Sebuah tulisan menjelang subuh tadi sangat berarti bagi saya, berjudul: JANGAN SEPERTI KAMBING. Tulisan yang membuat saya jadi teringat akan obrolan beberapa tahun yang lalu saat dengan beberapa walisantri yang saya temui. Obrolan yang menarik yang disampaikan, yang saya simak saat itu adalah tentang setinggi apapun jabatan ataupun profesi seorang alumni Gontor, tetaplah mereka itu GURU. Mereka WAJIB MENGAJAR.
Dalam obrolon kami disebutkanlah beberapa nama alumni Gontor yang duduk sebagai anggota DEWAN yang TERHORMAT di Senayan sana, MENTERI yang pernah menjabat ataupun sedang menjabat, bahkan PENGUSAHA juga. Apapun jabatan/profesi-nya, mereka tetaplah hakikatnya seorang guru. Boleh dikatakan pekerjaaan utama mereka itu adalah MENGAJAR, jabatan ataupun profesi lainnya adalah ladang pengabdian ke sekian.
Mana ada institusi pendidikan lainnya yang seperti GONTOR ini? Bahkan institusi pendidikan sekalipun, tak ada yang mewajibkan alumni untuk mengajar. Boleh percaya, boleh tidak, tetapi itulah kenyataannya.
So mengapa MENGAJAR itu WAJIB bagi alumni Gontor? Sangat menarik ditelaah lebih dalam.
Dan pendapat saya pribadi, seorang walisantri, boleh jadi mengajar adalah dakwah terbesar dan terberat bagi setiap muslim. Amalan yang diberikan ALLAH sangat besar dan akan mengalir terus menerus selama ilmu yang diberikan dipakai terus. Dan GONTOR sesungguhnya sudah menyiapkan semuanya bagi setiap santrinya untuk itu semuanya. Makanya harus dimaksimalkan, dimanfaatkan. Jangan sekali sekali ditinggalkan dunia mengajar ini. So banggalah dengan tugas anda yang SELALU MENGAJAR.
Silakan baca lebih lanjut tulisan yang saya dapat dari WAG Walsantor dibawah ini.
Sangat menarik.
*****
JANGAN SEPERTI KAMBING
Saya kemarin mendapat sebuah cerita berharga dari teman saya. Dia adalah alumni Gontor yg mendapat amanat sebagai penyelenggara haji dan umroh. Suatu ketika ketika ada kunjungan KH Syukri Zarkasyi ke rumahnya, dia kemudian memperlihatkan kepada Kyai tentang bagaimana usahanya, dan keberhasilannya dalam membangun usahanya. Kyai syukri mengangguk-anggukkan kepalanya, sampai akhirnya teman saya tadi selesai bercerita. Kyai Syukri spontan berkata :
"Wedus.. kambing kamu...!! Kalau manusianya bisanya cuma kawin punya anak, punya rumah, punya mobil, dan ndak mengajar, itu bukan mental pejuang... mentalnya kambing.. ndak ada bedanya dengan kambing.. Kamu Lulusan Gontor ndak boleh hanya jadi kambing. Lulusan Pakistan kok cuma bisa bikin Travel umroh, ngajar kamu..! Ngajar ke ISID (Sebelum berganti Unida) sana..!! Biar ndak jadi kambing..!! "
Bak tersengat aliran listrik rasanya. Maka dia segera menghungi staff ISID untuk mengajar di sana. Sampai saat ini, dia masih mengajar di Unida, meskipun bukan di kampus utama di Siman.
Kyai Syukri faham, kita butuh penghidupan layak, Istri yg menarik dan anak-anak sebagai penerus cita-cita. Tapi jika kita tidak ikuti dengan "berjuang", memperjuangkan agama ini, maka sirnalah existensi kita sebagai manusia. Karena kami adalah alumni pesantren utamanya Gontor, maka medan perjuangan yg dipilihkan oleh Allah adalah mengajar. Mengajar walau sekecil apapun. Kyai Zarkasyi pernah menyampaikan bahwa orang besar menurut Gontor adalah orang yg mau mengajar mengaji kepada anak-kecil di Mushola di tengah-tengah hutan. Itulah orang besar menurut Gontor.
Maka jadi apapun antum, jadi pengusaha, jadi politikus, jadi dokter, jadi polisi, jadi Tentara jadi pengacara, jadi hakim atau apapun profesi kita... Jangan pernah lupakan tugas utama kita : Mengajar!!
Biar kita ndak jadi kambing....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar