Selasa, 31 Desember 2019

AMAI



Amai bagi kami adalah panggilan khas terhadap istri Mamak. Mamak adalah panggilan terhadap saudara laki laki dari ibu di ranah Minang. Panggilan amai juga melekat terhadap istriku, Nova dari seluruh kemenakanku yang berjumlah tujuh orang. Dulu, di awal perkawinan kami panggilan ini agak aneh dia rasakan, karena merasa belum pantas dipanggil demikian. Bisa jadi karena merasa masih muda dan nggak sekeren panggilan Ante, Tante ataupun Aunty. Tetapi karena ingin meneruskan tradisi panggilan unik di keluarga besar, lama kelamaan terbiasa dan enjoy aja dipanggil AMAI. Alhamdulillah.

Yang ingin saya sampaikan bukan tentang istriku. Tetapi adalah "the real" Amai yang biasa saya sapa, yang saya temui ketika ke Riau.  Yang saya hormat pada beliau. Beliau adalah istri mamak saya yang tinggal di Pekanbaru.

Bagi saya Amai adalah seorang figur ibu yang sangat luar biasa. Ibu dari delapan orang anak, empat pasang, yang punya kesabaran tingkat dewa. Amailah yang mengatur segala kebutuhan anak anak dan suaminya. Dengan segala keterbatasan ekonomi sejak anak-anaknya lahir satu per satu, tumbuh dan berkembang, memasuki usia remaja, pendidikan dan menikah, semuanya tercukupi, meskipun dalam kesederhanaan. Jauh dari kemewahan. Rerata anak anak Amai dan Mamak saya ini berjarak dua tahunan. Sesuatu yang luar biasa sanggup membesarkan delapan orang anak-anaknya di "diperantauan" dengan baik.

Amailah sang begawan ekonomi bagi keluarga Mamak saya ini. Di tangan Amai-lah segala keterbatasan menjadi ketercukupan. Dengab segala kesabaran, Allah jua lah mencukupi segalanya. Hampir di tiap kelahiran anak anak mereka, ada saja cara Allah mencukupkan rezeki keluarga Mamak saya ini hingga semua anak anak mereka bergelar sarjana.

Amai adalah figur istri yang luar biasa. Yang dengan kesabarannya mendukung dan melayani segala kebutuhan Mamak hampir sempurna. Kesabaran yang luar biasa yang sanggup meladeni temperamental Mamak yang kadang kadang fluktuatif dimasa masa kecil kami dahulu. Mamak kami yang hanya lulusan SR (Sekolah Rakyat) berjuang bagaimana bisa mendapatkan jabatan tertinggi di karirnya di sebuah perusahaan sub-kontraktor Caltex, mulai dari RMI hingga Tri Patra, sebagai senior super intendence. Padahal bersaing dengan para sarjana di zaman beliau saat itu. Bahkan banyak sarjana yang menjadi bawahan beliau juga.

Tentu back up dari Amai di rumah tak dapat diingkari. Amailah yang membuat suasana rumah menjadi teduh, menjadikan suatu ketenangan bagi Mamak untuk berjuang mencari nafkah di luar rumah, tanpa diributkan dengan persoalan anak anak. Amai adalah orang sabar ketika adanya konflik dalam keluarga, menjadi penengah bahkan menjadi orang yang mengalah dalam setiap kejadian yang menerpa.

Namun dibalik itu ada lagi yang luar biasa dari Amai kami ini.

Amai adalah seorang anak yang sangat tulus mengabdi dan berbakti kepada "mandeh"nya. Mandeh adalah panggilan kepada Ibu di ranah Minang.

Amailah, yang sejak belasan tahu lalu hingga kini yang merawat Ibunya dengan ketelatenan. Di tangan Amai ini, ada ketenangan bagi nenek hingga saat ini. Nenek tak ingin ke tempat anaknya yang lain, tak ingin lagi balik ke kampung.

Nenek yang dulunya tinggal di kampung halaman, di Batusangkar, ketika sudah sakit sakitan diboyong ke Pekanbaru. Nenek yang sudah tak bisa berjalan bahkan duduk pun susah dilayani dengan sepenuh hati oleh Amai. Dimandikan dan dibersihkan segala hal yang berkaitan dengan BAB dan BAKnya, disuapin makan dan minumnya, didengarin dan diajak ngomong, dan lain sebagainya dengan segala kerendahan hati sebagai seorang anak.

Rasanya agak susah mencari tipikal anak seperti Amai kami saat ini. Di saat usianya yang sudah berkepala enam lebih, sudah bercucu, masih sanggup melayani dan merawat "mandeh"nya dengan sebaik mungkin, tanpa meninggalkan tanggungjawab sebagai istri dan ibu, serta melayani kebutuhan cucu yang kadang hadir di rumah Mamak dan Amai ini.

Di tangan Amai yang kurus ini semuanya terselesaikan dengan baik. Di tangan Amai yang mungil ini semuanya yang berat menjadi ringan. Di tangan halus Amai ini semuanya dilayani denga kasih sayang.

Amai adalah sosok yang sangat sempurna bagi keluarga, sosok yang tak banyak orang tahu tentang aktivitas beliau di luar rumah, tetapi menjadi figur perekat bagi seisi keluarga. Figur yang kadang dianggap lemah, tetapi sejatinya adalah figur yang sangat tegar.

Amai adalah bidadari syurga bagi Mamak kami kelak di Jannah-NYA. Yang baktinya kepada "mandeh"nya tiada terkira. Yang patuh dan taat pada suaminya tanpa pamrih. Yang sayang kepada anaknya tak bertepi.

