Trip to Timur Tengah part 3
Sekitar jam 10-an bundo memesan makan buat kami. Menu tadi malam diulangi lagi karena memang enak. Minuman diganti dengan wedang ewuh, dua gelas. Minuman ini yang sering kami pesan tiga tahun yang lalu ketika Corona belum hadir. Di ranah minang agak mirip dengan tampoyang.
Saat makan, Imam menelpon lagi. Banyak hal yang dia ceritakan. Lebih dari 30 menit durasi ngobrol dengan Bunda nya. Motivasi dan pesan yang disampaikan bundo menjadi penyemangat bagi dia. Imam makin matang. Dapat dilihat dari cara dia bertutur. Kadang sambil bergurau, masuk juga pesan. Baik dari Bundanya maupun dari Imam. Imam sekarang mendapatkan amanah sebagai mudabbir kelas 1 intensif. Amanah yang tidak ringan juga sebenarnya. Dan kami mensupport apa yang dia inginkan kelak, setidaknya hingga tahun depan. Ada bocoran juga bahwa tahun ini berkemungkinan besar, ada libur 10 hari di bulan Oktober nanti. Sudah ada ancar ancar acara nampaknya bagi Imam. Aaaahh, semoga saja terwujud.
Selesai makan kami ke warung sebelah. Warung Bu Sri, pas di depan Gontor Kampus Dua ini, membeli tambahan yang Imam butuhkan. Termasuk celana panjang hitam sebagai celana penggantinya. Satu celananya robek di selangkangan. Hahaaaaa, dia tertawa ketika menyampaikan bagaimana kejadian hingga celananya robek, saya mendengar dari phone speaker yang sengaja Bunda perdengarkan bersama. Tak lupa juga membelikan minuman buat anak anak yang jaga di gate untuk tiga orang.
Jam 11.30 kami meninggalkan penginapan Pawon Dengok setelah melakukan pembayaran atas apa yang kami makan dan biaya penginapan. Total semuanya Rp. 398.000. Biaya penginapan yang kami pilih Rp. 180.000 dengan kamar mandi dalam, ber AC. Untuk makanan itung itungan saya tetap masih murah.
Lepas dari penginapan jalanan sepi, tak begitu rame, walaupun di daerah Alun Alun. Maklum sebagian besar sudah pada jum'atan. Saya dan Nova memutuskan untuk sholat di rest area terdekat saja nanti, sekalian jamak qashar zuhur dan ashar. Tak lama melewati kabupaten Ponorogo langsung masuk kabupaten Madiun. Pintu TOL dah makin dekat.
Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam dari Siman Ponorogo, akhirnya kami rehat sejenak untuk sholat jamak qasar di rest area KM 597B yang berada di kabupaten Magetan. Masjidnya unik, baik yang di jalur B arah Solo Semarang maupun di jalur A yang menuju Surabaya. Saat tengah hari itu, panasnya poo bangetl. "Paneh badangkang", bahasa minangnya.
Alhamdulillah, selesai sholat kami langsung masuk jalur tol lagi. Jalanan masih sepi, kendaraan pribadinya yang banyak lewat. Satu dua bus yang terlewati siang itu. Saya tak berani memacu kendaraan di suasana terik begitu. Resiko pecah ban, lebih besar. Dan akhirnya kami keluar di Tol Mantingan/Sragen.
Sengaja mengambil jalur ini, karena menurut google map beda tipis waktunya jika dibandingkan full di jalur tol keluarnya nanti di Semarang, terus ke kota Demak menyisiri pantai utara Jawa. Selain waktu yang relatif sama, budget nya jadi membengkak. Ada perbedaan selisih harga tol nya sekitar 160 ribuan.
Pilihan tepat adalah via Sragen Purwodadi. Selain untuk mengingat kembali jalan yang pernah kita tempuh dulunya via Gemolong, sebelum tol ke Surabaya ini selesai. Dulu exit Tol nya hanya sampai Bawen, lanjut disambung dengan jalan propinsi melalui kota Salatiga, Gemolong dan Sragen.
Jalur dari Sragen ke Purwodadi juga pernah kita tempuh. Waktu itu GPS kami error, sehingga kami nyasar, berputar di Purwodadi dan lanjut balik ke Semarang. Nah jalur ini yang kembali saya tempuh siang ini. Sudah banyak perubahan. Jalannya sudah banyak yang dicor, namun di beberapa titik terjadi banyak rengkahan, atau amblas.
Menikmati jalur ini antara Sukadana, Gemolong Purwodadi seperti menempuh lintas Sumatra saja. Banyak hutan di kiri kanan jalan, turunan dan tanjakan, kadang disertai dengan tikungan tajam. Dominan di jalur ini sepeda motor, baik oleh orang tua ataupun oleh anak anak sekolah. Tak banyak bis yang kami temui di jalanan.
Masuk kota Purwodadi, sekitar jam 3-an, banyak kami temui bus bus yang hendak menuju Jakarta dan sekitarnya. Antara lain Kramat Djati, Sinar Jaya, Zentrum, Garuda Mas dll.
Akibat mengikuti google map akhirnya kami sedikit kesasar. Masuk jalur perkampungan, jalur antar desa, bahkan ada yang sempat ditutup akses jalannya karena ada proyek pembangunan irigasi. Pengalaman yang luar biasa. Jangan terlalu percaya dengan google map. Percayakan saja dengan jalur awal, jalur lintas propinsi atau negara.
Ada sekitar 13 km jalan kampung yang kami tempuh. Jalannya kecil dan sempit. Kalo ada lawan pas pasan banget, harus berhenti salah satunya. Namun agak terobati dengan pemandangan alam yang ada. Kiri kanan sawah terbentang, ada gunung dan perbukitan.
Dan akhirnya kami kembali ke 'jalan yang benar'. Jalan lintas Purwodadi dan Kudus. Banyak terlihat kendaraan lagi, baik motor, mobil truk serta bus besar. Laju kendaraan sudah mulai naik lagi, antara 50-70 km per jam. Lumayan lah, ketimbang melewati jarak yang 13KM tadi. Jaraknya dekat, tetapi mobil tak bisa dipacu. Kecepatan hanya sekitar 20-30 km per jam.
Masuk kota Kudus sekitar jam empat sore. Sedikit tersendat menjelang sore itu, karena ada proses pengecoran jalan yang yang agak panjang. Sistem buka tutup yang dilaksanakan pekerja proyek.
Dan akhirnya kami saja sampai juga penginapan yang sudah saya pesan beberapa hari sebelumnya saat masih di Tangerang. Penginapan Oyo yang tak jauh dari Alun Alun kota Kudus. Penginapan yang sama dengan yang kami dapatkan akhir Mei lalu. Namun beda kamar nya saja. Dulu kamar no 13, sekarang no 14. Lebih luas namun harganya lebih murah. Hanya 144.000 rupiah semalam.
Rehat sejenak, mandi dan mencari sesuatu buat makan malam. Tak lupa beli kebutuhan si adek buat esok. Makan malam kami di Jalan Sunan Kudus. Makanan sederhana saja, yakni pecel lele. namun uenak nya bukan main, nambah seporsi pecel lelenya. Totalnya empat porsi. Bertiga kami makan, hanya kena 48.000 rupiah saja. Murah meriah kulineran di kawasan simpang tujuh Kudus ini. Yang menariknya, kulineran di sini ada price liat setiap menunya. Luar biasa...
Kudus, Jumat 15 Juli 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar