminal Bareh Solok (part 6)
Selesai sholat dan makan di RM Umega, Al Hijrah yang kami tumpangi kembali melaju di Lintasan Pacu Lintas Tengah Sumatra. Dua Transport Express sudah bergerak lebih dahulu, kami bus terakhir yang meninggalkan rumah makan ini. Sebelumnya sudah berjalan lebih dahulu dua buah NPM dan satu Miyor Dream Class.
Terlihat juga empat MPM menuju terminal Bareh Solok yang rehat nya berbeda dengan kami. Mereka punya rumah makan sendiri, RM Mulia Putri Minang.
Tak banyak yang bisa saya ambil gambar ataupun video selama dalam perjalanan ini. Karena posisi saya di tengah, ada Bundo di sebelah kanan. Dan di bagian depan penuh dengan penumpang dan crew Al Hijrah. Para "ahli isap" bergantian menikmati ruang sempit itu untuk memuaskan candunya. Saya merasa kurang sreg duduk disana walau sebentar saja untuk mengambil gambar dan video. Sayang dengan paru-paru saya tentunya. Biarlah cerita ini mengalir tanpa gambar selama dalam perjalanan.
Dream Class kami lewati ketika bus ini berhenti di check point nya di Muaro Kalaban. Sedangkan kami pacu bapacu dengan NPM dan MPM. ALS terlewati. Transport tak tampak lagi.
Di Silungkang kami mendapatkan video kiriman dari Bang Ipe Rasoki. Beliau sempat memvideokan ketika MPM take over NPM yang diikuti Al Hijrah yang kami tumpangi di belakangnya. Bang Ipe ini ternyata memantau perjalanan saya bersama Al Hijrah ini melalui FB saya. Dan akhirnya kami saling berkirim no WA. Alhamdulillah, batambah dunsanak di lintas Sumatra ini. Beliau seorang content creator juga. Selain pemilik toko di lintas pacu Silungkang ini.
Dan akhirnya sampai juga kami di Terminal Bareh Solok jam 18.10, sesuai dengan google map yang saya pantau sebelumnya. Di terminal ini kami akhirnya transit.
Al Hijrah Royal Platinum yang bergelar "Ombak Sunua" sudah menanti kedatangan kami. Segera saya menghubungi kedua crew bis untuk memastikan kepindahan. Alhamdulillah saya masih dapat kesempatan memberikan yang terbaik buat Bundo. Ombak Sunua ternyata kosong menuju Payakumbuh dan akhirnya seat depan kembali kami dapatkan.
Saya pastikan seat ini, kemudian saya bergerak cepat untuk mengambil satu koper dan dua karton lainnya untuk dipindahkan. Alhamdulillah semuanya dibantu oleh crew Al Hijrah yang sangat ramah
Setelah semuanya selesai, Bundo mengajak minum "aia aka" yang ada di dekat bus kami. Dua gelas kami nikmati dan masih sempat juga saya ke toilet. Setelah selesai minum dan membayarnya kami kembali ke bus. Dan izin sejenak kepada crew bus Ombak Sunua untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib dan Isya.
Ternyata dalam perjalanan menuju mushola kami bertemu dengan Kadir, sahabat saya yang sudah lama sekali tak bertemu. Beliau di TBS ini rehat sejenak hendak menuju Bandung bersama ANS yang terparkir dekat mushola yang kami tuju. Kami bertemu sejenak untuk berpisah lagi. Alhamdulillah masih sempat ber-kodak color sebelum berpisah dengan tujuan yang berbeda.
Setelah sholat kami segera ke bus yang sudah siap untuk berangkat menuju Bukittinggi dan Payakumbuh. Hanya empat orang penumpang. Tiga pindahan, satu "pribumi".
Pinggiran Danau Singkarak
30/06/2024 19.32
Rehat II RM Umega
Jam 13.40 bus sampai di rumah makan Umega. Saya dibangunkan oleh tetangga untuk segera turun, rehat makan. Entah mengapa saya dan Bundo bisa terlelap menjelang rehat kedua ini.
Saya segera turun duluan, Bundo menyusul. Maklum agak beberes dulu dan agak bersabar karena sebagian penumpang turun dibagian depan. Kami langsung menuju kamar mandi dan sholat jama' qashar.
Palala, Transport Express dan Al Hijrah yang bergelar Pantai Sunua sudah duluan sampai. Sambil menunggu Bundo selesai sholat saya mengambil gambar di beberapa spot di bagian sekitaran mushola Umega ini.
Bagi yang punya kenangan dengan era 80-90 trip Sumbar Jakarta, pasti bagian belakang tempat wudhu dan kamar mandi jadul ini adalah tempat rutin yang digunakan. Biasanya dulu sampai di sini malam hari dari Padang atau Bukittinggi. Sangat jarang yang sampai di sini sore hari. Begitu juga bila dari Jakarta. Beda dengan sekarang.
Meskipun sudah ada kamar mandi dan tempat wudhu yang baru serta ada mesjid di bagian belakang, area lama ini masih tetap dijaga dan digunakan. Entah mengapa pihak RM Umega tidak mau merenovasi total. Padahal jika diperbaiki dan dikembangkan dengan baik, mushola dan tempat wudhu pria dan wanita tentu bisa dipisahkan. Musholla bisa dibuat lebih besar, bergranit dan berkarpet bagus serta ber-AC. Bagian kiri dan kanan bisa dijadikan tempat wudhu pria dan wanita, terpisah. Tentu ini menjadi keren sekali. Akan memanjakan para jamaah dan customer Umega yang tak pernah berkurang sedari dulu. Tidak akan pernah rugi berinvestasi untuk akhirat. Benarkan?
Bundo selesai sholat kami berdua menuju rumah makan. Bundo dengan pilihan soto tanpa nasi, saya memilih Babek dan satu telor gulai. Minum dengan teh tawar dan teh manis hangat. Bundo ternyata membawa nasi bungkus daun yang masih awet, palai bada dan dendeng lambok. Saya lupa dengan lauk yang dibawa Bundo ini. Seharusnya saya tidak mengambil Babek, cukup dengan satu telor gulai saja. Tapi apa boleh buat. Total yang kami makan disini Rp. 72.000,-.
Oh ya sepanjang jalan dari Tempino beberapa bagian jalan ada yang berlubang dan ada yang dalam perbaikan. Di jalan yang berlubang supir Al Hijrah hati hati banget memilih jalannya. Jalan ini sepanjang Bajubang hingga Tebo.
Begitu juga di lintas tengah Sumatra, ada dua titik perbaikan jalan yang membuat sistem buka tutup. Selama antrian ini ada banyak pedagang yang naik, menjajakan dagangannya. Saya dan Bundo menikmati apa yang mereka jual, antara lain onde-onde, kacang tojin dan pergedel jagung. Lumayan buat ngisi lambung.
Sekian dulu trip report part 5 ini.
30/06/2024 15.23
Rehat I di RM Simpang Raya
Sabtu, 29 Juni 2024
Tertahan 4 Jam di Merak (part 3)
Ini adalah pengalaman terlama bagi saya bersama bus untuk masuk ke lambung kapal yang akan mengantarkan kami menyeberang ke Pulau Swarna Dwipa. Empat jam lebih tertahan di dermaga eksekutif pelabuhan Merak. Memang saat masuk tadi antrian sudah panjang baik di jalur kendaraan besar baik truk dan bus, maupun di jalur kendaraan pribadi. Tetapi tak menyangka akan selama ini. Tadinya saya duga jam 3 sore sudah bisa menyeberang, tetapi sabar kami juga harus diperpanjang.
Alhamdulillah semuanya bisa terlewati, setidaknya bagi saya pribadi maupun Bundo. Bundo yang tadi lumayan lama tidurnya sangat segar. Bahkan ketika bangun tidak menyangka bahwa kami sudah dalam antrian di dermaga. Cemilan yang ada, berangsur-angsur kami nikmati bersama, dengan obrolan ringan tentang anak anak. Terutama tentang Imam yang tadi malam kami antar ke terminal Lembang Ciledug untuk kembali lagi ke pondoknya di Tasikmalaya.
Imam anak yang suka tantangan. Nekad jalan malam di daerah yang dia baru tempuh. Nekad juga untuk nginap di mesjid menunggu fajar menjelang. Dan itu juga dia lakukan ketika dari Tasikmalaya ke Ciputat bersama bus Primajasa maupun tadi malam back to Tasikmalaya bersama Karunia Bhakti. Di Ciputat dia sampai jam 1 dini hari dan sempat sempatnya tidur di masjid dekat pool bus Primajasa, demikian pula subuh tadi ketika sampai di Alun-alun Kota Tasikmalaya. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Dan memang dia enjoy menikmati tantangan ini. Bagi dia yang penting ada mesjid yang bisa ditempati sementara.
Dan obrolan-obrolan ini menjadi hiburan bagi kami menunggu jatah menyeberang. Apalagi kondisi bus yang juga adem. Di deck atas bagian depan, di belakang supir menghadap ke matahari yang perlahan turun tak terasa panas meskipun AC yang ada di atas kepala kami sengaja kami tutup. Di luar cuaca tak terlalu terik, tetapi angin laut cukup kencang.
Kami sempat keluar bergantian, sekedar buang air kecil. Saya sempat mengambil gambar dan video sebentar. Angin yang kencang tak membuat saya nyaman di luar, jauh lebih enak di dalam bis, menemani Bundo.
Menjelang sore sambil menunggu waktu, saya lanjutkan juga untuk makan siang yang tertunda. Tak tampak ada tanda tanda kapal akan naik. Dan bisa diprediksi bahwa kapal akan sesak karena banyaknya antrian di dermaga. Sepertinya dermaga executive ini harus ditambah, sehingga sanggup melayani lonjakan penumpang di musim liburan dan lebaran.
Palai Bada yang kemarin Bundo buat ternyata uenaknya masih mantap. Bumbu dan ikannya mantap. Nasi satu kotak sudah habis ditambah dengan nasi bungkus daun pisang yang ditingkahi Palai Bada menambah kenikmatan makan kami berdua. Serasa makan di kamar kami tadi.
Tak terasa menjelang jam 5 bus mulai bergerak mendekati KMP Batumandi yang sudah merapat sejak tadi. Kendaraan kecil sudah masuk duluan, disusul oleh truk dan bus yang ada di depan kami. Giliran kami masuk sudah di ujung kapal. Sudah banyak ternyata yang masuk mendahului kami. Sangat kelihatan banyaknya orang yang ada di KMP ini menuju tangga ke ruangan penumpang.
Setelah turun dari bus kami langsung mencari mushola untuk melaksanakan sholat jamak qashar, Zuhur dan Ashar. Setelah sholat kami segera ke lantai dua mencari tempat yang pas untuk duduk menikmati suasana kapal yang hampir penuh ini, dengan segala cerita yang ada. Kami memandang dan mengambil ibroh untuk diri sendiri. Ada masa masa kami bersama anak anak yang telah terlewati. Masa masa indah bersama mereka menyeberangi selat Sunda ini. Sementara di depan kami ada beberapa pasutri bersama anak-anak kecilnya. Mereka bahagia menikmati masa liburan ini, tetapi sang ibu agak kerepotan dengan bayi yang masih digendong dan dua balita lainnya yang pengen jalan-jalan mengelilingi kapal.