#####

Semoga tulisan ini menginspirasi dan melahirkan banyak Amai Amai lainnya yang tangguh, di tengah makin tipisnya keharmonisan dalam berumah tangga.
Semoga!!!!

Harapan Raya, Pekanbaru
6.45

Hikmah: Pak Bagus

*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

ORANG BAIK ITU BERNAMA "PAK BAGUS".

Ada seorang Guru Kehidupan, Pak Bagus namanya.

Beliau adalah seorang guru yang sangat ceria,menyenangkan dan kocak.

Siapapun yang berada di dekatnya akan merasa nyaman dan gembira..

Keunikannya adalah bahwa ia selalu berkata, "Bagus itu..!" untuk segala hal.
Di matanya segala hal yang terjadi di dunia ini adalah Karunia.

Hujan..?
"Bagus itu, banyak berkah, saatnya berdoa.."

Sakit..?
"Bagus itu, saatnya untuk beristirahat.."

Tidak naik kelas..?
"Bagus itu, jadi kamu bisa belajar lebih dalam.."

Dipecat..?
"Bagus itu, saatnya belajar sungguh-sungguh untuk menjadi pengusaha.."

Disisi lain, ia seorang perfeksionis luar biasa
Ia bisa melihat kesalahan sampai titik koma sekalipun. Bedanya dengan guru lain_, ia tak pernah marah hanya gara-gara kurang titik koma.

Ia akan memberikan masukan dengan sangat teliti...
"Tulisan kamu *bagus itu*" Kamu cukup kritis dan analitis. Supaya lebih sempurna, coba pelajari bagaimana cara memilih dan menyusun kata-kata agar lebih meyakinkan".

"Bagus itu" tak pernah ketinggalan.

Baginya semua murid punya kelebihannya masing-masing.
Tak ada yang bodoh, tak ada yang kurang ajar.
Semua "bagus" dan bisa dibantu untuk menjadi "lebih bagus lagi".

Disinilah perannya sebagai seorang guru, untuk memberdayakan muridnya agar bisa mengeluarkan potensi terbesarnya.

- Sebagai guru ia memilih untuk menjadi fasilitator, bukan  instruktur.
- Ia memilih untuk bertanya, bukan memerintah.
- Ia memberdayakan, bukan mengoreksi.

Hal yang sama juga dilakukannya atas semua temannya.
Tidak ada korban gosip dimatanya, karena semua orang "bagus" dan "hebat."
Ia bisa melihat kebaikan dari semua hal sampai hal terkecil sekalipun.

Pak Bagus tak bisa dibilang ganteng, tapi melihat wajahnya semua orang merasa teduh. Wajah yang selalu tersenyum..

Ia tak bisa dibilang kaya raya, tapi ia selalu sejahtera, selalu bisa berbagi dan menempatkan tangan di atas.

Rejekinya adaaaaa saja. Seakan keberuntungan selalu ada dipihaknya.
"Hoki", kata orang.

Ia jarang sakit dan keluarganya pun jarang sakit. Jadi sebagai keluarga, hemat sekali mereka..

Itulah dia Pak Bagus, sebuah karunia bagi semua yang ada di sekitarnya.

Karena ketika berada di dekatnya, kita tak bisa mengeluh, tak bisa bergossip, tak bisa marah.., toh itu semua akan dijawab dengan, "Bagus itu..!"

Nah, teman-teman.. Kalau ada yang mau mengeluh, bayangkan ada Pak Bagus di samping anda dan langsung saja bilang dalam hati, "Bagus itu..!"

Nanti otak kita akan langsung mencerna dan mencari "bagusnya di mana ya..?".
Otak kita pintar kok. Ia akan bekerja menyesuaikan diri dengan kata-kata kita..!

Kalau ada orang mau nggossip di dekat kita, langsung jawab,
"Bagus itu. Kita bisa ambil hikmahnya.., Sekarang kamu punya jalan untuk dapat pahala kan..?"

Kalau ada yang kesal gara-gara kehilangan barang,
"Bagus itu., Siapa tahu kamu kurang sedekah...
Bagus cuma kehilangan barang itu, Kalau Tuhan ambil yang lebih besar bagaimana..?"

Semua bagus...!

Karena semua kejadian terjadi atas izin-Nya dan dihadirkan oleh-Nya untuk kebaikan kita semua.

Kita saja yang seringkali sulit mencari hikmah di balik semua kejadian..

Semua orang pun sesungguhnya baik adanya, karena diciptakan oleh Sang Maha Bagus.

Semua bagus. Semua indah..!

Maaf tulisannya agak panjang ya...!? Sudah selesai bacanya.....??

Bagus itu..!

Sumber : cerita motivasi dan inspirasi

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid, semoga Allah menerima amal ibadah kita. Aamiin_*

Sabtu, 28 Desember 2019

Gerimis Membawa Berkah

Pagi selepas subuh tadi, sesuai rencana saya dan Nova berniat untuk jalan pagi seperti kebiasaan kami kalo libur, entah di rantau maupun di ranah. Biasanya jalan pagi ini kami laksanakan sekitar satu jam-an dengan jarak tempuh relatif antara 3-5 Km, tergantung mood dan persinggahannya.

