Alhamdulillah, pagi ini kami kembali ke rantau setelah dua Minggu berada di kampung halaman. Dua Minggu berkesan. Memberi kesempatan kepada Bundo untuk membersamai mama nya sebagaimana bakti anak kepada orangtuanya. Semoga pulang kampung kami ini bernilai ibadah. Mendatangi orang tua mungkin lebih baik daripada mendatangkan orang tua. Setuju nggak tuh?
Dan pagi ini kami kembali bersama Al Hijrah. Dari rumah jam 7.30 pak Kari, pemilik angkot merah trayek Tigo Baleh, Aua Kuning Pasa Ateh dan Pasa Bawah sudah ready menjemput kami. Mama sudah memesan kemarin sore ketika pulang "narik" menjelang Maghrib. Dan sekitar jam 6 lewat tadi pagi kembali saya samperin rumahnya untuk memastikan jemputan beliau. Alhamdulillah, semuanya on time.
Kami pamit kepada Mama, Ante Nelti Jamaah dan Iwat yang datang tadi malam dari Pekanbaru. Selain pamit kami juga minta do'akan semoga selalu sehat, panjang umur dan banyak rezeki sehingga suatu waktu nanti bisa kembali ke sini. Ke Kapau Bukittinggi berkumpul bersama lagi.
Angkot yang dibawa pak Kari berjalan santai pagi ini. Angkot keluaran tahun 2005, Suzuki Carry, milik sendiri dan dibawa sendiri ini, sangat terawat dengan rapi. Pak Kari yang usianya saat ini sudah 61 tahun, orangnya supel dan suka bercerita. Beliau termasuk suka membantu mama bila ada pengiriman ke luar kota. Dia yang ambil barang dan dia juga yang mengantar langsung ke cargo yang diinginkan mama. Makanya menggunakan jasa beliau pagi ini untuk mengantarkan kami ke terminal Aua Kuniang bermakna ganda. Lebih dari sekedar uang transportasi tentunya. Ada cerita selama perjalanan. Ada kedekatan yang terjadi bagi saya pribadi dengan beliau.
Beliau yang merantau selepas tamat PGA di Bukittinggi ke Jakarta sejak tahun 1986 hingga 1992. Berdagang koper dan waktu itu sangat menjanjikan. Ilmu agamanya di PGA terpakai saat awal awal merantau. Tinggal di mushola atau masjid menjadi garin, mengurangi biaya kontrakan. Jumatan nya hampir selalu di Istiqlal, tinggal berjalan kaki atau naik angkot dari Kota atau Senen saat membeli barang.
Tahun 92 balik ke kampung dan akhirnya menikah, menetap dan berusaha di kampung saja sejak itu. Anak beliau empat orang, 4 sudah bekerja dan satu yang akan kuliah tahun ini. Satu satunya anak laki lakinya yang sulung sudah menikah dan tinggal di Dumai Riau. Lainnya tiga perempuan tinggal di Bukittinggi. Namun tugas sebagai muadzin bahkan menjadi Imam sholat tetap dilakoni. Maghrib selalu di rumah. Dia berbeda dengan supir angkot lainnya. Dekat dan konsisten di jalan Allah itu keren. Ya kan?
Sampai di terminal Aua Kuniang kami sudah dikasih senyuman oleh agen Al Hijrah. Barang-barang kami dibantu turun dan ditata dengan baik. Layanan bang Endrizal yang juga saya temui pagi kemarin memang ok. Pak Kari saya kasih lebihan untuk jasa transportasi dan sharing pengalamannya.
Saya lanjut untuk pembayaran tiket yang belum lunas dengan bang Endrizal. Kemudian titip barang sebentar kami menuju toilet yang ada di terminal ini.
Tak lama menunggu Al Hijrah Suite Family datang. Sesuai waktu rupanya. Kami naik ini sebentar untuk nanti transit di Terminal Bareh Solok. Sekitar satu setengah jam perjalanan.
Alhamdulillah oleh sang driver saya pun diperkenankan untuk ber-kodak color sejenak, acting as a bus driver. Berikut juga dapat photo bersama dengan bang Endrizal. Crew Al Hijrah yang ramah menurut kami.
Hal lain yang membuat saya merinding adalah ketika bertemu dengan seorang walisantri yang mengunjungi anaknya di Gontir Putri Kampus 4 Kediri. Merinding saya mendengar perjuangan beliau selama ini. Dulu sebelum Covid berusaha di Karimun. Berdagang pakaian. Aejal covid balik ke kampung di Kito Baru Salo yang ternyata tak begitu jauh dari Kapau.
Selain ke Kediri anaknya bungsunya juga mau masuk ke Gontor tahun depan. Insyaallah akan masuk Penampungan Capel Gontor Putri di Kampus Dua Mantingan Ngawi. Sebuah perjuangan orang tua dan keinginan sang anak yang luar biasa. Semoga segala ikhtiar dan harapannya ini bisa terwujud kelak. Aamiin
Padang Panjang
14/07/2024 09.33 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar