Ini adalah pengalaman terlama bagi saya bersama bus untuk masuk ke lambung kapal yang akan mengantarkan kami menyeberang ke Pulau Swarna Dwipa. Empat jam lebih tertahan di dermaga eksekutif pelabuhan Merak. Memang saat masuk tadi antrian sudah panjang baik di jalur kendaraan besar baik truk dan bus, maupun di jalur kendaraan pribadi. Tetapi tak menyangka akan selama ini. Tadinya saya duga jam 3 sore sudah bisa menyeberang, tetapi sabar kami juga harus diperpanjang.
Alhamdulillah semuanya bisa terlewati, setidaknya bagi saya pribadi maupun Bundo. Bundo yang tadi lumayan lama tidurnya sangat segar. Bahkan ketika bangun tidak menyangka bahwa kami sudah dalam antrian di dermaga. Cemilan yang ada, berangsur-angsur kami nikmati bersama, dengan obrolan ringan tentang anak anak. Terutama tentang Imam yang tadi malam kami antar ke terminal Lembang Ciledug untuk kembali lagi ke pondoknya di Tasikmalaya.
Imam anak yang suka tantangan. Nekad jalan malam di daerah yang dia baru tempuh. Nekad juga untuk nginap di mesjid menunggu fajar menjelang. Dan itu juga dia lakukan ketika dari Tasikmalaya ke Ciputat bersama bus Primajasa maupun tadi malam back to Tasikmalaya bersama Karunia Bhakti. Di Ciputat dia sampai jam 1 dini hari dan sempat sempatnya tidur di masjid dekat pool bus Primajasa, demikian pula subuh tadi ketika sampai di Alun-alun Kota Tasikmalaya. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Dan memang dia enjoy menikmati tantangan ini. Bagi dia yang penting ada mesjid yang bisa ditempati sementara.
Dan obrolan-obrolan ini menjadi hiburan bagi kami menunggu jatah menyeberang. Apalagi kondisi bus yang juga adem. Di deck atas bagian depan, di belakang supir menghadap ke matahari yang perlahan turun tak terasa panas meskipun AC yang ada di atas kepala kami sengaja kami tutup. Di luar cuaca tak terlalu terik, tetapi angin laut cukup kencang.
Kami sempat keluar bergantian, sekedar buang air kecil. Saya sempat mengambil gambar dan video sebentar. Angin yang kencang tak membuat saya nyaman di luar, jauh lebih enak di dalam bis, menemani Bundo.
Menjelang sore sambil menunggu waktu, saya lanjutkan juga untuk makan siang yang tertunda. Tak tampak ada tanda tanda kapal akan naik. Dan bisa diprediksi bahwa kapal akan sesak karena banyaknya antrian di dermaga. Sepertinya dermaga executive ini harus ditambah, sehingga sanggup melayani lonjakan penumpang di musim liburan dan lebaran.
Palai Bada yang kemarin Bundo buat ternyata uenaknya masih mantap. Bumbu dan ikannya mantap. Nasi satu kotak sudah habis ditambah dengan nasi bungkus daun pisang yang ditingkahi Palai Bada menambah kenikmatan makan kami berdua. Serasa makan di kamar kami tadi.
Tak terasa menjelang jam 5 bus mulai bergerak mendekati KMP Batumandi yang sudah merapat sejak tadi. Kendaraan kecil sudah masuk duluan, disusul oleh truk dan bus yang ada di depan kami. Giliran kami masuk sudah di ujung kapal. Sudah banyak ternyata yang masuk mendahului kami. Sangat kelihatan banyaknya orang yang ada di KMP ini menuju tangga ke ruangan penumpang.
Setelah turun dari bus kami langsung mencari mushola untuk melaksanakan sholat jamak qashar, Zuhur dan Ashar. Setelah sholat kami segera ke lantai dua mencari tempat yang pas untuk duduk menikmati suasana kapal yang hampir penuh ini, dengan segala cerita yang ada. Kami memandang dan mengambil ibroh untuk diri sendiri. Ada masa masa kami bersama anak anak yang telah terlewati. Masa masa indah bersama mereka menyeberangi selat Sunda ini. Sementara di depan kami ada beberapa pasutri bersama anak-anak kecilnya. Mereka bahagia menikmati masa liburan ini, tetapi sang ibu agak kerepotan dengan bayi yang masih digendong dan dua balita lainnya yang pengen jalan-jalan mengelilingi kapal.
Menjelang Maghrib kami kembali ke mushola untuk menunaikan sholat Maghrib dan Isya. Selesai sholat sambil menunggu bunda ternyata saya disapa oleh seorang bapak yang satu bis dengan saya. Dia ternyata telah memperhatikan saya sedari tadi, menyediakan tempat kosong disampingnya untuk saya duduki. Ternyata ada obrolan yang bisa menghubungkan dan mendekatkan kami. Akhirnya saling bertukar no HP. Dia seorang pengusaha yang tinggal di daerah rawa belong Jakarta. "Urang Kayo" di Kerinci, yang aslinya dari Indopura Pessel. Istrinya asli Betawi, punya anak "tungga babeleang". Mereka nanti turun di terminal Bungo, dijemput oleh saudaranya dari Kerinci.
Tak lama ngobrol "klakson" kapal melengking tinggi. Itu artinya para penumpang harus kembali ke kantor. Dan Kami pun turun bersamaan menuju bus yang sudah siap menanti mengantarkan kami ke pulau Swarna Dwipa.
Jam 18.50 bus Al Hijrah yang kami tumpangi sudah "landing" dengan baik di pulau sumatera. Tidak ada lagi acara mampir di RM hingga nanti bus berhenti di rest area keduanya. Bus akan bablas menuju akhir tol di Kramasan Palembang.
Ditulis di atas tol Sumatra
Juni 29 2024 19.50
Semoga perjalanan uda dan uni cinop bajagia dan selamat sampai tujuan tanpa lendala
BalasHapusAlhamdulillah berkat doa nya Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Bukittinggi. Insyaallah esok kembali ke rantau bersama dengan Al Hijrah lagi dengan kelas bisnyang berbeda. Royal Platinum dengan harga tiket 650.000
Hapus