Setelah semuanya siap, kami meninggalkan rumah. Mama yang masih tidur lagi selepas subuh, tak kami ganggu walau hanya sekedar untuk pamit saja. Takut mengganggu. Dan saya dari dulu juga orang yang paling malas membangunkan orang yang tidur, kecuali atas permintaan. Bagi saya tidur adalah suatu kenikmatan. Mengganggu kenikmatan adakah suatu pelanggaran hidup. Betul, kan? Sejatinya saya juga nggak mau diganggu saat tidur. :)

#####

Dingin pagi ini tak seperti kemarin. Bisa jadi karena berjalan berduaan sehingga ada kehangatan yang mengalir dari sanubari. Jalanan sepi, langit masih gelap, kami susuri perlahan. Hanya penerangan dari teras teras rumah yang menjadi hiasan jalan.

Menjelang surau Sirah, terasa ada tetesan air menerpa wajah dan tangan, perlahan. Saya tanya ke Nova, "Lanjut atau balik? ". Makin lama terasa agak banyak, akhirnya Nova memutuskan,  "Balik aja lah yah? Akan hujan nampaknya".

Akhirnya kami balik langkah, berjalan agak cepat mengiringi cepatnya air yang turun dari langit. Seolah olah kami berpacu dengan gerimis pagi.

Melirik ke sebelah kiri, saya tawarkan untuk mampir aja di rumah ante Upik, yang terlihat terbuka pintu bagian belakang rumahnya dengan cahaya lampu yang terang, sekalian melihat Dhifa yang telah dua malam berturut turut nginap di rumah nenek gurunya ini. Nova menjawab dengan mantap, " Setuju!!!".

Pagar yang terbuka, kami masuki. Pintu depan masih terkunci, salam kami tak berjawab, kami teruskan ke pintu belakang yang terbuka tadi. Terlihat Om Syafe'i lagi makan, sendirian.

"Assalammualaikum", sapa saya. Si Om yang lagi makan, kaget sembari melihat ke pintu menjawab, "Alaikummussalam". Berhenti mengunyah sejenak, mempersilakan masuk. Tak lama kemudian, ante datang, tersenyum melihat kami berdua sudah menarik kursi untuk duduk. Ante menawarkan kopi sebagai minum pagi. Tak bisa saya tolak karena kopi yang ante tawarkan bukan kopi sachet. Tentu rasanya akan beda, karena ini adalah kopi kampung asli. Kopi terbaik yang biasanya ante siapkan buat konsumsi keluarga.

Ada buah sawo dalam dus yang antw tawarkan. "Cobalah, sangat manis", kata ante Pik pada kami. Saya pilih beberapa buah, saya tarok di atas meja, sembari mengambil pisau kecil buat mengupasnya. Benar, buah ini sangat manis sekali. Akhirnya ante menambah beberapa buah lagi melihat Nova sangat enjoy mengupas dan memakannya dengan lahap. Nova memang sangat doyan denga buah buahan, apalagi manis begini. Manisnya sangat baik untuk kesehatan. Fruktosa sangat baik dibandingkan Glukosa untuk usia usia kita yang menjelang kepala lima ini.

#####

Hujan masih menghiasi pagi itu menemani obrolan kami di meja makan tersebut, makin deras. "Ota" kami di meja makan pun makin menjadi sembari makan buah sawo. Ada Nurul Afifi dan Dhifa juga bersama kami.

Banyak hal yang kami ceritakan, tentang perjalanan hidup dan kehidupan. Ada hikmah tentang bagaimana keihklasan dan ketulusan dalam menolong orang lain, ternyata menjadi jalan pembuka rezeki yang Allah tunjukan terhadap salah seorang ibu yang merupakan kenalan dari Om dan ante kami ini.

Bagaimana dengan ketulusan ibu ini menolong seorang jiran dari Malaysia yang terjerat kasus di negeri ini, bisa membuat hubungan mereka akhirnya seperti hubungan saudara sendiri, bahkan lebih.

Ibu ini dan keluarganya beberapa kali diundang ke Malaysia, ditanggung semuanya baik transportasi dan akomodasinya. Persaudaraan yang luar biasanya. Selain itu pihak keluarga yang di Malaysia ini, bila ada koleganya yang ingin berkunjung ke ranah Minang selalu memberikan rekomendasi kepada ibu muda yang baik hati ini. Bisa dikatakan si Ibu yang juga seorang driver ini "tour gudie"-nya tetamunya dari Malaysia. Tentunya ada "side income " yang beliau dapatkan.

Bisa jadi inilah yang disebut dengan pertolongan yang kecil, di saat yang tepat mendatangkan cinta yang besar. Sebuah hikmah cerita kami pagi ini.

Akhir cerita ante dan om mengajak "manangguak" ikan yang ada di kolam samping rumah buat di makan nanti siang. Saya tertarik, karena ikan nya sangat banyak. Namun tak disangka, hanya dengan sekali "tangguak" saja, saya dapatkan ikan yang sangat besar. Ikan Rayo, yang beratnya lebih sekilo. Luar biasa. "Sudah lama ikan besar ini diincar, namun tak jua didapat", kata si Om.

Oleh ante, kami ditahan jangan pulang dahulu. Ternyata dalam waktu yang tak begitu lama, selesai oleh Ante mengolah ikan tersebut. Gulai Ikan. "Gulai Kuniang", begitu disebut di kampung kami ini.

Ditambah dengan dadar tiga butir telor bebek, sayur yang ditumis, samba lado hijau menjadi pengantar makan pagi kami pagi ini. Bukan lagi sekedar sarapan, tetapi benar benar makan besar di pagi ini.

Semuanya segar. Semua bahan diolah dari bahan yang segar dan beberapa sayur ditanam di pekarangan sendiri. Dimakan di saat udara yang juga segar. Sesegar hujan yang sudah mulai mereda.

Barakallah buat Ante Nelti dan Om Syafei.

Kapau, 28 Desember 2019
10.08

Jumat, 27 Desember 2019

SUBUH



Alhamdulillah pagi ini untuk pertama kali saya sengaja melaksanakan sholat subuh di Masjid Jamie' Pandam Basasak Kapau. Biasanya subuh saya laksanakan bila pulang kampung di surau terdekat dengan rumah. Ada dua surau di dua sisi rumah mertua ini, yakni surau Sirah dan surau Luak Tunggang. Tetapi kali ini saya memilih ke mesjid, yang jaraknya memang agak jauh dari rumah. Selain karena waktu yang masih agak lama sebelum adzan masuk, juga karena ingin tahu bagaimana suasana subuh di sana.

Disebabkan jam biologis bangun tetaplah sama, sementara waktu subuh makin mundur di kampung ini, banyak hal yang bisa dilakukan sebelum subuh masuk. Selepas mandi, dinginnya hari membuat saya harus menggunakan jaket. Namun kesegaran membuat saya menjalani semuanya dengan semangat. Melalui aplikasi, saya cek cuaca pagi ini, ternyata suhunya 20 derajat celcius. Suhu yang sangat dingin bagi kami yang terbiasa di rantau, di pulau Jawa sana.

Setelah semuanya dirasakan oke, saya keluarkan motor dari dalam rumah dan buka pagar sembari memanaskan mesin motor, saya pamit sama istri dan mama.

Perlahan motor saya jalankan dengan menikmati lantunan ayat suci al quran yang terdengar dari dua surau. Alunan ayat suci ini makin menguatkan iman saya. Betapa nikmatnya hidup di kampung seperti ini. Betapa ruginya orang orang yang masih bergelumun dengan sarung dan selimut dalam suasana seperti ini. Dalam keheningan dan kesunyian subuh, hati akan ikut tenang mendengar ayat ayat suci yang begitu merdu diperdengarkan dari speaker surau. Iman akan makin mendalam, masuk ke relung kalbu memuji akan karunia yang Dia berikan pada kita.

Dunia bukan lagi tujuan hidup. Dunia hanyalah alat untuk menuju hidup yang hakiki di Jannah-Nya. Di sanalah kampung halaman kita sebenarnya. Di sanalah kelak kita akan dikumpulkan bersama para Nabi dan Rasul serta sahabatnya, orang orang sholeh dan tentunya dengan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang kita harap bisa menatap wajahnya kelak, yang namanya selalu kita sebut dalam setiap sholat kita setelah nama Allah Swt.

Surau Sirah yang saya lewati sudah terang di dalamnya, namun belum ada motor yang terparkir di halamannya. Biasanya selalu ada motor babinsa yang parkir di sana. Seorang aparat TNI yang menjadi jamaah tetapnya, yang juga seorang sumando urang Kapau seperti saya.

Setengah jalan lagi masih tersisa menuju mesjid, saya pacu agak cepat motor Mio yang saya kendarai ini, mengingat jalan yang dilalui makin pekat karena ada rimbunan pohon bambu menjelang persimpangan di ujung jalan. Dingin makin menusuk tulang, menembus jaket yang saya gunakan. Di bawah rimbunan pohon bambu tersebut ada beberapa makam yang terawat baik. Dulu sih katanya angker daerah ini, bahkan kalo saya dan istri dulu melewati jalan ini, istri selalu memalingkan wajah untuk tidak melihat makam makam ini. Dulu, itu dulu ketika awal pernikahan kami.

Tak lama berselang motor pun sudah masuk ke halaman mesjid. Masih lenggang, belum ada motor yang terparkir namun ada satu mobil yang parkir inap sepertinya di dekat menara mesjid.

Mesjid yang terang benderang di dalam nya menyambut kehadiran saya. Suasana hangat di dalamnya terasa ketika kaki ini menapak. Ada empat atau lima orang jamaah perempuan di dalamnya. Sementara jamaah laki lakinya belum terlihat.

Masih ada waktu menjelang subuh, saya perbanyak melakukan sholat sunnah. Satu per satu terdengar langkah jamaah bertambah memasuki mesjid. Setelah selesai sholat sunnah, saya ambil duduk di pojok mengenang bahwa di sini, 18 tahun lalu aqad nikah yang saya lakukan. Saya ambil sudut gambar sembari membayangkan bahwa di sini dulu banyak sanak family yang menjadi saksi pernikahan yang kami jalani. Lintasan waktu begitu cepat berlalu. Ada yang tumbuh berkembang, ada juga diantara mereka sudah berpulang. Berpulang kehadiratNya, termasuk mertua laki laki saya dan seorang mamak yang mengantarkan dan membantu sejak proses lamaran saya dahulu.

Banyak hal terbayang, menyebabkan saya makin bersyukur atas apa yang terlewati. Yakin saya makin mantap, dengan bersyukur saya yakin Allah akan menambahkan segala nikmat yang ada. Ada anak anak sholeh dan sholehah yang akan mengikuti kelak di masa masa yang akan datang. Itulah harapan. Harapan saya dan istri tercinta. Harapan dari keluarga besar kami semuanya. Anak anak kami inilah tumpuan kami kelak.

Adzan berkumandang, jamaah makin rame datang. Sholat sunnah dua rakaat banyak dilakukan oleh para jamaah. Sholat sunnah yang lebih besar nilainya dari dunia dan seisinya. Begitulah Allah memberi pahalanya. Sholat sunnah saja sudah begitu bernilai, apalagi dengan sholat subuh yang Allah wajibkan hukumnya bagi setiap seorang muslim. Maka begitu ruginya orang orang yang meninggalkan saat saat subuh seperti ini. Rugi, rugi besar!!!

Iqomah dilantunkan oleh sang bilal menandakan jamaah bersiap siap untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Subuh, waktu subuh yang sangat berharga. Waktu subuh yang sebenarnya sangat sehat dan menyehatkan bagi orang orang yang berfikir.

Selamat menunaikan dan membiasakan sholat subuh berjamaah ya.

Kapau, 27 Desember 2019
7.48 WIB.

Selasa, 24 Desember 2019

Kuliner Minang di Pasar Atas Sarolangun

Setelah selesai menunaikan ibadah sholat jamak maghrin dan isya, kami cari Kuliner di pasar ateh Sarolangun. Alhamdulillah dominan kuliner minang di sini, sate dan soto khas Padang, berjejer selain Rumah Makan tentunya. Umumnya pedagang disini berasal dari Pariman.

Selera kalo safar agak susah beralih selagi masih ada masakan Padang. Selain ingin mencicipi kulinernya tentu "maota" nya juga penting. Karena dari sini banyak sharing pengalaman yang didapat tentang hikmah nya merantau urang awak.

Bahkan yg jualan kuliner soto dan sate padang yg saya temui ini adalah kakak beradik, masing masing mengelola "lapak"nya sendiri meski berdekatan tempat. Sementara ayah mereka punya "lapak" lainnya yg tak jauh dari mereka ini. Mereka berdua ini masih muda, tetapi sudah punya usaha sendiri yang dididik dan dilatih oleh ayahnya sendiri.

Bahasa Padang mereka masih asli, tidak tereduksi.

Dari obrolan ternyata ada juga yg menjual nasi goreng Padang dengan aneka kuliner minang lainnya di salah satu ruko. Tetapi bagi saya yg sangat menarik adalah teh telurnya. Sesuatu yg jarang dilewatkan kalo kuliner ataupun safar ke ranah minang. Luar biasa nikmat teh telurnya. Uenak banget, tehnya sangat terasa, bukan SKMnya.

Ternyata betullah itu :
Padang = PAndai DAgaNG

Saya aja yg belum. Belum memulai sepenuhnya untuk berdagang.


Minggu, 22 Desember 2019

Hikmah: Belajar Dari Tukang Ketoprak

*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

_Semangat Subuh_


Pulang Kantor, mampir dulu beli titipan orang rumah, Kali ini dititipin ketoprak.

Akhirnya ketemu gerobak ketoprak ,
kok ini gerobaknya kosong ga ada orang yang jaga.

"Pak, ini tukangnya mana Pak? "
tanyaku ke tukang cucur disebelahnya.

"Oh, lagi sholat maghrib Pak. Dah dari tadi, bentar lagi datang" , jawabnya.

Sehubungan ini pesenan orang rumah,
terpaksalah menunggu agak lama,
kalo untuk diri sendiri mah sudah saya tinggal langsung.

Sedikit terlintas dalam hati, betapa banyak potensi pembeli yang akan hilang, kalo ditinggal lama begini.

Tak berapa lama datanglah tukang
ketoprak tersebut,
"Beli ketoprak Pak satu". Ucapku.
Entah mengapa, tiba2 berubah pikiran,
" dua deh Pak".

Kemudian datanglah beberapa orang yang antri ingin beli ketoprak. Entah darimana mereka, tadi saya menunggu sendiri ga ada orang lain, tiba2 mereka datang memesan ketoprak .

Masyaallah, tidak sedikit pedagang
yang rela meninggalkan sholat demi menjaga dagangannya yang belum tentu ada orang beli. Apalagi jika pelanggan sedang ramai. Atau mungkin pegawai2 kantoran, rela menunda2 sholat bahkan meninggalkan sholat hanya karena
alasan sibuk kerja, meeting dan lain sebagainya. Mereka (dan juga kita) seakan lupa kalo Allah lah yang mengatur rezeki.

Tukang ketoprak ini, dengan yakinnya meninggalkan jualannya tuk sholat,
seakan2 ia lari meninggalkan rezekinya, sekembalinya dari sholat ternyata rezeki datang bak lebah
mengerumuni bunga. Bahkan Allahpun
menggerakkan hati saya sendiri untuk
membeli lebih dari yang seharusnya.

Sungguh benar perkataanmu wahai
Nabiku,
ﻟﻮ ﺃﻥ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻫﺮﺏ ﻣﻦ ﺭﺯﻗﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﻬﺮﺏ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻷﺩﺭﻛﻪ ﺭﺯﻗﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﺪﺭﻛﻪ ﺍﻟﻤﻮﺕ
“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.”
( HR Ibnu Hibban No. 1084. Hadits
hasan dalam Silsilah al-Ahadiits no. 952.)

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu bertakwa, yang selalu mengutamakanNya di atas dunia & seisinya.

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid, semoga Allah menerima amal ibadah kita. Aamiin_*

Selasa, 17 Desember 2019

Hikmah: Romantis itu.......

ROMANTIS

Dalam sebuah majelis ta'lim, seorang ibu muda bertanya kepada sang ustadz, "Ustadz, bagaimana Islam menjelaskan ttg Romantisme dlm rumah tangga..?"

Sambil tersenyum ustadz itu menjelaskan...

Romantis itu…
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang suami terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan isterinya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ tahajjud.

Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat shalat fajar, sebelum melaksanakan shalat shubuh berjamaah. Maka ia pun menjadi pemenang; lebih baik dari dunia dan seisinya.

Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja ya sayang… kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yg tidak halal”

Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Alloh, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah darimu.”

Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dgn menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.

Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dgn wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang...

*****
Saudara-riku tercinta...
Mari kita pupuk romantisme dlm rumah tangga kita... hingga tumbuh sakinah yang berbuah mawaddah wa rahmah...

Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrata a'yun waj'alnaa lil muttaqiina imaama...
💜💖💗💓💝

161216

Sebuah tulisan di fb saya 3th yg lalu.

Jumat, 13 Desember 2019

Hikmah: Kisah Segelas Susu


Kisah nyata ini membuat
bergetar hati.

Suatu hari, anak seorang lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di kantongnya hanya tersisa beberapa sen uang dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari
rumah berikutnya.
Akan tetapi,
anak tsb. kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah.
Anak itu tidak jadi meminta makanan, dia
hanya berani meminta segelas air.
Wanita muda tersebut melihat dan berpikir, bahwa anak lelaki
tersebut pasti lapar, oleh karena itu, dia membawakan segelas susu, dan anak lelaki tsb.
meminumnya dengan lambat.

Kemudian dia bertanya : Berapa aku harus membayar untuk
segelas susu ini ?

Wanita itu menjawab : Kamu tidak perlu bayar apapun. Ibu kami mengajarkan tidak menerima bayaran untuk kebaikan, ”kata wanita itu menambahkan.
Kemudian anak lelaki itu
menghabiskan susunya dan berkata :
Dari dalam hatiku, aku
sangat berterima kasih kepada Anda”.
Sekian tahun kemudian, wanita tersebut mengalami sakit yang sangat serius.
Para dokter di kotanya sudah tidak sanggup menanganinya.
Akhirnya, mereka mengirimnya ke kota besar dimana ada dokter
spesialis yang mampu
menangani penyakitnya yang langka tersebut.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Saat beliau mendengar kota asal wanita tsb, terbersit seberkas pancaran aneh pada matanya.
Beliau segera bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit
menuju kamar wanita
tsb.
Dengan berpakaian jubah
kedokteran, dia menemui wanita itu.
Dia langsung mengenali wanita itu dengan sekali pandang.
Kemudian, dia kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik
untuk menyelamatkan nyawa wanita itu.
Mulai hari itu, dia selalu
memberikan perhatian khusus untuk kasus wanita tersebut.
Setelah melalui perjuangan yang
panjang, akhirnya diperoleh kemenangan.
Wanita itu sembuh !

Kemudian, dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit
untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan wanita itu kepadanya.
Dr. Kelly melihatnya dan
menulis sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, lalu
mengirimkannya ke kamar pasien wanita tsb.
Wanita itu sangat gelisah sewaktu akan membuka tagihan tersebut.
Dia sangat khawatir, tidak akan mampu membayar tagihannya, sekalipun harus dicicil seumur hidupnya.
Akhirnya, dia memberanikan diri
untuk membuka tagihan tsb. Ternyata pada pojok atas lembar tagihan tsb, ada tulisan yang menarik perhatiannya, dibacanya tulisan yang berbunyi :
TELAH DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU !!!

Tertanda : Dr. Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan
membanjiri mata wanita itu.
Dia berdoa :
Ya Tuhan, terima kasih, bahwa cintaMu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.

Terkadang kebaikan dimasa lalu dapat menyelesaikan masalah kita dimasa yang akan datang.

Anda tau siapa dokter itu ?
Dialah anak penjual asongan yang pernah diberinya segelas susu.

Ya Tuhan
Mudahkanlah urusan orang yang membaca status ini.
Dekatkanlah rejekinya, sehatkanlah jiwa raganya untuk sahabat kami yang mau nge like dan nge share status ini . . .
Sekarang Anda mempunyai 3 pilihan :
1. Anda;
aku akan biarkan tulisan ini tetap di sini saja.

2. Malaikat;
ingatkan pada teman yang anda kenal, sebarkanlah !

3. Setan ;
Tidak usah penat2 dan sibuk-sibuk menyebarkan tulisan ini. Biarkan saja di sini kalau boleh hapus/tutup saja. Mereka tidak perlu membaca tulisan ini.

🍃 Silahkan dishare, mungkin bisa bermanfaat buat yang membacanya. Kalo pelit disimpen sendiri juga nggak apa-apa 😊😭😭😭
🕋

Rabu, 11 Desember 2019

Kisah Inspiratif: WASIAT

SEORANG LELAKI ARAB MENIKAH SIRRI DENGAN WANITA PHILIPINA

Sahabat sholehku,

Kisah di bawah ini semoga  menginsipirasimu akan kebaikan....

Ketika seorang bapak merasakan dekatnya ajal, dia memanggil anak anaknya untuk mendengarkan WASIAT.

Dia berkata kepada anaknya yang paling besar : "Anakku, Aku telah menikah sirri dan ibu tirimu itu di luar negeri yaitu di Philipina dan ini alamatnya di propinsi Islam ( mungkin Moro- pen). Tolong menjadi perhatianmu wahai anakku".

Meninggallah sang bapak, lalu anak-anak nya menghadap hakim untuk pembagian harta warisan. Sang anak sulung sangat memperhatikan wasiat bapaknya dan ia pun memberitahu sang hakim tentang wasiat itu, lalu hakim menghentikan sementara pembagian harta warisan sampai dihadirkan istri sirri itu di depan hakim bersama mereka.

