Sabtu, 16 Juli 2022

Semalam di Ponorogo

 Trip to Timur Tengah part 2

Semalam di Ponorogo


Selepas pengisian BBM, sebentar kami mampir di ATM BNI yang ada di sebelah kanan jalan. Saya parkirkan mobil di sebelah kiri dibawah pohon yang rindang, di tempat yang agak aman. Maklum jalur ini rada rame juga dengan kendaraan seringnya dengan kecepatan tinggi melintas. Di depan kami itu adalah jalur menuju kota Pacitan. Kota kelahiran pak Presiden Susilo B. Yudhoyono. Sekitar satu jam perjalanan ke sana, InsyaAllah sampai di kota ya g terkenal dengan pantainya yang indah. Pantai yang langsung menghadap ke Samudra Indonesia, pantai selatan Jawa. 


Dan di depan, bundo bisa melihat kampus dua Gontor Ponorogo. Mungkin banyak hal yang melintas dalam fikiran bundo selama saya ke ATM. Area ini dulu sering kami nikmati berjalan kaki, mencari gorengan dan sarapan pagi ketika corana belum menerjang negeri ini. Selama corona hingga sekarang larangan mudif atau berkunjung ke pondok masih belum dicabut. Pondok punya kebijakan yang mesti ditaati. 


Andai tak ada larangan, kawasan ini akan terlihat rame oleh kunjungan para wali santri. Ada bapenta di pondok yang sanggup menerima kunjungan para wali santrinya. Begitu juga penginapan di sekitaran Ponorogo ini akan terisi penuh. Kadang perlu booking juga jauh jauh hari, bila ada event tertentu seperti Drama Arena, Panggung Gembira ataupun awal tahun ajaran baru serta akhir liburan saat santri balik ke Gontor. 



Selesai dari ATM, perlahan lahan saja mobil saya kendarai. Melewati Gerbang Gontor dua sejenak berhenti, mengintip apa yang ada di dalamnya. Ternyata sepi. Sepi banget. Hanya ada dua penjaga Gerbang yang bertugas. Adzan ashar tadi baru saja berkumandang, tentu santri masih berada di mesjid. 


Berbelok ke kiri setelah warung Bu Sri, kami segera buka bagasi mobil dan mengambil paket yang telah disiapkan buat Imam. Langsung di antar ke pos penjagaan tadi. Sebentar saja, sesuai aturan, tak bisa berlama lama. Paket diterima sudah kegembiraan yang luar biasa. Ada buku kepramukaan Imam di dalamnya. 


Segera balik ke penginapan kami yang hanya berjarak 10 meter tak sampai dari Gerbang tadi. Penginapan sekaligus restoran dengan harga yang sangat sangat terjangkau. Pawon Dengok namanya. Kami menginap semalam di sini, karena esoknya Jumat akan lanjutkan perjalanan ke Kota Kudus. Semalam sekamar bertiga, dengan ruangan AC dan kamar mandi di dalam, seharga 180.000 rupiah. 


Mandi dan jalan jalan ke depan, berbelanja sekedarnya di warung bu Sri. Melepas kangen dengan sang owner. Tiga tahun sudah bundo tak mampir ke sini. Sepi. Sepi dari wali santri. Hanya bertemu dengan sepasang pasutri dari kota Malang yang sama sama menginap di Pawon Dengok. Anak mereka kelas tiga intensif. Hanya menggunakan sepeda motor mereka dari Malang, hanya untuk kangen pondok. Syukur syukur bisa bertemu. Hehehe, kondisi dan harapan yang sama dengan kami. 


Menjelang maghrib kami pesan makan malam. Ada cah brokoli, plecing, pecel lele dan ayam bakar serta minumannya teh, es teh manis serta Manado. Pesanan minuman datang duluan sebelum adzan maghrib berkumandang. Menu unik yang bernama manado ini adalah kumpulan buah dan agar potong dadu warna merah dan hijau serta sirsak yang diblender halus ditambahi dengan susu kental manis. Rasa penasaran saya terlampiaskan. Enak banget. Saya dan bundo sangat menyukainya. Seperti sop buah, tapi ini agak beda. Lebih enak daripada sekedar sop buah. 


Selepas sholat maghrib dan isya yang kami jamak, hidangan makan malamnya tersaji kan. Kami makan sambil diskusi ringan tentang rencana esok sebelum siang ke Kudus. Sambil makan saya mengundang pak Wawan untuk bersilaturahmi dengan kami di sini. Makan malam kami masih ditemani oleh gulai cincang yang masih ada. 


Bada isya pak Wawan datang bersama istri dan seorang anak bontot nya, yang TK nol kecil. Kami hanya menemani pak Wawan makan malam seadanya. Alhamdulillah, masih ada gulai cincang buat pak Wawan dan nyonya nya. Gulai dari #dapurbundonova. Fadlan, anak mereka kami pesanan mie goreng dan es teh manis. Pak Wawan dengan segelas kopi dan Bu Annisa istrinya dengan teh manis. 



Obrolan malam kami berlanjut. Pengalaman pengalaman rohani yang mereka jalani sebelum dan setelah menikah, luar biasa. Belum lagi ketika berganti nama dari Anastasia menjadi Anissa Fitria, ketika sang istri menjadi mualaf ketika usianya 21 tahun. Perjuangan yang panjang dalam mencari, menjaga dan mempertahankan aqidahnya nya sangat sangat luar biasa. Aktif di mualaf centre, dekat dengan Anton Medan dan komunitasnya serta sering terlibat di PITI. Diskusi menarik, berbobot dan penuh semangat. Meskipun badan sama sama lelah dengan aktifitas dan rutinas seharian tadi, namun ketika berbicara tentang keislaman dan gerakan sosial kemanusiaan energi ini seperti terbarukan. MasyaAllah. 


Jam sepuluhan malam waktunya berpisah. Sebuah pertemuan yang penuh berkah. Dan sebuah 'rencana mulia' tertitip ke pak Wawan untuk kita jalankan bersama. Rencana mulia. 


#####


Jumat pagi, selepas sholat subuh, kami mulai hari dengan semangat. Ada acara yang ditunggu tunggu. Yakni lari pagi para santri Gontor Dua. 


Alhamdulillah, dua kali dalam seminggu para santri Gontor ini lari pagi. Menjaga stamina dan kebugaran fisik. Alhamdulillah sudah lebih enam minggu seperti ini sesuai obrolan dengan owner Pawon Dengok dengan saya. Biasanya sebelum corona, lari pagi hanya tiap jumat saja. Namun sekarang sudah ada penambahan satu hari. InsyaAllah dengan begini anak anak akan sehat dan bugar selalu. 


Sangat beruntung kami, Imam terlihat dalam rombongan pagi ini. Bisa melihatnya saja sudah sangat bersyukur. Melihat kegembiraan santri pagi ini saja kami sangat senang, meskipun masih belum diizinkan masuk ke dalam pondok, tak mengapa. Puas sudah rindu ini. Lepas segala hasrat melihat anak anak ini, berlari pagi. Ada beberapa cuplikan video yang kami ambil sebagai kenangan. 


Setelah mereka selesai, kami pun balik ke penginapan. Bundo mulai berkemas, bersiap siap, saya minta izin menggunakan air untuk 'memandikan' mobil yang sedikit kotor. 


InsyaAllah sebelum siang kami akan lanjutkan perjalanan ke Kota Kudus dengan penuh kesyukuran. Satu harapan sudah terpenuhi, tinggal satu lagi yang mesti ditunaikan. Yakni mengantarkan dhifa ke pesantren Riyadhul Qur'an Kudus. Harapan kami si Adek ini bisa menjadi seorang hafidzah kelak. 

Aamiin ya Rabbal 'alamin. 


Jumat, 15 Juli 2022

Pawon Dengok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...