Senin, 03 Juni 2019

Lintas Sumatra : Mudik Lebaran 2019


Alhamdulillah setelah mendapatkan izin pulang lebih awal dari Head of Science Dept, siang itu saya pamit kepada sejawat di kantor bergegas pulang ke rumah. Jam 12.30 saya keluar dari kantor, British School Jakarta. Walau agak terlambat dari rencana semula, tetapi semangat untuk mudik tetap menggelora.

Sebagian besar barang dan bekal yang akan dibawa sudah dipersiapkan dari semalam bahkan subuh tadi, tetapi tetap aja ada yang kurang ataupun lupanya.

Tepat jam 13.30 kami start dari rumah, Ciledug menuju Bintaro melewati Graha Raya, Alam Sutra Serpong hingga menuju gerbang tol Tangerang. Alhamdulillah semuanya lancar, hingga tepat jam 15.30 kami sudah sampai di pelabuhan Merak

Tadi sempat mampir di Rest Area km 68 dengan rencana membeli tiket kapal langsung di sana saja, supaya tak lama antri di pelabuhan. Ternyata tidak ada penjualan di sana, namun saya masih bisa top up e-money Jalinsum satu juta rupiah, sebagai persiapan di pelabuhan. Sebelumnya sudah dapat info bahwa pembelian tiket untuk terminal eksekutif hanya menggunakan e-money dengan tarif 579.000 per mobil. Makanya e-money minimal di kartu haruslah satu rupiah sekalian buat tol cilegon maupun tol trans sumatra, supaya hemat akan waktu.

Hingga keluar tol akhirnya saya memastikan diri untuk mengambil kapal regular saja. Terpaksa keinginan menikmati kapal eksekutif ini ditunda dahulu, setelah memerhatikan diskusi di grup WAG Jalinsum sbg info valid dalam setiap musim mudik. Karena laporan dari para membernya selalu up to date.

Beredar kabar sebelum nya kapal eksekutif ini terbatas waktu pemberangkatan nya. Hanya melayani jam keberangkatan di waktu genap saja dari Merak. Antrian sudah menumpuk. Bisa cepat dalam pelayaran, yang katanya hanya satu jam saja, tetapi antri yang lama menyebabkan waktu total penyeberangan lebih lama.

Ya sudah, akhirnya kami masuk ke kapal regular saja. Mengambil tiket, ternyata masih bisa menggunakan cash payment, dengan harga tiket 374.000.

Boleh dikatakan tak ada antrian, kami langsung masuk ke kapal. Beruntungnya lagi dengan kondisi 5 mobil terakhir di kapal, kapal langsung berangkat. Alhamdulillah, sangat beruntung. Tepat jam 16.00 kapal pun lepas jangkar.

Pilihan yang tepat kali ini dengan kapal regular sangat menguntungkan kami, selain pertimbangan di atas sebelumnya, juga karena perhitungan dana dan waktu

Selisih antara regular dan eksekutif bisa buat nambah BBM di jalan karena perbedaan sekitar 200.000 rupiah. Lumayan buat lebih dr setengah tangki isi terios dengan pertalite.

Waktu dengan kapal regular, sekitar dua setengah hingga tiga jam bisa dimanfaatkan buat tidur secukupnya, sehingga bisa fresh jalan malam. Terlebih lagi bisa berbuka dan sholat jamak di atas kapal, sehingga keluar dari kapal bisa langsung cus, melintasi jalan sumatra.

Oh ya dalam perjalanan menuju pelabuhan tadi, kami berbarengan dengan bus bus Sumatra yang lumayan rame. Ramenya bus bus ini akan membantu kita dalam perjalanan karena mereka adalah teman yang baik dalam perjalanan, khususnya yang tak punya teman konvoi. Bus bus ini sangat membantu. Dan pas di belakang mobil kami adalah bus NPM Vacansa 06.

Menjelang jam waktu buka 17.55, kapal memang agak tenang. Menunggu waktu sandar dan memberi kesempatan bagi para penumpangnya untuk berbuka terlebih dahulu. Saya yang kebetulan memilih tempat yang nyaman dengan menyewa dua tikar dan dua bantal, tadinya sempat tidur lebih kurang satu jam. Lumayan segar, dan waktu buka pun kami lakukan dengan nyaman karena agak lega dan tak ada gangguan penumpang yg lalu lalang di dekat kami.

Berbuka dengan nasi bungkus dari rumah buat berlima kami gelar. Lauknya dendeng dan miehun goreng serta kue bolu buatan Dhifa dan Imam menemani santap buka puasa kami. Namun kami merencanakan sholatnya nanti di rest area tol lampung saja karena waktu merapat bagi kapal sudah makin dekat.

Tak lama kemudian benar bahwa kapal sudah bersandar di pelabuhan Bakauheni. Sambil menunggu waktu saya disamperin oleh supir Inova yang berdiri di sebalah kanan saya. Salam yang beliau sampaikan pun saya jawab. Begitu juga dengan diskusi ringan tujuan dan rute perjalanan yang akan kami tempuh.

Nama beliau pak Syukur, tujuan ke pekanbaru dan dumai. Berlima beranak di dalam mobil, tetapi baru pertama kali ini menempuh tol sumatra. Akhirnya kami sepakat, konvoi saja hingga batu raja. Karena beliau ingin istirahat di sana, di salah satu mesjid besar sekalian mau memunaikan sholat tarawih di sana. Rencananya bada subuh baru akan melanjutkan perjalanan.

Keluar dari kapal kami kangsung masuk tol. Saya coba jajal kecepatan di tol malam ini, sambil sekali sekali melaju di jalur kanan dengan kecepatan 100 km/jam.

Di area KM 33 kami istirahat sholat. Dan dilanjutkan makan malam oleh pak Syukur dan keluarga, yang tadi di kapal belum tuntas berbukanya. Rest area yang terbatas, tetapi lumayan membantu bagi para penggunana jalan tol dalam kondisi seperti ini. Harganya pun standar, nggak terlalu mahal juga.

Setelah selesai semuanya perjalanan pun kami lanjutkan, tetapi dengan kecepatan yang sudah saya kurangi. Rerata sekitar 80 Km/jam sesuai saran dari pak polisi di rest area tadi. Jangaah terlalu ngebut karena kondisi jalan tol ini masih terlalu kasar, takut nanti mengalami pecah ban hingga mengakibatkan kecelakaan yang fatal. Saran ini saya ikuti karena pak Syukur pun berkeinginan demikian.

Sekitar pukul 21.30 kami keluar tol Terbanggi Besar. Jalanan rame, hingga ke batu raja. Lancar jaya, tak banyak kendala. Lalu lintas pun rame meskipun ini tengah malam.

Jam 02.10 sampai di masjid besar batu raja yg dekat SPBU dan hotel besar didekatnya. Berpisahlah kami, dengan pak Syukur dan keluarga nya. Beliau istirahat di sana dg tujuan PKU via kilirinjao.

Melanjutkan perjalanan mulai terasa sepi. Beberapa spot baik itu rumah makan maupun SPBU banyak kendaraan parkir  disana. Bahkan ada puluhan mobil pribadi yang terpakir di jejeran rumah makan dan warung makan selepas kami berpisah tadi. Hanya sedikit kendaraan yang kami jumpai, meskipun ada beberapa yang kami lewati.

Menjelang tanjung enim akhirnya kami bertemu rombongan empat mobil yang mengikuti satu bus di depannya. Kami pun mengikuti dari belakang, sambil sesekali melihat kiri kanan apakah ada rumah makan terdekat buat sahur nantinya.

Akhirnya jam 04.05 kami sampai di tanjung enim tepatnya di RM Mawar 6. Ada dua bus dan dua mobil pribadi istirahat saat kami masuk. Kami pun sahur di sini. Rumah makan Khas masakan Japang ternyata. Singkatan dari Jawa Padang.

Lepas sahur kami lanjutkan perjalanan. Tak jauh berjalan kami pun sholat di masjid kecil. Saat kami masuk masjid ini, hanya ada dua orang di dalamnya, satu lagi adzan. Selepas berwudhu semuanya, iqomah dan saya diminta oleh mereka berdua menjadi imam sholat subuh tsb. Awalnya saya menolak karena nggak enak sebagai musafir, harusnya salah satu dari mereka yang jadi Imam.

Lepas sholat saya diingatkan sama istri. Seharusnya pakaian layak pakai yang sudah kita packing tadinya dibawa dan bisa ditinggalkan saja di sini. Tentu hal ini akan sangat berarti bagi masyarakat sekitar masjid ini. Benar bahwa kami sdh merencanakan, tetapi karena mobil yang dirasa penuh, akhirnya pakaian pakaian layak tersebut kami tinggalkan. Ada rasa penyesalan juga.

Ketika kami sudah siap siap jalan lagi ada dua lagi mobil pribadi yang masuk untuk menunaikan sholat subuh.

Perjalanan pagi ini lebih segar, suasana jalan masih tetap lengang. Dengan kecepatan sedang kami memasuki kota Lahat jam 6.30. Lanjutkan lagi, dan pas jam
10.00 masuk Lubuk Linggau. Awalnya diarahkan oleh GPS ke lingkar utara kota, tetapi saya tetap memilih masuk kota aja, walau agak lambat sedikit. Siapa tahu ada yang bisa dilihat lihat. Agak merambat jalan ketika masuk pusat Kota Lubuk Linggau ini. Bisa bergerak setelah pertigaan lampu merah menuju Sarolangun.

Memasuki jalan lurus, setelah melewati RM Siang Malam kecepatan mobil makin bertambah hingga akhirnya saya istirahat di SPBU. Mengisi pertalite dan sekalian mandi, biar segar karena akan menempuh rute lurus bak di jalan tol nantinya. Jalan lurus dan sangat baik kondisinya menuju perbatasan Propinsi Sumatra Barat.

Hanya sebentar saja di sini karena saya saja yang mandi.

Jam 12.00 sholat di masjid Al Ihsan musitara menjelang masuk sarolangun. Istri dan dua anak kami mandi di sini, sementara kamanakan tidak mau mandi. Masjid yang bersih, rasanya masjid salafi ada di sini.

Sebelum maghrib kami 18.00 berbuka di Muaro Bungo di RM Ampera. Kami pilih karena banyak mobil parkir di sepanjang jalan, bahkan ada dua jalur terpakai. Diseberang jalan ada bus berjejer, penumpangnya berbuka di sekitar sini. Ada mesjid besarnya juga.

20.30 kami rehat sholat di SPBU Pulau punjuang. Di Muaro Bungo tadi nggak jadi sholat karena hari mulai gerimis.

Di sini kami memperkirakan sekitar jam 1 sudah sampai di Kapau.

Semua jalan so far so good. Bbrp jebakan batman ada di kota Muaro bungo dan depan GOR Dharmasraya. Lainnya oke, sudah banyak perubahan jalan di dharmasraya di bandingkan desember th lalu.
Kondisi Tebing tinggi lingkar-luarnya banyak lobang besar. Hati hati andai dipaksa masuk ke sana kalo malam hari.

Pengisian BBM - Pertalite:
Lampung Utara 270.000
Sarolangun 300.000

Setiap pengisian selalu ditambahkan sebutir Eco Racing. InsyaAllah cukup hingga ke Bukittinggi, krn masih tersisa 4 bar saat ini.
Biasanya pengisian BBM bisa 3 kali.

Biaya konsumsi :
Berbuka di kapal bekal dr rumah.
Rest Area KM 33 Lampung 50 ribu
Sahur di Tanjung Enim 85.000
Berbuka di Muara Bungo 100.000


Ditulis saat rehat sholat di SPBU Sikabau, Dhamasraya.








2 komentar:

  1. Tulisan yg mengingatkan perjalanan saya 10 tahun yg lalu, tapi dg rute sebaliknya, Padang - Jakarta. Sudah banyak yg berubah pastinya, namun sensasi dan tantangan perjalanan daratnya akan tetap sama..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih pak datuak. Sebuah perjalanan yang akan selalu membekas dan terkenang

      Hapus

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...