Senin, 25 Juli 2022

Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus

Sabbtu pagi, 16 Juli 2022, setelah sarapan soto mat Tjangkir, kami kembali ke penginapan. Segera berberes dan mandi agar bisa sampai di pondok lebih awal. Datang lebih awal bagi kami adalah suatu kenikmatan

Nikmat bisa lebih awal bersilaturahmi dengan pimpinan dan pengelola pondok. Menyapa wali santri yang baru hadir juga suatu kenikmatan tersendiri. Selain itu tentu menunjukan keseriusan kita dalam menitipkan anak di pondok. Hmmm


Jam delapan lewat kami berangkat dari Oyo Residence, menikmati suasana pagi yang asri. Masih lenggang di jalanan. Kiri kanan jalan yang penuh dengan pepohonan yang rindang menambah kesejukan pagi. 


Google map menunjukkan arah menuju jalan Menara Iman, hanya memakan waktu sekitar kurang dari 20 menit dari alun alun kota Kudus ini. Menjelang jam 8.30 kami sudah sampai di Ma'had Riyadhul Quran ini. Mencari tempat parkir yang agak teduh dan kemudian mengeluarkan bawaan Dhifa. Satu tas koper, satu tas tenteng dan satu dus berisi buku, makanan dan kebutuhan lainnya. Atas izin ustadzah nya semua barang barang bawaan buat Dhifa ini langsung diantar ke bagian penitipan di bagian putri, tanpa boleh saya antar lagi. Hanya bunda dan Dhifa saja yang masuk. Ikhwan dilarang sama sekali. 


Alhamdulillah setelah itu kami berkenalan dengan  wali santri dari Pati, Semarang dan Demak yang menyusul belakangan. Dan ada juga wali santri dari Bekasi yang anak putri nya sudah menginjak tahun ke dua di pondok ini. 


Setelah selesai semuanya, kami berkumpul di Mesjid Menara Iman. Ikhwan dan akhwat terpisah. Siap siap memulai acara serah terima santri, dari orangtua ke pihak pondok. 


Selain itu ada juga kajian, berupa materi "Mauidhoh Hasanah" yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa' Ad Dariny, M.A حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى selalu Dewan Pembina Ma'had Riyadhul Qur'an Kudus. Beliau seorang doktor lulusan Madinah, yang masih mengabdi setahun lagi di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafii di kota Jember. STDI ini dibawah pimpinan ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah. 


Dalam Mauidhoh Hasanah, atau nasehat kebaikan yang disampaikan, saya catat dan rangkum sebagai berikut: 


1. Anak itu pemberian Allah

Allah juga menyebutkan anak itu adalah perhiasan kehidupan dunia. Allah memberikan kepada siapapun yang dia kehendaki. Ada yang anak laki laki saja, ada yang perempuan saja dan ada yang anak laki laki dan perempuan. Dan ada yang tidak Allah berikan anak sama sekali. Semuanya itu adalah karena ilmu Allah. Kebijaksanaan Allah SWT. 

Bagi yang punya anak, itu adalah suatu kenikmatan. Kenikmatan dari Allah. 


Namun apa yang Allah berikan itu, akan Allah mintai pertanggungjawaban kelak. So kita harus menjaga amanah tersebut dengan baik. Salah satu hal penting dalam menjaga amanah tersebut adalah memberikan tempat pendidikan terbaik bagi anak anak kita ini. 


Anak pun bisa menjadi ladang pahala. Sejak menikah, mengandung, melahirkan, membesarkan dan memberi pendidikan terbaik adalah ladang pahala bagi orangtuanya. Bahkan ketika orangtua itu wafat, anak tetap menjadi ladang pahala, apabila anak itu adalah anak yang sholeh dan sholehah. 

Begitu pula sebaliknya. 


So tugas orangtua adalah memilih pendidikan terbaik bagi anak anaknya. Salah satunya ya di Ma'had Riyadhul Quran ini. 


2. Doakan Anak

Ketika anak anak sudah dititipkan di pondok, doakan anak anak kita. Ketika sudah sampai di rumah tetap doakan anak anak kita. Doa adalah kekuatan yang sangat besar. Doa adalah senjatanta orang orang mukmin. Dengan doa itulah anak anak kita akan berhasil. Denga doa itulah anak anak kita akan dibimbing oleh Allah SWT. 


Selain itu juga kita mintakan anak anak kita untuk mendoakan orang tuanya. Ketika orangtuanya kesulitan secara finansial, minta dia jugalah melalui anak. Sehingga antara anak dan orangtua saling mendoakan. 


3. Titipkan pada Allah

Setelah kita menitipkan anak pada Allah, baru kita titipkan anak pada pengelola pondok. Katakan pada anak kita, "Aku titipkan engkau kepada Allah, yang titipan titipannya tak pernah sia sia". Setelah itu bertawakal pada Allah dan husnuzon lah pada pondok. Jangan ada kekhawatiran yang berlebihan di dalam hati kita, selalu orangtua. 


Rasa khawatir itu harus ada sisa, jangan berlebihan. Karena dengan khawatir itu kita akan senantiasa berdoa untuk anak anak kita. 


4. Berikan Motivasi Kebaikan pada anak

Mendidik anak bukan hanya tanggungjawab pondok saja. Harus ada kerjasama antara pondok, anak yang belajar dan wali santri. Pondok harus memberikan pendidikan yang terbaik. Anak pun harus demikian, harus semangat belajar. Orangtua pun harus menguatkan anaknya. Harus memberi motivasi untuk anak anaknya. Untuk tujuan MULIA, menghafal Al-Qur'an, selagi usia mereka masih muda. Dengan menghafal Al-Qur'an orangtua akan bahagia dunia dan akhirat. 


5. Arahkan anak untuk selalu kembali pada Allah SWT

Karakter selalu kembali pada Allah dalam masalah apapun harus kita tanamkan pada anak anak kita. Segala persoalan yang ada harus dikembalikan pada Allah. Andai anak lemah dalam menghafal, sampaikan kepada anak untuk meminta kepada Allah untuk memudahkannya. Andai anak sering lupa atas apa yang telah dihafalkan, sampaikan kepada anak untuk meminta kepada Allah untuk menguatkan hafalan hafalannya. Mintalah kepada Allah dalam sujud sujudnya. Karakter selalu kembali pada Allah ini akan terbentuk dengan sendirinya dan akan besar manfaatnya kelak, meskipun anak tidak lagi berada di pondok. InsyaAllah masalah masalah dalam kehidupannya nanti akan mudah diselesaikan. 