Anak sulung itu akhirnya pergi ke Philipina dan setelah mencari alamat itu, ia menemukan rumah ibu tirinya; sebuah rumah yg sangat sederhana, bahkan di bawah rata-rata rumah penduduk. Dia mengetuk pintu dan keluarlah seorang wanita berhijab, lalu anak sulung itu memperkenalkan diri.

Sang ibu tiri pun berkata : "Aku adalah istri bapakmu dan telah sampai kepadaku berita kematian suamiku, semoga Allah merahmati nya! ".

Anak sulung itu berkata : "ibu wajib hadir dihadapan hakim di Riyadh".

Selesailah persiapan safar ke Riyadh, berangkatlah mereka dan sesampainya di sana mereka langsung menghadap hakim dan ibu pun mendapatkan warisan kira2 SR. 800. 000, - (kira2 Rp. 2,5 Miliar). lalu ia minta kepada anak tirinya untuk mengantarkannya ke Makkah untuk melaksanakan Umroh. Setelah umroh ia pun kembali ke Philipina via Jeddah.

4 tahun kemudian, si anak sulung kangen sama ibunya yg di Philipina itu, lalu ia pun safar ke sana. Ketika dia sampai dia tidak melihat perubahan apa pun pada rumah ibu tirinya itu, persis seperti apa yang ia lihat 4 tahun yang lalu.

Sang anak pun bertanya tentang harta warisan yang telah diterima ibu itu.

Ibu berkata: "Ayo ikut aku !" lalu mereka pergi ke pusat kota, lalu mereka berdiri di depan sebuah gedung Islamic Centre yg menyelenggarakan Tahfizh Al-Qur'an, pendidikan dan urusan anak yatim.

Sang ibu berkata : "Angkatlah kepalamu, dan baca nama Islamic Centre!". Ternyata Islamic Centre itu di beri nama dengan nama bapak anak itu !

Ibu itu mengatakan : "Aku beri nama Islamic Centre itu dengan nama bapakmu, aku waqafkan semuanya sebagai sodaqah jariyah untuk bapakmu !".

Menangislah anak itu dan merasa sangat hina disebabkan kemuliaan akhlaq ibu tirinya itu dan kebaikannya kepada bapaknya.

Ia pun kembali ke Riyadh, setibanya di sana ia kumpulkan saudara saudaranya malam hari ketibaannya; seketika itu juga, sebelum berakhir malam itu mereka telah berhasil mengumpulkan kan uang sebesar 5 juta Riyal untuk melakukan proyek kebaikan untuk bapak mereka.

Sahabat,

Inilah seorang wanita sholehah yang telah mengajarkan mereka kebaikan dan cinta akhirat melebihi kecintaan terhadap dunia.
Sebaik-baiknya wanita muslimah dan isteri sholehah.

Bersabda Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam :

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah"
(HR. Muslim no 1467)

Yuk berdoa :
"Ya Alloh, karuniakanlah kami cinta kepadaMu, cinta kepada orang-orang yang mencintaiMu dan cinta kepada amal-amal yang mendekatkan kami kepada cintaMu".

Salam bahagia,
Taman para pencintaNya. 🌹🙏🏻

Note :
(kisah diatas diterjemahkan secara bebas oleh : Zul Asri Rusli, Pembina Islamic Centre Al- Mukhtar, penyelenggara pondok tahfizh gratis di Philipina)
🌹🌹🙏🏼🙏🏼

Hikmah; Tanamlah kebaikan dan kejujuran

Kalau ingin menangkap ayam, jangan dikejar, nanti akan lelah dan ayam pun makin menjauh. Berikanlah ia beras dan makanan, nanti dengan mudah ia datang sendiri.

Melangkahlah dengan baik, jangan terlalu kencang mengejar, ngotot memburu, nanti akan lelah tanpa hasil.  Keluarkanlah sedekah, nanti rezeki akan datang menghampir tepat waktu.

Kalau ingin memelihara kupu-kupu, jangan tangkap kupu-kupunya,
pasti ia akan terbang.

Tanamlah bunga​
maka kupu-kupu
akan datang sendiri
dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah.

Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang,
kawanan yang lain juga datang.
Lebah, capung.
dan lainnya,
juga akan datang
menambah warna warni keindahan.​

​Ketika  menginginkan​
kebahagiaan dan keberuntungan, tanamkan kebaikan demi kebaikan, kejujuran demi kejujuran, maka kebahagiaan dan keberuntungan akan datang sebagai anugerah.

Selagi masih diberi hidup,​
mari membangun taman-taman bunga. Bunga kebajikan dan bunga kejujuran.

Selasa, 10 Desember 2019

Kisah Inspiratif: Pedagang Donat

Kisah Inspirasi



Tukang donat ini tiba-tiba saja didepan saya. Langsung berkata "donat gratis pak.... bu...., halal... halal....."
Dalam sekejap donat ini habis terbagi kepada jamaah aksi 212 yang melaluinya. Setiap jamaah yang mendapat donat gratis nampak kagum dengan keikhlasan sang penjual donat.
Namun saya amati setiap kali menerima donat para jamaah melesakkan sesuatu ke saku celana sang penjual donat.
Saya mendekati si abang yang merapikan kotak dagangan sambil menghitung uang yang dia terima dari "paksaan" jamaah yang diberi donat secara cuma-cuma. Matanya tampak berkaca-kaca menghitung lembaran uang yang rata-rata adalah pecahan seratus ribu dan beberapa lima puluh ribuan.

"Ya Allah, dua juta seratus", ucapnya lirih.

