Setelah tulisan part 3 tadi malam, sekitar jam 8 malam otomatis sepanjang perjalanan di tol Trans Sumatera saya rehat. Suasana di dalam mobil relatif hening. Hanya musik yang terdengar menemani supir dan crew Al Hijrah yang mengendarai bus dengan stabilnya. Sesekali terasa ada goncangan karena jalan yang berlubang.
Sempat terbangun tengah malam untuk urusan ke kamar mandi. Selebihnya tidur lagi. Menjelang jam setengah empat pagi terbangun lagi. Mulai utak Atik HP lagi untuk melihat perkiraan sampai jam berapa nantinya di RM Simpang Raya. Dering alarm di HP dua kali saya matikan.
Jam 4.40 bus memasuki area rumah makan. Rehat pertama di RM Simpang Raya ini. Biasanya ini selalu menjadi rehat kedua bagi armada bus Sumbar baik dari ranah ataupun dari rantau. Sekali ini menjadi yang pertama kalinya.
Turun dari bus kami langsung menuju kamar mandi. Bagi saya ini adalah timing yang pas. Rutinitas saya menjelang subuh pas banget. Salah satu tanda sehat itu adalah BAB rutin setelah bangun dari tidur dan bagi saya pribadi itu selalu menjelang subuh. Segala ampas di lambung, yang mungkin juga sumber penyakit, dikeluarkan rutin pagi itu sebelum diisi lagi. Pembaca pahamkan? Semoga paham, saya doakan.
Selesai BAB saya langsung menuju mushola yang ada di sisi kiri rumah makan. Musholanya kecil. Adzan subuh sudah berkumandang dari mesjid yang ada di sekitaran rumah makan ini. Selesai berwudhu saya langsung mengikuti sholat bersama jamaah lainnya yang lebih dahulu.
Sedikit masukan bagi pemilik RM Simpang Raya ataupun pemilik rumah makan lainnya sepanjang lintas Sumatra. Rumah makan adalah unit usaha anda, investasi dunia bagi anda, tetapi tempat sholat, masjid ataupun mushola yang anda bangun dalam memfasilitasi customer anda beribadah adalah investasi akhirat bagi anda. Mohon kiranya fasilitas ini diperhatikan dengan baik. Jika kebersihan dan kenyamanan didapatkan para penumpang ketika beribadah di sana, insyaallah rezeki anda akan bertambah dan lebih berkah. Begitu juga seharusnya PO bus yang bekerjasama dengan pemilik rumah makan, seharusnya bisa menekan pemilik rumah makan agar memfasilitasi tempat ibadah yang layak, bersih dan aman. Karena secara ekonomis keuntungan yang didapat pemilik rumah makan ini sangatlah besar. Semoga hal ini menjadi perhatian bersama.
Selesai sholat saya dan Bundo makan sate Padang. Sate ayam dengan kuahnya yang tidak begitu panas. Kuahnya enak, sayang dingin. Ditambah dengan satu kerupuk kulit dan satu keripik singkong balado, total yang kami bayar seharga Rp. 26.000 rupiah. Sate saja Rp. 20.000.
Dan di warung kecil yang ada di dekat rumah makan saya membeli sepasang sandal swalow seharga Rp. 15.000 dan air mineral 1.5 liter Rp 8.000. Total pengeluaran saya di rehat pertama ini Rp. 49.000, plus uang kecil di kamar mandi. Dan Bundo jajan juga tetapi saya tidak tahu berapa uang yang dia keluarkan. Dia jajan dengan makanan khas masa kecilnya dulu. Jajan yang suka dibelikan almarhum papanya.
Dan entah kenapa pula pagi ini air di dispenser Al Hijrah kosong. Semoga nanti terisi lagi ya crew Al Hijrah, karena ini adalah fasilitas musti ada.
Musik lembut mengiringi tulisan yang akan saya akhiri ini. Pagi telah menyapa, meskipun embun yang menempel di sisi luar bis masih saja menempel.
Al Hijrah lari pagi bersama NPM dan MPM
30/06/2024 06.23 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar