Minggu, 24 Juli 2022

I ❤️ Kudus

Ini adalah kedatangan kami ke dua kalinya di Kota Wali ini. Pertama kali hadir disini akhir bulan Mei lalu, saat 'long weekend: Waktu itu tujuan ke Kota Kudus ini hanya untuk memastikan dimana posisinya pesantren Riyadhul Qur'an tempat si bungsu kami akan mondok. Tempat dia melanjutkan studinya, selepas SD. Dengan kunjungan itu, semoga sang buah hati kami, langsung nyantol hatinya di "Al Quds" Jateng ini. 


Alhamdulillah, dalam kunjungan perdana tersebut anak kami langsung suka. Bahkan sempat bilang ke bundanya, "Kenapa aku nggak langsung mondok saja di sini bun?". MasyaAllah... Dia sudah suka dengan suasana pondok tersebut. Jatuh cinta pada pandangan pertamanya dengan ma'had Riyadhul Qur'an ini. Hanya sehari saja di sini, kami lanjut safar ke Klaten dan Jogjakarta hingga sampai lagi di Tangerang minggu siang. Satu hari itu ternyata sanggup membuat sang buah hati terpikat. Alhamdulillah, kami bersyukur pada Allah SWT. 


Dan sore kemarin kami sampai di kota ini lagi, menginap ditempat yang sama. Yakni di Oyo Residence yang sangat dekat dengan Alun Alun Kota Kudus ini. Hanya kamarnya saja yang berbeda. Kalo dahulu di kamar no 13, sekarang di no 14. Lebih luas sedikit dan lebih nyaman. Harganya alhamdulillah, dapat lebih murah karena pemesanan dilakukan secara online. Hanya 144.000 semalam. 

Di dekat Alun Alun ada mesjid Agung nya, ada kantor Bupatinya, ada pasar tradisional nya dan ada Ramayana nya. Ada kulineran pagi hingga siang yang enak yang disukai oleh sang Bunda. Yakni soto Mat Tjangkir yang berdiri sejak 1902. Soto legend dari Jogjakarta dengan menu tambahan yang beraneka ragam. Bertiga makan pagi ini kena harga Rp 65.000,- dengan tambahan sejumlah pergedel, sate paru, keripik tempe dan tempe goreng serta minumnya teh manisnya. 


Kalo malam sepanjang Alun alun dan jalan Sunan Kudus berjejer kulineran dengan banyak pilihan. Ada yang pake meja, ada yang lesehannya seperti di Malioboro. Alhamdulillah tadi malam bertiga kami menikmati pecel lele dengan minumnya es jeruk, kena harga Rp. 48.000,-. Murahkan??? Yang lebih nyaman dan aman di kantong adalah kulineran disini terpampang jelas tarif makanan dan minumannya. Jadi bisa langsung disesuaikan dengan budget kita. 



Dan di pasar tradisional lebih banyak lagi pilihannya. Baik untuk kulineran ataupun buat oleh olehnya. Lengkap di sini. Ada yang terkenal dengan menu spesial yang tak kita temui di tempat lain, yakni soto atau sop daging kerbau. Pasar ini tak jauh dari kantor Bupati yang berada di pinggir Alun Alun Kota. 


Semua area di atas bisa ditempuh dengan berjalan kaki, seperti yang kami lakukan tadi malam dan pagi ini. Kota ini terkenal juga dengan 'City Walk' nya. 


Makin cinta dengan kota Kudus ini. Tak banyak mobil bersilewaran di tengah kota. Kendaraan yang banyak adalah roda dua, termasuk juga sepeda. Bersepeda di sini aman. Naik motor di sini aman. Kota yang bersih, masyarakatnya juga tertib berlalu lintas. Tak ada kendaraan yang menginjak zebra cross. Tak ada pengendara yang menerobos lampu merah. Mereka ikuti alur dan taat pada aturan berlalu lintas. 


Pagi ini, saat menulis tulisan langsung di FB saya duduk di depan Oyo Residence di samping trotoar, tak mencium sama sekali sesaknya polutan kendaraan seperti kita tinggal di Jabodetabek. Pohon rindang di sepanjang jalan terawat dengan baik. Jalur pemotor dan mobil terpisah. Jauh lebih banyak motor yang digunakan masyarakat sebagai media transportasinya. Mungkin ini yang jadi penyebabnya tak tercium sedikitpun polutan. 


Alun alun kota ini bersih udaranya. Dari tempat saya duduk terlihat di Alun Alun anak muda berolahraga pagi dan ada orang tua yang berjalan kaki. Alun alun ini punya 'track jogging'-nya sehingga tak perlu turun ke aspal untuk berolahraga. Keren kan?? 


Dan di Masjid Agung, yang dibiayai oleh pemerintah kabupaten Kudus, selalu rame jika malam menjelang. Area mesjid ini menjadi tempat hiburan keluarga. Anak anak bebas bermain di teras mesjid yang luas, berlari larian. Sementara yang beribadah di dalamnya tak terganggu sama sekali, saking luasnya mesjid ini. Air yang mengalir di kamar mandi dan area wudhu' nya bening banget. Layak diminum sepertinya. 


Sementara para pengendara roda dua bisa parkir bebas dengan biaya seikhlasnya. Kotak amal parkir terpampang di dekat gerbang. Bayar boleh, tak bayar pun tak mengapa. 'Orang mau beribadah kok dipaksain bayar?', begitu kata juru parkir yang menjadi teman ngobrol saya dua kali datang ke sini.  Bagi yang membawa mobil, ya terpaksa di luar masjid, dipinggir jalan. Namun tak banyak, tak menghambat lalu lintas. Mungkin hanya di mesjid ini, parkir berbayar seikhlasnya. Mantapkan? 


Kota ini aman. Terbukti sepanjang subuh tadi bertemu dengan orang tua yang mengantarkan anaknya melanjutkan studi di sini. Yang satu dari Kalimantan, lanjut ke MAN Kudus dan satu lagi dari Tulung Agung mengantarkan cucunya mencari pondok pesantren di 'Al Quds' Jateng ini. Sama seperti kami... 


Ah ternyata banyak hal yang dah tergambar dalam dua kali datang ke sini. Semuanya nyaman dan aman. Kota yang bersih. Kota yang sangat nyaman buat ukuran kantong orang kebanyakan seperti kami ini. Kotanya adem, sering hujan juga. Kota santri, selain kota atlet bulu tangkis dan kota Kretek dengan brand Djarum nya. 


Akhirnya harus kuakui kota ini memang layak untuk dicintai oleh warganya. Kota yang akan sering kami datangi dimasa masa yang akan datang.

1 komentar:

  1. Mantap dan keren cara berceritanya Je. Jelas seperti kita melihat sendiri lewat pandangan Jeje.

    BalasHapus

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...