6. Tidak ada gading yang tak retak. 

Tak ada kesempurnaan tentunya. Mari saling mengisi. Pondok ada kekurangannya. Sehebat apapun anak, pasti ada kekurangannya. Wali santri pun demikian. Disini lah penting nya saling mengisi,  saling membantu dan saling membangun untuk tujuan yang mulia. Yakni Generasi Rabbani, Generasi yang menghafal alqur'an, generasi yang berakhlak mulia. Semoga Allah SWT memberi kemudahan bagi kita mewujudkannya. 


Semoga anak anak kita kelak bisa menghafalkan Al-Qur'an 30 juz, memahami dan mengamalkan serta menyebarkannya ditengah tengah masyarakat kelak. Aamiin ya Rabbal 'alamin. 


#####


Setelah selesai acara serah terima santri ini, kami disuguhkan makan siang bersama dan lanjut sholat zuhur berjamaah. Terakhir sebelum meninggalkan pondok ini, ada satu acara khusus bagi santriwati dan ibunya yang hadir yakni wisuda hafalan 10juz bagi santriwati yang baru saja naik ke kelas dua. Hanya bundo dan Dhifa saja yang ikut, saya standby di luar. 


Sekitar jam dua siang, kami kumpul sebentar bersama Dhifa dan pamit untuk kembali ke Tangerang. Alhamdulillah Dhifa sendiri senang, karena punya teman barunya. Ada yang kembar dari Pati, Nadin dan Nadia, yang namanya agak mirip dengan si bungsu kami Nadhifah.


Dari kejauhan di lepas kami dengan senyuman terbaiknya. Dan tak lupa salam komando, salam semangat dengan tangan kanan dari sang Ayah sebagai bentuk motivasi bagi calon hafidzah cantik kami ini. 


Jam 14.15 kami meninggalkan Ma'had ini. 


Dituliskan kembali pada: 

Parung Serab, Senin 25 Juli 2022

17.22 WIB

Minggu, 24 Juli 2022

Trip Ponorogo to Kudus

Trip to Timur Tengah part 3

Sekitar jam 10-an bundo memesan makan buat kami. Menu tadi malam diulangi lagi karena memang enak. Minuman diganti dengan wedang ewuh, dua gelas. Minuman ini yang sering kami pesan tiga tahun yang lalu ketika Corona belum hadir. Di ranah minang agak mirip dengan tampoyang. 


Saat makan, Imam menelpon lagi. Banyak hal yang dia ceritakan. Lebih dari 30 menit durasi ngobrol dengan Bunda nya. Motivasi dan pesan yang disampaikan bundo menjadi penyemangat bagi dia. Imam makin matang. Dapat dilihat dari cara dia bertutur. Kadang sambil bergurau, masuk juga pesan. Baik dari Bundanya maupun dari Imam. Imam sekarang mendapatkan amanah sebagai mudabbir kelas 1 intensif. Amanah yang tidak ringan juga sebenarnya. Dan kami mensupport apa yang dia inginkan kelak, setidaknya hingga tahun depan. Ada bocoran juga bahwa tahun ini berkemungkinan besar, ada libur 10 hari di bulan Oktober nanti. Sudah ada ancar ancar acara nampaknya bagi Imam. Aaaahh, semoga saja terwujud. 


Selesai makan kami ke warung sebelah. Warung Bu Sri, pas di depan Gontor Kampus Dua ini, membeli tambahan yang Imam butuhkan. Termasuk celana panjang hitam sebagai celana penggantinya. Satu celananya robek di selangkangan. Hahaaaaa, dia tertawa ketika menyampaikan bagaimana kejadian hingga celananya robek, saya mendengar dari phone speaker yang sengaja Bunda perdengarkan bersama. Tak lupa juga membelikan minuman buat anak anak yang jaga di gate untuk tiga orang. 


Jam 11.30 kami meninggalkan penginapan Pawon Dengok setelah melakukan pembayaran atas apa yang kami makan dan biaya penginapan. Total semuanya Rp. 398.000. Biaya penginapan yang kami pilih Rp. 180.000 dengan kamar mandi dalam, ber AC. Untuk makanan itung itungan saya tetap masih murah. 


Lepas dari penginapan jalanan sepi, tak begitu rame, walaupun di daerah Alun Alun. Maklum sebagian besar sudah pada jum'atan. Saya dan Nova memutuskan untuk sholat di rest area terdekat saja nanti, sekalian jamak qashar zuhur dan ashar. Tak lama melewati kabupaten Ponorogo langsung masuk kabupaten Madiun. Pintu TOL dah makin dekat. 


Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam dari Siman Ponorogo, akhirnya kami rehat sejenak untuk sholat jamak qasar di rest area KM 597B yang berada di kabupaten Magetan. Masjidnya unik, baik yang di jalur B arah Solo Semarang maupun di jalur A yang menuju Surabaya. Saat tengah hari itu, panasnya poo bangetl. "Paneh badangkang", bahasa minangnya. 


Alhamdulillah, selesai sholat kami langsung masuk jalur tol lagi. Jalanan masih sepi, kendaraan pribadinya yang banyak lewat. Satu dua bus yang terlewati siang itu. Saya tak berani memacu kendaraan di suasana terik begitu. Resiko pecah ban, lebih besar. Dan akhirnya kami keluar di Tol Mantingan/Sragen.


Sengaja mengambil jalur ini, karena menurut google map beda tipis waktunya jika dibandingkan full di jalur tol keluarnya nanti di Semarang, terus ke kota Demak menyisiri pantai utara Jawa. Selain waktu yang relatif sama, budget nya jadi membengkak. Ada perbedaan selisih harga tol nya sekitar 160 ribuan. 


Pilihan tepat adalah via Sragen Purwodadi. Selain untuk mengingat kembali jalan yang pernah kita tempuh dulunya via Gemolong, sebelum tol ke Surabaya ini selesai. Dulu exit Tol nya hanya sampai Bawen, lanjut disambung dengan jalan propinsi melalui kota Salatiga, Gemolong dan Sragen. 


Jalur dari Sragen ke Purwodadi juga pernah kita tempuh. Waktu itu GPS kami error, sehingga kami nyasar, berputar di Purwodadi dan lanjut balik ke Semarang. Nah jalur ini yang kembali saya tempuh siang ini. Sudah banyak perubahan. Jalannya sudah banyak yang dicor, namun di beberapa titik terjadi banyak rengkahan, atau amblas. 


Menikmati jalur ini antara Sukadana, Gemolong Purwodadi seperti menempuh lintas Sumatra saja. Banyak hutan di kiri kanan jalan, turunan dan tanjakan, kadang disertai dengan tikungan tajam. Dominan di jalur ini sepeda motor, baik oleh orang tua ataupun oleh anak anak sekolah. Tak banyak bis yang kami temui di jalanan. 


Masuk kota Purwodadi, sekitar jam 3-an, banyak kami temui bus bus yang hendak menuju Jakarta dan sekitarnya. Antara lain Kramat Djati, Sinar Jaya, Zentrum, Garuda Mas dll. 


Akibat mengikuti google map akhirnya kami sedikit kesasar. Masuk jalur perkampungan, jalur antar desa, bahkan ada yang sempat ditutup akses jalannya karena ada proyek pembangunan irigasi. Pengalaman yang luar biasa. Jangan terlalu percaya dengan google map. Percayakan saja dengan jalur awal, jalur lintas propinsi atau negara. 


Ada sekitar 13 km jalan kampung yang kami tempuh. Jalannya kecil dan sempit. Kalo ada lawan pas pasan banget, harus berhenti salah satunya. Namun agak terobati dengan pemandangan alam yang ada. Kiri kanan sawah terbentang, ada gunung dan perbukitan. 


Dan akhirnya kami kembali ke 'jalan yang benar'. Jalan lintas Purwodadi dan Kudus. Banyak terlihat kendaraan lagi, baik motor, mobil truk serta bus besar. Laju kendaraan sudah mulai naik lagi, antara 50-70 km per jam. Lumayan lah, ketimbang melewati jarak yang 13KM tadi. Jaraknya dekat, tetapi mobil tak bisa dipacu. Kecepatan hanya sekitar 20-30 km per jam. 


Masuk kota Kudus sekitar jam empat sore. Sedikit tersendat menjelang sore itu, karena ada proses pengecoran jalan yang yang agak panjang. Sistem buka tutup yang dilaksanakan pekerja proyek. 


Dan akhirnya kami saja sampai juga penginapan yang sudah saya pesan beberapa hari sebelumnya saat masih di Tangerang. Penginapan Oyo yang tak jauh dari Alun Alun kota Kudus. Penginapan yang sama dengan yang kami dapatkan akhir Mei lalu. Namun beda kamar nya saja. Dulu kamar no 13, sekarang no 14. Lebih luas namun harganya lebih murah. Hanya 144.000 rupiah semalam. 


Rehat sejenak, mandi dan mencari sesuatu buat makan malam. Tak lupa beli kebutuhan si adek buat esok. Makan malam kami di Jalan Sunan Kudus. Makanan sederhana saja, yakni pecel lele. namun uenak nya bukan main, nambah seporsi pecel lelenya. Totalnya empat porsi. Bertiga kami makan, hanya kena 48.000 rupiah saja. Murah meriah kulineran di kawasan simpang tujuh Kudus ini. Yang menariknya, kulineran di sini ada price liat setiap menunya. Luar biasa... 


Kudus, Jumat 15 Juli 2022

I ❤️ Kudus

Ini adalah kedatangan kami ke dua kalinya di Kota Wali ini. Pertama kali hadir disini akhir bulan Mei lalu, saat 'long weekend: Waktu itu tujuan ke Kota Kudus ini hanya untuk memastikan dimana posisinya pesantren Riyadhul Qur'an tempat si bungsu kami akan mondok. Tempat dia melanjutkan studinya, selepas SD. Dengan kunjungan itu, semoga sang buah hati kami, langsung nyantol hatinya di "Al Quds" Jateng ini. 


Alhamdulillah, dalam kunjungan perdana tersebut anak kami langsung suka. Bahkan sempat bilang ke bundanya, "Kenapa aku nggak langsung mondok saja di sini bun?". MasyaAllah... Dia sudah suka dengan suasana pondok tersebut. Jatuh cinta pada pandangan pertamanya dengan ma'had Riyadhul Qur'an ini. Hanya sehari saja di sini, kami lanjut safar ke Klaten dan Jogjakarta hingga sampai lagi di Tangerang minggu siang. Satu hari itu ternyata sanggup membuat sang buah hati terpikat. Alhamdulillah, kami bersyukur pada Allah SWT. 


Dan sore kemarin kami sampai di kota ini lagi, menginap ditempat yang sama. Yakni di Oyo Residence yang sangat dekat dengan Alun Alun Kota Kudus ini. Hanya kamarnya saja yang berbeda. Kalo dahulu di kamar no 13, sekarang di no 14. Lebih luas sedikit dan lebih nyaman. Harganya alhamdulillah, dapat lebih murah karena pemesanan dilakukan secara online. Hanya 144.000 semalam. 

Di dekat Alun Alun ada mesjid Agung nya, ada kantor Bupatinya, ada pasar tradisional nya dan ada Ramayana nya. Ada kulineran pagi hingga siang yang enak yang disukai oleh sang Bunda. Yakni soto Mat Tjangkir yang berdiri sejak 1902. Soto legend dari Jogjakarta dengan menu tambahan yang beraneka ragam. Bertiga makan pagi ini kena harga Rp 65.000,- dengan tambahan sejumlah pergedel, sate paru, keripik tempe dan tempe goreng serta minumnya teh manisnya. 


Kalo malam sepanjang Alun alun dan jalan Sunan Kudus berjejer kulineran dengan banyak pilihan. Ada yang pake meja, ada yang lesehannya seperti di Malioboro. Alhamdulillah tadi malam bertiga kami menikmati pecel lele dengan minumnya es jeruk, kena harga Rp. 48.000,-. Murahkan??? Yang lebih nyaman dan aman di kantong adalah kulineran disini terpampang jelas tarif makanan dan minumannya. Jadi bisa langsung disesuaikan dengan budget kita. 



Dan di pasar tradisional lebih banyak lagi pilihannya. Baik untuk kulineran ataupun buat oleh olehnya. Lengkap di sini. Ada yang terkenal dengan menu spesial yang tak kita temui di tempat lain, yakni soto atau sop daging kerbau. Pasar ini tak jauh dari kantor Bupati yang berada di pinggir Alun Alun Kota. 


Semua area di atas bisa ditempuh dengan berjalan kaki, seperti yang kami lakukan tadi malam dan pagi ini. Kota ini terkenal juga dengan 'City Walk' nya. 


Makin cinta dengan kota Kudus ini. Tak banyak mobil bersilewaran di tengah kota. Kendaraan yang banyak adalah roda dua, termasuk juga sepeda. Bersepeda di sini aman. Naik motor di sini aman. Kota yang bersih, masyarakatnya juga tertib berlalu lintas. Tak ada kendaraan yang menginjak zebra cross. Tak ada pengendara yang menerobos lampu merah. Mereka ikuti alur dan taat pada aturan berlalu lintas. 


Pagi ini, saat menulis tulisan langsung di FB saya duduk di depan Oyo Residence di samping trotoar, tak mencium sama sekali sesaknya polutan kendaraan seperti kita tinggal di Jabodetabek. Pohon rindang di sepanjang jalan terawat dengan baik. Jalur pemotor dan mobil terpisah. Jauh lebih banyak motor yang digunakan masyarakat sebagai media transportasinya. Mungkin ini yang jadi penyebabnya tak tercium sedikitpun polutan. 


Alun alun kota ini bersih udaranya. Dari tempat saya duduk terlihat di Alun Alun anak muda berolahraga pagi dan ada orang tua yang berjalan kaki. Alun alun ini punya 'track jogging'-nya sehingga tak perlu turun ke aspal untuk berolahraga. Keren kan?? 


Dan di Masjid Agung, yang dibiayai oleh pemerintah kabupaten Kudus, selalu rame jika malam menjelang. Area mesjid ini menjadi tempat hiburan keluarga. Anak anak bebas bermain di teras mesjid yang luas, berlari larian. Sementara yang beribadah di dalamnya tak terganggu sama sekali, saking luasnya mesjid ini. Air yang mengalir di kamar mandi dan area wudhu' nya bening banget. Layak diminum sepertinya. 


Sementara para pengendara roda dua bisa parkir bebas dengan biaya seikhlasnya. Kotak amal parkir terpampang di dekat gerbang. Bayar boleh, tak bayar pun tak mengapa. 'Orang mau beribadah kok dipaksain bayar?', begitu kata juru parkir yang menjadi teman ngobrol saya dua kali datang ke sini.  Bagi yang membawa mobil, ya terpaksa di luar masjid, dipinggir jalan. Namun tak banyak, tak menghambat lalu lintas. Mungkin hanya di mesjid ini, parkir berbayar seikhlasnya. Mantapkan? 


Kota ini aman. Terbukti sepanjang subuh tadi bertemu dengan orang tua yang mengantarkan anaknya melanjutkan studi di sini. Yang satu dari Kalimantan, lanjut ke MAN Kudus dan satu lagi dari Tulung Agung mengantarkan cucunya mencari pondok pesantren di 'Al Quds' Jateng ini. Sama seperti kami... 


Ah ternyata banyak hal yang dah tergambar dalam dua kali datang ke sini. Semuanya nyaman dan aman. Kota yang bersih. Kota yang sangat nyaman buat ukuran kantong orang kebanyakan seperti kami ini. Kotanya adem, sering hujan juga. Kota santri, selain kota atlet bulu tangkis dan kota Kretek dengan brand Djarum nya. 


Akhirnya harus kuakui kota ini memang layak untuk dicintai oleh warganya. Kota yang akan sering kami datangi dimasa masa yang akan datang.

Bahaya Mudhif/Mudhifah

 🌷Bahaya mudhif🌷

(kunjungan orang tua)


Bagi santri mudhif itu seperti air 💧

Jika sesekali ia akan cukup menyegarkan 💦


Jika kebanyakkan ia akan menenggelamkan 🌪

Menenggelamkan jiwa kemandirian ❄

Menenggelamkan semangat 💪 


Pada akhirnya anak akan hanyut dalam karakter manja ⚫

Dan jiwa-jiwa santri semakin lama akan semakin terkikis 🔺


Biarkan ia menangis saat ini 😭

Kelak air matanya akan mampu menumbuhkan jutaan bunga 💐


Biarkan ia sedih saat ini 😥

karena suatu saat akan berganti dengan senyuman kebahagiaan 🤗


Perhatikan 📣

Tujuan kita memasukkan anak ke pesantren untuk dididik bukan untuk dikunjungi 🙏


Langitkan doa 🤲

Tingkatkan amalan 🕌


Mereka adalah hafidz hafidzah alim alimah yang akan menghantarkan kita ke surga 🌳

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️


 ⭕Ketika anak mengeluh dan mengadu tentang pesantren⭕

Dengarkan ceritanya dengan baik 🔍


beri ia waktu untuk meluapkan rasa 📷

ketika selesai berikan ia senyuman terindah dan katakan padanya 😄


💎menuntut ilmu membutuhkan perjuangan💎


Perjuangan meninggalkan kenyamanan rumah 🏛

Berjuang untuk qonaah (menerima apa adanya) bukan selalu mencari apa yang tidak ada. 😔


Tugas orangtua menguatkan dan meyakinkan bukan mengiyakan dan menyetujui setiap keluhan hingga mengajukan argumen yang berlebihan. 🤦‍♀


Biarkan ia mandiri menghadapi tantangan, rintangan hingga sikap sabar dan tanggung jawab akan segera tertanam. 🤗


Agar kelak ia mengerti bahwa kesuksesan akhirat dan dunia itu diraih dengan perjuangan dan pengorbanan...


#####


Alhamdulillah, semoga dengan pengalaman pengalaman memondakan anak selama ini di Gontor Putri Kampus 3 dan Gontor Putra Kampus 2, InsyaAllah menjadikan kami kuat untuk ananda ketiga kami, Dhifa, di Ma'had Riyadhul Quran Kudus. 


InsyaAllah tiga bulan lagi kami akan mengunjungi Dhifa sesuai aturan yang pondok lakukan. Tiga bulan pertama tak boleh dikunjungi. Tentu ini adalah cara pondok untuk mengikat hati santri santri nya untuk tetap istiqomah dalam belajar, terutama dalam menghafal Al-Quran. InsyaAllah kami patuhi. 





Benar apa yang disampaikan tulisan di atas, jangan terlalu sering dikunjungi. Dan kami belajar juga atas pengalaman wali santri lainnya. Kemandirian anak akan tenggelam, begitu juga dengan semangatnya. 


Ada yang punya pengalaman lainnya? Silakan sharing di kolom komentar di bawah ya...


Senin, 18 Juli 2022

Silaturahmi di Mall Metropolitan Bekasi

Beberapa hari sebelumnya ditelpon sama bro Indra Priyana. Taragak maota judulnyo. Alhamdulillah karena kamis masih dalam safar ke Timur Tengah (baca ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, ya) akhirnya, digeser ke Minggu. 



Dari Kudus Jateng kami berangkat Sabtu siang jam 14.11 dan sampai di rumah dini hari, saat pergantian hari. Sehabis subuh membersihkan rumah, menyapu dan mengepel. Lumayan capek juga, namun alhamdulillah terbayarkan dengan dua kali tidur setelahnya. Lalok batambuah... Hahahaaa


Bada zuhur, ngobrol sejenak dengan teman teman di Mesjid, baru berangkat ke Mall Metropolitan Bakasi. Alhamdulillah, nggak begitu macet hingga menjelang pintu keluar toll. Lancar Jaya sebenarnya, ketemu masalah ketika dari sebelum keluar pintu TOL hingga bisa parkir di basement Mall Metropolitan ini. 


Dari tol Bintaro hingga menjelang pintu tol bekasi barat ini, waktunya sama dari menjelang pintu tol hingga bisa parkir. Totalnya hampir dua jam. Parah banget macetnya. Parah juga mencari lokasi parkirnya. Ini masalah klasik di Bekasi Barat yang belum terpecahkan hingga saat ini. Begitu juga dengan membludaknya orang yang shopping ke Mall ini. Ramenya minta ampun. Memang ini Mall lama, namun tetap menjadi favorit shopping atau sekedar cuci mata. Ditambahkan dekat akaes pintu toll bekasi barat. 


Setelah parkir, waktu adzan ashar sudah berkumandang dari tadi, segera saya menuju mesjid melaksanakan sholat ashar. Sholat tetap lebih utama. Apapun kondisinya. 


Alhamdulillah, selesai sholat ada yang negur saya. Wajahnya masih ingat. Ingat banget. Cuma namanya masih sempat buka buka file dulu. File lama yang ada di memori. Maklum lama nian tak bertemu dengan kakanda saya yang satu ini. Sambil bergurau, menjawab sapaan beliau tadi baru ingat namanya. Komting abadi di Kimia 87. Da Adek Nizar namanya. Adek Tami nama efbi-nya. 



Alhamdulillah bertemu juga dengan "induak bareh" dan anak gadih nyo nan memang sedang jalan jalan ke mall ini. Baru datang juga seperti saya. Ternyata beliau masih aktif bekerja. Dulu di BPPT sekarang sudah berganti judul. BRIN namanya, namun kantornya masih di Thamrin Jakarta. Ada beberapa nama senior dan junior alumni Kimia Universitas Andalas yang beliau sebutkan, di BRIN ini. Photo bersama beliau sebagai bukti bahwa kita bertemu dan tersimpan juga no HP beliau yang baru, yang langsung saya add kanda yang satu ini di WAG Alumni Kimia. 


Kami berpisah ketika sama sama menapakkan kaki di lantai dasar Mall. Beliau lanjut bersama keluarga nya, saya segera menyusul Indra yang telah datang lebih awal. 


Di lantai dua dekat Gramedia saya bertemu dengan Bro Indra. Ngobrol asyik, berbagi cerita pengalaman dan keinginan tentang silaturahmi dengan para alumni. Keinginan mengembangkan unit bisnis yang beliau bangun selama ini bersama alumni. 


PT. ALKAN adalah sebuah perusahaan yang beliau rintis dan kembangkan. ALKAN adalah singkatan dari ALumni Kimia ANdalas sebagai bentuk kecintaan beliau pada almamater. Perusahaan yang bergerak dan concern pada bidang ilmu yang dia geluti sejak awal, yakni bidang electroplating. 


Tak banyak orang yang tahu tentang hal ini, tetapi peluang dan potensi electroplating sangat sangat mungkin berkembang. Apalagi sekarang beliau sudah mendirikan lembaga baru yang bernama ALKAN Training Centre sebagai pusat risetnya, terbuka untuk siapapun yang berminat melakukan pelatihan tentang electroplating. Lembaga training ini tentu terbuka bagi pihak kampus yang mencari mitra Magang Kampus Merdeka. Terutama bagi mahasiswa yang mau dan tertarik menekuni bidang ilmu Kimia Fisik, Physical Chemistry, electroplating. 


Dan di akhir akhir diskusi ringan kami ini, Nila Kimia 94, istri Indra dan anak gadisnya datang. Mereka sengaja shopping ketika kami diskusi. Obrolan ini saya nikmati dengan seporsi tongseng kambing dan segelas jus alpukat sementara Indra dan keluarganya dengan pilihan menu kesukaan mereka pula. Lama saya yang menikmati tongseng enak ini. Sangat sangat recommended banget. 



Alhamdulillah, lapeh juo taragak maota jo Indra dan Nila. Insyallah kami akan lanjutkan dengan rencana safari silaturahim ke beberapa alumni nantinya. Akhirnya maghrib jua yang memisahkan kami. Saya harus balik ke Tangerang, sesegera nya. Karena sang Bundo di rumah sendiri. 


Alhamdulillah, selama dalam perjalanan ke Bekasi dan diskusi kami kemarin, #dapurbundonova sudah bisa melayani permintaan customer tercinta. Sembari diskusi saya tetap melayani jalur pesanan dan pengantaran dari kurir langganan kami. Dua kg Dendeng Lambok terkirim buat dua orang customer, di Komplek Emerald Bintaro Jaya dan di Silkwood Residence, Maple Tower di kawasan Alam Sutera. 


Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Silaturahmi tetap lancar, usaha tetap lancar. Jalur pulang pun lancar. Jam 19.30 sudah sampai di rumah setelah satu jam lebih perjalanan. 


Senin, 18 Juli 2022

09.34 Arinda, sambil menunggu servis motor

Sabtu, 16 Juli 2022

Semalam di Ponorogo

 Trip to Timur Tengah part 2

Semalam di Ponorogo


Selepas pengisian BBM, sebentar kami mampir di ATM BNI yang ada di sebelah kanan jalan. Saya parkirkan mobil di sebelah kiri dibawah pohon yang rindang, di tempat yang agak aman. Maklum jalur ini rada rame juga dengan kendaraan seringnya dengan kecepatan tinggi melintas. Di depan kami itu adalah jalur menuju kota Pacitan. Kota kelahiran pak Presiden Susilo B. Yudhoyono. Sekitar satu jam perjalanan ke sana, InsyaAllah sampai di kota ya g terkenal dengan pantainya yang indah. Pantai yang langsung menghadap ke Samudra Indonesia, pantai selatan Jawa. 


Dan di depan, bundo bisa melihat kampus dua Gontor Ponorogo. Mungkin banyak hal yang melintas dalam fikiran bundo selama saya ke ATM. Area ini dulu sering kami nikmati berjalan kaki, mencari gorengan dan sarapan pagi ketika corana belum menerjang negeri ini. Selama corona hingga sekarang larangan mudif atau berkunjung ke pondok masih belum dicabut. Pondok punya kebijakan yang mesti ditaati. 


Andai tak ada larangan, kawasan ini akan terlihat rame oleh kunjungan para wali santri. Ada bapenta di pondok yang sanggup menerima kunjungan para wali santrinya. Begitu juga penginapan di sekitaran Ponorogo ini akan terisi penuh. Kadang perlu booking juga jauh jauh hari, bila ada event tertentu seperti Drama Arena, Panggung Gembira ataupun awal tahun ajaran baru serta akhir liburan saat santri balik ke Gontor. 



Selesai dari ATM, perlahan lahan saja mobil saya kendarai. Melewati Gerbang Gontor dua sejenak berhenti, mengintip apa yang ada di dalamnya. Ternyata sepi. Sepi banget. Hanya ada dua penjaga Gerbang yang bertugas. Adzan ashar tadi baru saja berkumandang, tentu santri masih berada di mesjid. 


Berbelok ke kiri setelah warung Bu Sri, kami segera buka bagasi mobil dan mengambil paket yang telah disiapkan buat Imam. Langsung di antar ke pos penjagaan tadi. Sebentar saja, sesuai aturan, tak bisa berlama lama. Paket diterima sudah kegembiraan yang luar biasa. Ada buku kepramukaan Imam di dalamnya. 


Segera balik ke penginapan kami yang hanya berjarak 10 meter tak sampai dari Gerbang tadi. Penginapan sekaligus restoran dengan harga yang sangat sangat terjangkau. Pawon Dengok namanya. Kami menginap semalam di sini, karena esoknya Jumat akan lanjutkan perjalanan ke Kota Kudus. Semalam sekamar bertiga, dengan ruangan AC dan kamar mandi di dalam, seharga 180.000 rupiah. 


Mandi dan jalan jalan ke depan, berbelanja sekedarnya di warung bu Sri. Melepas kangen dengan sang owner. Tiga tahun sudah bundo tak mampir ke sini. Sepi. Sepi dari wali santri. Hanya bertemu dengan sepasang pasutri dari kota Malang yang sama sama menginap di Pawon Dengok. Anak mereka kelas tiga intensif. Hanya menggunakan sepeda motor mereka dari Malang, hanya untuk kangen pondok. Syukur syukur bisa bertemu. Hehehe, kondisi dan harapan yang sama dengan kami. 


Menjelang maghrib kami pesan makan malam. Ada cah brokoli, plecing, pecel lele dan ayam bakar serta minumannya teh, es teh manis serta Manado. Pesanan minuman datang duluan sebelum adzan maghrib berkumandang. Menu unik yang bernama manado ini adalah kumpulan buah dan agar potong dadu warna merah dan hijau serta sirsak yang diblender halus ditambahi dengan susu kental manis. Rasa penasaran saya terlampiaskan. Enak banget. Saya dan bundo sangat menyukainya. Seperti sop buah, tapi ini agak beda. Lebih enak daripada sekedar sop buah. 


Selepas sholat maghrib dan isya yang kami jamak, hidangan makan malamnya tersaji kan. Kami makan sambil diskusi ringan tentang rencana esok sebelum siang ke Kudus. Sambil makan saya mengundang pak Wawan untuk bersilaturahmi dengan kami di sini. Makan malam kami masih ditemani oleh gulai cincang yang masih ada. 


Bada isya pak Wawan datang bersama istri dan seorang anak bontot nya, yang TK nol kecil. Kami hanya menemani pak Wawan makan malam seadanya. Alhamdulillah, masih ada gulai cincang buat pak Wawan dan nyonya nya. Gulai dari #dapurbundonova. Fadlan, anak mereka kami pesanan mie goreng dan es teh manis. Pak Wawan dengan segelas kopi dan Bu Annisa istrinya dengan teh manis. 



Obrolan malam kami berlanjut. Pengalaman pengalaman rohani yang mereka jalani sebelum dan setelah menikah, luar biasa. Belum lagi ketika berganti nama dari Anastasia menjadi Anissa Fitria, ketika sang istri menjadi mualaf ketika usianya 21 tahun. Perjuangan yang panjang dalam mencari, menjaga dan mempertahankan aqidahnya nya sangat sangat luar biasa. Aktif di mualaf centre, dekat dengan Anton Medan dan komunitasnya serta sering terlibat di PITI. Diskusi menarik, berbobot dan penuh semangat. Meskipun badan sama sama lelah dengan aktifitas dan rutinas seharian tadi, namun ketika berbicara tentang keislaman dan gerakan sosial kemanusiaan energi ini seperti terbarukan. MasyaAllah. 


Jam sepuluhan malam waktunya berpisah. Sebuah pertemuan yang penuh berkah. Dan sebuah 'rencana mulia' tertitip ke pak Wawan untuk kita jalankan bersama. Rencana mulia. 


#####


Jumat pagi, selepas sholat subuh, kami mulai hari dengan semangat. Ada acara yang ditunggu tunggu. Yakni lari pagi para santri Gontor Dua. 


Alhamdulillah, dua kali dalam seminggu para santri Gontor ini lari pagi. Menjaga stamina dan kebugaran fisik. Alhamdulillah sudah lebih enam minggu seperti ini sesuai obrolan dengan owner Pawon Dengok dengan saya. Biasanya sebelum corona, lari pagi hanya tiap jumat saja. Namun sekarang sudah ada penambahan satu hari. InsyaAllah dengan begini anak anak akan sehat dan bugar selalu. 


Sangat beruntung kami, Imam terlihat dalam rombongan pagi ini. Bisa melihatnya saja sudah sangat bersyukur. Melihat kegembiraan santri pagi ini saja kami sangat senang, meskipun masih belum diizinkan masuk ke dalam pondok, tak mengapa. Puas sudah rindu ini. Lepas segala hasrat melihat anak anak ini, berlari pagi. Ada beberapa cuplikan video yang kami ambil sebagai kenangan. 


Setelah mereka selesai, kami pun balik ke penginapan. Bundo mulai berkemas, bersiap siap, saya minta izin menggunakan air untuk 'memandikan' mobil yang sedikit kotor. 


InsyaAllah sebelum siang kami akan lanjutkan perjalanan ke Kota Kudus dengan penuh kesyukuran. Satu harapan sudah terpenuhi, tinggal satu lagi yang mesti ditunaikan. Yakni mengantarkan dhifa ke pesantren Riyadhul Qur'an Kudus. Harapan kami si Adek ini bisa menjadi seorang hafidzah kelak. 

Aamiin ya Rabbal 'alamin. 


Jumat, 15 Juli 2022

Pawon Dengok.

Jumat, 15 Juli 2022

Trip Tangerang to Ponorogo

Alhamdulillah, tepat jam 05.15 kami meninggalkan rumah dengan tujuan ke Ponorogo. Awalnya mau berangkat sekitar jam 3 dini hari, sebagaimana biasanya kami kalo mau safar. Berhubung bundo tadi malam sampai di rumah dari Bandung jam 22.30, kami ketiduran. Terbangun seperti biasanya dengan "dentuman alarm bertubi tubi, tepat jam 3.45. Kami segera bersiap siap. Akhirnya sebagai supir satu satunya, saya putuskan untuk berangkat bada subuh saja. 


Saya ke mesjid dan bundo serta dhifa sholat berjamaah di rumah. Pulang dari mesjid semuanya sudah ready, termasuk bekal yang mau dibawa. Ada nasi dan gulai cincang serta tiga butir telor rebus sisa kemarin. Lumayan buat sarapan atau makan siang kami nanti. 


Dengan penuh kesegaran dan semangat yang luar biasa, kami jelajahi jalur menuju pintu TOL Pondok Aren Bintaro. Semburat pagi menyapa kami di sepanjang tol. Bak dapat kawan, saling pacu terjadi di sepanjang tol yang belum begitu padat. Terlambat sedikit saja keluar dari rumah, bakalan merasakan macet. Dan menurut google map sampai di Ponorogo diprediksi sekitar 10 jam

Artinya perjalanan pagi ini, terhindar dari macet. 


Sedikit agak macet menjelang kampung rambutan, namun segera terurai lagi setelahnya. Lancar jaya hingga masuk tol Japek (Jakarta Cikampek), tol layang yang terkenal dengan nama tol MBZ nya. Singkatan dari 'owner' nya Syech Mohammed Bin Zayed. Jam 6.10 sampai di sini dan keluar di KM 47 setengah jam kemudian. 


Macet kembali terjadi antara KM 52 hingga KM 54 akibat banyaknya kendaraan yang mau keluar di exit tol Cikarang. Alhamdulillah selanjutnya kembali lancar. Biasanya kami selalu rehat di KM 57, sholat atau sekedar melepaskan penat. Namun karena perjalanan tadi relatif lancar, tak terlalu capek, bye bye dari jauh saja ke rest area yang memiliki mesjid nya yang sangat megah ini. 


Rehat pertama saya lakukan di rest area KM 102 disebabkan pengen buang air saja. Sebentar saja di sini, hanya sekedar melepaskan hajat. :) 

Rehat kedua sekalian ngisi BBM kami lakukan di Rest Area KM 207. Pengisian Pertalite hingga full sejumlah Rp. 250.000.


Selanjutnya perjalanan masih tetap saja lancar. Kendaraan masih sepi. Tak banyak truk truk besar yang kami temui sepanjang jalan. Hanya bus Rosalia Indah dan Harapan Jaya yang kami temui selepas pengisian BBM tadi hingga exit tol Kendal. Bus Bus ini jelas dari Sumatra, dari Sumatra Selatan dan Lampung. Mereka sepertinya sengaja beriringan dengan kecepatan sedang. Tak terlihat ngebut sedikitpun. 'Bedak Sumatra' sangat tebal menempel di bodynya.Kalo dari arah Jakarta dsk biasanya baru berangkat siang hari. Atau kalopun ada armada bus yang berangkat pagi, tentu belum lewat jam segini, sekitaran jam sembilan. 


Setelah masuk Semarang, 'my mother rice' merasakan lapar. Tak kuat lagi kudapan kacang medan dan kue koya mengisi perutnya. Maklum sejak berangkat subuh tadi, kami memang belum makan. Dan akhirnya makan siang serta sholat kami lakukan di rest area KM 429. Rest Area terindah pemandangannya, konon. Kami sampai di sini jam 11.15. Itu artinya, telah enam jam perjalanan kami. 



Rehat makan dan sholat di sini selama satu jam. Saya makan dengan gulai cincang, bundo makan dengan soto yang dia pesan dan dhifa makan cincang plus indomie telor. Soto di warung pojok no 16 itu uenak banget. Harga seporsi hanya 16.000. Kami semuanya mencicipinya. Emang uenak. Harganya juga murah dengan kualitas seperti itu. Pujasera Rest Area 429, warung pojok 16, sotonyo mantap banget. Indomie telor dipesan di warung lain dengan harga 16.500. Setelah makan kami sholat dan Dhifa pesan satu lagi kudapan kesukaannya, Waffle, yang outletnya berada antara pujasera dan masjid. Alhamdulillah kenyang dan sholat pun tertunaikan dengan baik. 


Jam 12.15 perjalanan kami lanjutkan. Up and down di toll kami nikmati. Alam yang indah terpampang di antara bukit dan pergunungan. Kendaraan bisa dipacu agak cepat, dengan tetap memantau sepi atau tidak nya kendaraan sepanjang jalur tol menuju kota Surabaya dan Malang ini. 


Exit tol Madiun kami lewati dengan tiga 'bar' pertalite sisa. Berarti sepanjang Rest Area KM 207 hingga exit tol Madiun BBM terpakainya Rp. 250.000.


Madiun terlewati, langsung disambut dengan gerbang kabupaten Ponorogo. Jalur masih sepi namun kendaraan roda dua agak dominan di jalanan membuat saya harus mengurangi kecepatan. Masuk alun alun kota Ponorogo, makin terasa dekat Pondok Modern Darussalam Gontor kampus Dua yang dberada di daerah Siman. 


Alhamdulillah, sekitar jam 3 sore saya mengisi BBM lagi sebanyak Rp. 315.000 di SPBU yang baru ganti kepemilikan nya yang tak jauh dari Gontor Dua. Hanya sepelemparan tombak saja jaraknya. SPBU ini dulu, kurang menarik. Agak jorok. Kalo tak terpaksa takkan ngisi BBM di sini. 


Namun sekarang SPBU ini sudah rapi. Rapi banget. Ganti pemilik, ganti manajemen, ganti karyawan dan ganti suasananya. Halamannya terkesan luas, kombinasi cor-an dan paving blok. Mushola nya bagus dan sedang dibangun cafe juga. Nah SPBU nya sekarang dengan mesin baru. Benar benar keren... Darimana saya tahu? Tentu dari pandangan mata dan dari obrolan dengan petugas SPBU tentunya, yang merupakan karyawan baru di sana. SPBU ini baru semuanya.



Pawon Dengok, Siman Ponorogo

14 Juli 2022


Selasa, 05 Juli 2022

Anak Nan Jolong Gadang

Sebentar lagi si bontot kami akan melanjutkan studinya di Kudus. Bukan tempat yang biasanya bagi sebagian orang tua. Dan juga bukan tempat yang biasa biasa saja bagi kami selalu orang tuanya dan juga kakak serta abangnya. InsyaAllah yang bontot ini, si cantik kami ini akan melanjutkan pendidikannya di Pondok Tahfiz Riyadhul Quran Kudus. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar, sejak mengikuti seleksi masuk hingga kami survei lokasi akhir bulan Mei lalu. Dhifa senang, kami pun senang. Kami sangat yakin bahwa semuanya atas izin Allah semata. Allah kabulkan apa yang menjadi harapan kami semuanya. 


Dan kemarin adalah waktunya bersama sangat Bundo jalan jalan. Jalan jalan mencari kelengkapan apa yang akan dibawa nanti ke Kudus. Ternyata, pemikiran yang buah hati kami ini mulai dewasa. Ketika bundo menawarkan baju yang pas dengan ukuran badannya, dia minta satu ukuran di atasnya. Padahal ukuran M itu sangat pas. Sangat ideal dia pake. "Bun, aku ini cepat besarnya. Jangan yang ini ya Bunda. L saja", dalihnya. 


Bundanya terpana. Apa yang disampaikan benar adanya. Kemarin masih menganggap dia kecil, ternyata sekarang sudah mulai dewasa, termasuk cara berpikirnya. Akhirnya sang Bundo mengambil tiga gamis buat dia nanti. Dan tadi malam di rumah menjelang tidur, ada lagi satu baju kakak Dhila yang pas di badannya yang akan dia bawa. Wah, wah, takjub saya bukan main. Baju kakaknya yang sudah jadi alumni Gontor, pas di badannya yang akan menjadi santri. Padahal badan kakaknya saja sudah lumayan besar, lumayan tinggi. Tetapi begitulah Dhifa, si bontot kami ini. Pas saja baju kakaknya buat dia. 


Mungkin ini akan menjadi pengikat kasih sayangnya dengan sang kakak, yang sedang merantau di negeri orang melanjutkan studinya. Jauh jarak namun tak memutuskan rasa sayang sama kakak tercinta. Begitu juga dengan sang Kakak. Beberapa waktu yang lalu dia belikan adiknya ini Al Quran yang unik. Al Quran yang tertera nama adiknya di cover depannya, Nadhifah Az Zahra sebagai hadiah ulang tahun adiknya bulan Mei lalu. 


Alhamdulillah, dua anak gadis kami ini sangat akur. Yang kakak sangat sayang sama adiknya ini. Dan adiknya sangat patuh sama kakaknya. Kebersamaan selama kakak selesai pengabdian di Gontor Putri 7 Pekanbaru hingga berangkat ke IIUI Islamabad Pakistan akhir Januari lalu, menambah kedekatan mereka berdua. Apalagi ketika pulang kampung bersama akhir tahun lalu. Kemana mana berdua. Semoga akan selalu begitu hingga nanti mereka punya keluarganya masing masing. 


Yang satu sudah sangat dewasa, dan yang ini mengikuti jejak kakaknya. Anak yang jolong gadang, tetapi sarat pengalaman selama ini. Dia yang melihat dan merasakan bagaimana abang dan kakaknya di pondok kami layani. Dia yang selalu dikutsertakan kalo kami ke pondok melihat abang dan kakaknya. Begitu juga ketika mereka liburan ke rumah, selalu terpenuhi kasih sayang dari kami selalu orang tuanya. Selalu ada kebersamaan dengan mereka. Selalu ada waktu untuk mendengar cerita cerita mereka. Dan yang terpenting ketika mereka libur, selalu pas dengan waktu yang kami miliki. Dan tentu saja ini semua karena kasih dan sayang Allah semata kepada kami. 


Dan pertengahan Juli nanti kami akan jalani waktu berdua saja selaku orang tua. Anak anak kami nan "jolong gadang" kami ikhlaskan mereka belajar di pondok pesantren. Si Kakak di IIUI Islamabad Pakistan, si Abang di Ponorogo Jawa Timur dan si Bontot di Kudus Jawa Tengah. InsyaAllah dengan keikhlasan kami ini anak anak akan betah di sana. Belajar, belajar dan belajar bukan buat dia semata, tetapi untuk tegaknya Dien Allah di muka bumi ini kelak. 


Semoga mereka menjadi anak anak yang sholeh dan sholehah, yang selalu mendoakan kami selaku orang tuanya, yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Anak anak yang bermanfaat dimana pun kelak nanti mereka berada. InsyaAllah, insyaAllah kami yakin itu. Kami yakin karena Allah yang akan memudahkan segala urusan mereka nantinya. 



Ikhtiar terbaik telah kami lakukan. Doa doa terbaik telah, akan dan senantiasa tercurah buat mereka dalam sujud kami, selalu orang tuanya. InsyaAllah dengan keikhlasan dan keyakinan kami secara totalitas, Allah akan jaga mereka, anak anak kami nan "jolong gadang". InsyaAllah, InsyaAllah kami yakin itu. 


Selasa, 5 Juli 2022

Bintaro 11.30, menjelang rehat siang.

Note: Jolong Gadang bahasa minang, yang artinya menjelang dewasa.

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...