Menjelang Maghrib kami kembali ke mushola untuk menunaikan sholat Maghrib dan Isya. Selesai sholat sambil menunggu bunda ternyata saya disapa oleh seorang bapak yang satu bis dengan saya. Dia ternyata telah memperhatikan saya sedari tadi, menyediakan tempat kosong disampingnya untuk saya duduki. Ternyata ada obrolan yang bisa menghubungkan dan mendekatkan kami. Akhirnya saling bertukar no HP. Dia seorang pengusaha yang tinggal di daerah rawa belong Jakarta. "Urang Kayo" di Kerinci, yang aslinya dari Indopura Pessel. Istrinya asli Betawi, punya anak "tungga babeleang". Mereka nanti turun di terminal Bungo, dijemput oleh saudaranya dari Kerinci.
Tak lama ngobrol "klakson" kapal melengking tinggi. Itu artinya para penumpang harus kembali ke kantor. Dan Kami pun turun bersamaan menuju bus yang sudah siap menanti mengantarkan kami ke pulau Swarna Dwipa.
Jam 18.50 bus Al Hijrah yang kami tumpangi sudah "landing" dengan baik di pulau sumatera. Tidak ada lagi acara mampir di RM hingga nanti bus berhenti di rest area keduanya. Bus akan bablas menuju akhir tol di Kramasan Palembang.
Ditulis di atas tol Sumatra
Juni 29 2024 19.50
Bersama Al Hijrah (part 2)
Bus Al Hijrah yang kami tumpangi sampai di terminal Poris Tangerang menjelang jam 11 siang. Sebentar saja bus berhenti di sini dan saya sempat turun sebentar untuk mengambil beberapa gambar. Tadinya mau sekalian BAK, tetapi oleh driver dikasih kode silakan gunakan toilet yang ada.
Alhamdulillah nggak sampai 5 menit bus sudah jalan lagi. Hanya menaikan beberapa penumpang dan koordinasi dengan agent Poris lanjut lagi keluar dari terminal menuju pintu tol terdekat.
Bundo yang sejak tadi tidur tetap tak bergeming. Begitu juga dengan beberapa penumpang lainnya. Benar benar sesuai dengan namanya, sleeper bus. Membuat para penumpang nya dimanjakan dengan tiduran dan selonjoran. Unit suite family ini ada 35 seat, cocok buat kaum rebahan. Fasilitas AVOD , Audio Video On Demand nya ada di setiap seat nya. Sangat memanjakan bagi yang suka nonton.
Jam 11.30 bus sudah memasuki gerbang tol Cikupa. Agak tersendat seperti biasanya di sini. Dan saya sangat menikmati pemandangan yang ada di sepanjang jalur menuju Merak dari Deck Dua ini. Pemandangan agak luas dan lega juga. Alam yang indah terpampang.
Sesekali menikmati obrolan sesama "ughang piaman" yang ada di belakang saya. Ada juga yang mempromosikan Al Hijrah ini kepada sanak saudaranya, dengan video call. Memanglah bus ini viral. Banyak peminatnya. Dan bahkan menurut bang Berry Sanchez dalam waktu dekat ini akan ada tambahan 15 armada baru lagi dengan rincian masing-masing 5 kelas, yakni Suite Family, Suite Combi dan Royal Platinum. Benar benar armada baru, bukan daur ulang. Semoga saja saat balik ke Tangerang di pertengahan Juli nanti bisa menikmati Suite Combi nya Al Hijrah dengan armada barunya. Semoga ya...
Sempat merasakan derasnya hujan dalam perjalanan menuju terminal Serang walau tak lama. Di Terminal Pakupatan Serang bus hanya mampir sebentar. Menaikkan penumpang dan jalan lagi. Terminal ini bagus juga. Kecil tetapi tertata dengan baik. Bertingkat. Hampir mirip dengan terminal di Jawa Tengah dan Jawa Timur saya lihat. Terminal yang berdekatan dengan kampus Untirta Banten. Kampus dimana ada ponakan kami yang akan kuliah tahun ajaran baru ini di Fakultas Hukum nya.
Keluar dari terminal, masuk tol lagi dan jalannya serasa milik sendiri. Sepi dan lancar. Menjelang masuk ke pelabuhan Merak, bus berhenti sejenak di pinggir jalan di seberang Rumah Makan Karya Baru. Terlihat dua orang crew berlarian ke sana dan baliak dengan dua tentengan besar. Ternyata mereka membawa nasi kotak buat penumpang.
Wow. Servis makan siang, bukan lagi sekedar Snack. Keren ya? Belum ada selama ini yang melakukan hal seperti ini. Setidaknya ini meringankan "beban" penumpang. Nasi kotak dengan menu ayam goreng di perjalanan lintas Sumatra ataupun Jawa setidaknya 30.000 - 35.000 harganya. Insyaallah bisa dimakan nanti di atas kapal selama dalam penyeberangan.
Jam 12.40 bus sampai di pelabuhan Merak terminal eksekutif. Pilihan favorit bagi bus Sumbar. Sementara Lorena yang kami lihat tadi di RM Karya Baru, yang juga hampir bersamaan sampai di pelabuhan memilih jalur regular. Mungki dia sudah berlayar, sementara kami kami menunggu kapal berikutnya.
Agak rame memang suasana pelabuhan siang ini. Baik buat dan truk maupun kendaraan pribadi di terminal eksekutif Merak ini. Banyak yang mudik.
Dan sebelum tulisan ini diakhiri, Bundo sudah bangun dari tidurnya. Sabar adalah pilihan terbaik untuk menikmati kapal terbaik di dermaga executive Pelabuhan Merak.
Pelabuhan Merak
29/06/2024 14.20 WIB
Melangkah Bersama Al Hijrah
Pagi ini kami menata semuanya dengan sangat baiknya. Management Waktu sangatlah terorganisir dengan baik. Berbenah di rumah sebelum berangkat menuju Petukangan tempat dimana kami sudah berjanji dan dikabari oleh bang Berry Sanchez tadi malam. Jam 9 sudah stand by di sana menunggu bus Al Hijrah yang akan membawa kami ke Sumatra.
Menyuci dan menjemur, memasak, sarapan berdua, merapikan rumah yang harus ditinggalkan, menyakinkan diri bahwa semuanya aman ketika ditinggalkan dua pekan ke depan. Alhamdulillah koordinasi berdua dengan Bundo sangat menyenangkan. Semuanya teratur dan tertata dengan baik sebelum grab car menjemput kami berdua.
Jam 08.30 kami meninggalkan rumah setelah pak Subagyo, pemilik Sigra yang akan mengantarkan kami ke Petukangan. Agak susah mendapatkan taxi online pagi ini. Mengantisipasi keterlambatan ketika telah berangkat dari rumah, saya langsung berkabar ke bang Berry, Agen bus Al Hijrah Petukangan Ciledug ini.
Pak Bagyo paham kondisi kami yang butuh segera sampai di Petukangan. Mengisi waktu selama dalam perjalanan, kami banyak bercerita yang menyenangkan dengan pak Bagyo. Beliau sudah paham bahwa kolong tol Petukangan tersebut adalah shelternya para penumpang bus Sumatra dan ada banyak content creator cilik di sana. Pak Bagyo orangnya ramah.
Jam 09.25 kami sudah sampai di Petukangan. Pak Bagyo membantu menurunkan barang bawaan kami. Tarif 35.000 kami bayarkan 40.000. Saya tak tahu kenapa harga online murah pagi ini. Diskon atau tidak saya kurang paham, tetapi saya bayar tetap lebih. Semoga ini pembuka rezeki selanjutnya bagi pak Bagyo. Dan kami adalah penumpang perdananya pagi ini.
Segera saya menghampiri bang Berry yang terlihat dari jauh. Membayar satu seat lagi seharga 725.000. Booking fee satu seat sebelumnya sudah saya bayarkan bulan lalu. Semuanya melalui transfer, tak ada lagi pembayaran tunai. Karena agen pun melakukan transfer ke PO Bus. Tidak boleh driver membawa uang sewa penumpang.
Alhamdulillah ini adalah perdana kami naik sleeper bus. Bagaimana keseruannya, yuk simak tulisan ini esok hari kami sampai di Kapau Bukittinggi. Namun yang jelas semuanya saya usahakan tercatat, sebagaimana trip dua lalu bersama Palala dan Sembodo. Sekarang giliran nya Al Hijrah.. dengan kelas Suite Family nya
Berangkat pagi ini kami terkesan dengan suasana olahraga. Hobby kami yang jalan kaki, akan kami bawa ke mana saja. Ada sepasang sepatu couple yang akan menemani kami melangkah bersama dari Jawa hingga Sumatra. Kebiasaan olahraga jalan kaki akan kami laksanakan nantinya di Bukittinggi, Padang dan Pekanbaru insyaAllah. Kami juga sama-sama menggunakan celana training dalam perjalanan kali inu. Dress code yang senada , Dongker dan hitam. Secara kebetulan juga ternyata warna baju yang kami pakai pun senada dengan dress code nya crew Al hijrah.
Jam 10-an lewat dikit bus datang dan terparkir sejenak di akses tol Petukangan ini. Kru dan agen bergotong royong memasukkan bawaan para penumpang ke dalam bagasi. Dan dikabari juga bahwa bus nanti tidak akan berhenti makan di RM Lampung. Kalo mau membeli makanan nanti bus akan mampir di Merak sebelum menyeberang. Usahakan makan di kapal karena bus akan langsung menuju Palembang.
Bagi saya ini adalah kesempatan langka dan hebat. Kalo lancar semuanya, jam 7 atau jam 8 malam sudah sampai di kota Palembang. Keren itu. Seru juga ya?
Sekitar jam 10.20 bus meninggalkan Agent petukangan menuju terminal Poris. Bus Al Hijrah putar balik menuju tol Bintaro Bandara Soekarno-Hatta. Rute yang sama dengan bus Palala. Mereka tidak masuk ke terminal Kalideres karena menghindari macet yang relatif sering terjadi disana.
Setengah jam perjalanan lebih kurang bus sudah sampai di terminal Poris.
Tol Cikupa, 29/09/2024
11.29
Minggu, 23 Juni 2024
Lontong Gulai Tunjang
Ahamdulillah, sehabis kajian subuh bersama Ustadz Umar Faqih di masjid Hidayatul Ikhwan RW 07 Blok Puri Bintaro Hijau jamaah mendapatkan sajian sarapan pagi yang agak istimewa. Sesuai harapan dari beberapa orang pengurus menu pagi ini adalah Ketupat Sayur Padang Gulai Tunjang. Begitu mereka menamakannya. Tetapi bagi saya bisa diringkas menjadi Lontong Gulai Tunjang.
Ada tiga kaki sapi yang kita olah Senin sore sehabis qurban yang diberikan kepada saya sebagai koordinator Pe-Qurban Sapi. Ada tujuh ekor sapi yang kami potong dan 14 ekor kambing yang kami potong sehabis sholat Idul Adha kemarin.
Tiga kaki yang diberikan kepada saya langsung sorenya saya antar bersama pak Yahya ke langganan saya di Pasar Ramayana Ciledug untuk diolah. Tambahan dari pak Yahya ada dua kaki jatahnya dia. So total ada 5 kaki yang kami antar Senin sore dan Selasa pagi kami ambil. Harga olahan satu kaki Rp. 30.000,-.
Dari tiga kaki itu kami olah pagi tadi menjadi gulai Tunjang, sesuai permintaan. Sedangkan lontong sayur Padang nya kamu pesan kepada uni Fitri yang jualan di dekat SPBU Parung Serab. Praktis dan bagi bagi rezekilah judulnya. Lontong sayur uni Fitri ini kami pesan sebanyak 40 porsi dengan harga khusus yang diberikan kepada kami hanya Rp. 10.000,-. Bagi uni Fitri dia ingin pula bersedekah dalam setiap pengajian yang memesan kepada dia. Ada beberapa mesjid lain lagi yang menjadi langganannya. Sejatinya lontong plus telor itu harganya Rp. 13.000,-. Begitulah semangat berbagi bagi uni Fitri ini. Luar biasa. Dia ingin mendapatkan keberkahan dalam setiap pengajian. Hebatkan?
Alhamdulillah uni Fitri memberikan gulai tauco dan gulai nangka plus tahu serta telor balado. Selain ketupat dan kerupuk merah tentunya. Dan dikomsumsi dengan gulai tunjang olahan Dapur BUNDO NOVA sarapan pagi ini menjadi sangat istimewa.
Gulai tunjang yang sangat lembut menjadi menu favorit bagi rekan rekan jamaah. Buktinya tak ada yang bersisa dari tunjang yang kami sajikan. Ada yang bilang, tunjangnya lebih enak dan lebih empuk dibandingkan restoran Padang bintang lima yang ada di Jabodetabek yang pernah dia nikmati. "Empuk banget", katanya. Saya jawab sambil bergurau, "Nah kalo nanti pengen gulai tunjang, tahukan dimana harus memesannya?". Dia pun tersenyum dan tertawa. "Sips", katanya.
Alhamdulillah sehabis sarapan dan ustadz Umar Faqih pamit, kami pun masih lanjut diskusi sesama jamaah sekaligus pembubaran panitia Idul Adha yang dipimpin oleh pak Ardy dan pak Sabar.
Suatu aktivitas pagi yang berkesan.
Emerald Bintaro
23 Juni 2024, 18.45 WIB
Sabtu, 22 Juni 2024
Kuliner Malam Khas Minang di Ciledug
Ahamdulillah berkat rekomendasi dari DA Mohammad Ichlas El Qudsi akhirnya kami menemukan kuliner malam khas Minang yang lamak di dekat pasar Ciledug. Tepatnya di seberang CBD Ciledug, di depan pasar Saraswati.
Alhamdulillah, malam Minggu berdua dengan sang Ratu akhirnya memuaskan. Rasa penasaran dengan lotek khas ranah Minang akhirnya ditemukan di sini. Selain itu satenya juga ok, bakwan nya lamak dan sala nya juga terasa. Terakhir teh Talua pinang nya kita juga coba juga dan rasanya mantaap Bana.
Ajo Dede namanya yang punya dagangan. Asli dari sungai Garinggiang Pariaman sudah dua tahun ternyata dagang di sini. Ustadz a Ajo Dede ini sekitar 30an tahun. Masih muda dan kami suka melihat anak muda yang gigih berusaha. Apalagi melestarikan kuliner khas Minang di perantauan seperti Jabodetabek. Oh ya, usaha kulineran ini buka dari jam 17.00 hingga jam 02.00 dini hari. Ajo Dede ditemani seorang asisten nya.
Jujur kalo taragak Jo lotek dan kuliner Minang lainnya, silakan mampir ke sini.
Untuk harga sbb:
Teh Talua pinang: 15.000
Teh Talua: 12.000
Lotek pake telor: 16.000
Lotek saja: 13.000
Sate seporsi 10 tusuk: 20.000
Bakwan: 2.000
Sala: 1.000
Lontong sayur Padang: 12.000
Lontong sayur pake telor: 15.000
Lontong sayur pake tunjang: 25.000
22 Juni 2024
Ciledug, 19.00
Setu Pondok Jagung Tangsel
Alhamdulillah Sabtu pagi kami kembali olahraga jalan kaki bersama. Pilihan rute nya adalah hal yang baru sesuai permintaan dari sang ratu. Sejatinya pengen ke Taman Kota Serpong Tangerang Selatan, tetapi disebabkan hanya menggunakan motor akhirnya kami memilih jalur terdekat saja
Jam 6.55 WIB kami sampai di Soto Cak Bejo khas Surabaya di deretan ruko yang bersebelahan dengan Club Family Graha Raya. Motor terparkir kami pun jalan kaki menuju Setu Pondok Jagung yang berjarak sekitar 2.9km sesuai info dari google map.
Olahraga jalan kaki pun kami mulai. Sengaja saya tak memberi tahu kepada sang ratu kemana tujuan akhir, agar dia surprise nantinya.
Pagi itu suasana sudah mulai rame, sudah banyak juga kendaraan yang melintasi Boulevar Graha Raya menuju jalan Pondok Kacang Timur. Tetapi sebagian orang masih ada yang bersepeda, lari pagi ataupun jalan santai seperti kami.
Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya kami sampai di Setu. Daerah yang baru pertama kalinya kami jadikan ajang olahraga, ternyata sangat membuat sang ratu terkesima. Saya pun tak menyangka bahwa area Setu yang ada walking track nya sejauh ini. Kisaran saya ada sekitar 3 km untuk mengelilingi Setu inu.
Sejauh itu berjalan kaki, ternyata membuat kita enjoy saja. Udara yang segar, karena banyak pepohonan dan danau yang terbentang dengan banyak aktivitas olahraga di sekitarnya sangat mengasyikkan untuk dijelajahi.
Ada banyak kulineran yang tersedia di area Setu ini. Area yang memberikan efek ekonomis banyak masyarakat sekitarnya, termasuk petugas parkir di tiga atau empat tempat yang tersedia. Mengajak keluarga untuk rekreasi murah di sekitar sini tentu bisa menjadi alternatif bagi semua orang.
Tak lupa ada area pacu dayung di sini. Ada beberapa atlet dayung yang mengasah skill nya di sini. Ada kantor PODSI Tangsel yang memfasilitasi nya. Di samping kantor olahraga dayung ini ada juga area terbuka lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan besar lainnya. Ada panggung, ada area kumpul dan ada area futsalnya juga. Alhamdulillah ada atensi dari Pemkot Tangsel untuk warganya. Keren.
Setelah satu putaran berkeliling kami kembali ke graha Raya. Sekitar 9 km kami nikmati olahraga jalan kaki pagi tadi dengan durasi waktu sekitar dua jam-an.
Sesampainya di Soto Cak Bejo, kami rehat sejenak di satu satunya saung yang tersedia. Kami selonjoran sekalian memesan dua porsi soto ayam nya yang terkenal uenak dan seporsi nasi buat saja. Bundo memilih susu kacang kedelai tanpa gula dan saya teh manis hangat buat minum pagi kami. Ada dua Ufia botol juga yang kamu bawa dari rumah sebagai air putih yang menemani kami sarapan pagi.
Alhamdulillah setengah jam rehat di sini kamu lanjutkan perjalanan ke SMK Tangerang 1 untuk mengambil buku yang Bundo butuhkan. Setelah itu baru kami kembali ke rumah.
Dan sore ini masih terasa rangkik rangkik di kaki saat menulis perjalanan yang kami nikmati lagi tadi
22 Juni 2024
Parung Serab 16.35 WIB
Pijar Park Kudus
Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...
-
Pagi ini kami menata semuanya dengan sangat baiknya. Management Waktu sangatlah terorganisir dengan baik. Berbenah di rumah sebelum berangka...
-
Mandi Pagi Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 1300 an km dari Tangerang menuju Kapau Bukittinggi, pagi ini baru sempat mengantarkan T...
-
Alhamdulillah, pagi ini kami kembali ke rantau setelah dua Minggu berada di kampung halaman. Dua Minggu berkesan. Memberi kesempatan kepada ...