Saya tertegun melihat hidangan pertunjukkan Allah yang luar biasa. Satu orang pedagang donat keliling yang pasti secara ekonomi bukan dalam kategori berkecukupan, memiliki keikhlasan yang luar biasa.
Allah mempertemukannya dengan orang-orang baik yang mudah sekali bersedekah.
Pedagang donat yang sehari-hari berdagang donat di monas dengan nilai dagangan tidak lebih  dari dua ratus ribu mendapatkan uang lebih dari dua juta hari ini.
"Berbagi tak harus menunggu Lapang"

_"Orang Baik bertemu Orang Baik"_
2 Desember 2019

Senin, 09 Desember 2019

Penembakan di Masjid Christchurch New Zealand

LINDWOOD PAGI ITU

"Ayah!!! Ayo cepat. Nanti kita ketinggalan khutbah Jum' at". Seru anak laki-lakiku. Aku masih merapikan kaos kaki yang sedang kupakai.

Anakku, Omar usianya 6 tahun. Masya Allah, semangatnya selalu membara sejak pertama kukenalkan masjid kepadanya. Ia adalah doa-doa yang diijabah Allah kepadaku, ketika ibunya mengandungnya maka harapanku kelak ia menjadi generasi rabbani.

Kami baru saja pindah ke daerah ini karena mutasi pekerjaan. Pertama menjajakkan kaki langsung kucari dimana masjid berada, karena keyakinanku masjid merupakan tempat kesejahteraan dimana ukhuwah terjalin sangat erat disana dan segala kegiatan dilakukan mulai dari tarbiyah sampai kegiatan sosial untuk kaum duafa.

Omar menggandeng tanganku berjalan menuju mobil yang akan kami kendarai menuju masjid untuk menunaikan sholat Jum' at pagi ini. Ia selalu menyemangatiku untuk datang lebih awal. Dari video-video ceramah ustadz-ustadz baik itu dari negaraku maupun dari negara istriku yang kami selalu tonton bersama saat aku pulang kerja. Ya, istriku seorang kewarganegaraan Paman Sam. Ia mengenal Islam sebelum menikah denganku tetapi baru berpindah agama ketika aku mengkhitbahnya.

Beberapa menit kemudian kami sampai di masjid, kulihat beberapa jamaah sedang memarkirkan mobil mereka dan sebagian lain sudah memasuki ruang sholat. Omar langsung berlari ke dalam, menyalami beberapa jamaah sepuh sambil menebar senyum. Layaknya anak-anak, ia pun mulai aktif berlari kesana kemari di sekitaran tempat sholat.

"Run out Brother, safe your self!!!!". Sontak aku kaget mendengar teriakan salah satu jamaah dari arah luar. Segera kututup mushafku. Langsung kucari anakku. Omar berlari kearahku dengan muka ketakutan mendengar teriakan beberapa jamaah.

Suara tembakan membabi buta, para jamaah kocar-kacir mencari tempat persembunyian. Beberapa di dekatku ada yang menyembunyikan diri dibalik mimbar khatib, bersembunyi di tembok. Ku dekap Omar dengan erat, jantungnya bertalu sangat cepat. Suasana sangat mencekam. Seorang kawan pengajian berlari kearahku lalu terjatuh saat tembakan itu menghujani tubuhnya. Segera kudekap Omar, kulindungi ia dengan punggungku.

Allah, apakah ini takdir hidupku?, Hasbunallah wa nikmal wakil, la hawla wala quwatta illah billah, La illah ha ilallah. Tak henti aku dengungkan dzikir kepadaNya. Aku berlindung kepadaMu, lindungi anak kami Ya Allah. Peluru itu menghujam tubuhku.

Derai airmatanya tak berhenti diikuti sesenggukan suara tangis. Kusandikan ibu jariku didepan bibirnya tanda untuk diam. Ia pun menuruti kataku. Namun tetap saja airmata berjatuhan dari kedua matanya. Raut mukanya menunjukkan rona ketakutan.

"Omar kuat, you are an excellent boy". Bisikku ditelinganya. Ia mengangguk.

"Ayah sakit?". Ia memeluk erat tubuhku.

"Sstt"

Suara tembakan masih berdengung dari arah jalan masuk, pria bersenjata itu kembali berjalan disisi kami, menembaki lagi mereka yang sudah tergeletak tak berdaya.

Lagi, beberapa peluru menyasar ke arahku dan anakku, aku lihat kakinya terkena tembakan, pecah teriaknya menggema di seluruh area sholat tempat kami bersimpuh.

Pria bersenjata itu mengumpati kami yang sudah menjadi korbanya, mengumpati agama kami, dan mengumpati seluruh isi masjid. Suaranya semakin menjauh, namun deru tembakannya masih terdengar.

Tuhan, jika hari ini Engkau jemput kami, wafatkan kami dalam keadaan Engkau ridho kepada kami, ridho kepada amalan semua jamaah di masjid ini. Aku teringat bayangan istriku yang tengah menyiapkan makan siang, siang ini kami akan berkunjung ke salah satu rumah kawan sekampung halamanku.

Kupeluk erat lagi Omar. Tangisnya mereda, aku tahu ia kesakitan. Nafasku mulai sesak, pandanganku mulai membayangkan indahnya kampung halaman, semerbak wangi rumput di pagi hari, kenangan surau tempat kami mengaji, belum sempat aku membawa Omar menikmati keindahan alam itu, mengajaknya berlari di pematang sawah tempat masa kecilku. Aku terlelap.

"Ayah... Ayah... wake up!". Omar menepuk-nepuk pipiku, kurasakan ia menggoyang tubuhku. Aku tersadar, perlahan kutelentangkan tubuh penuh lubang dan darah, nafasku masih tercekat.

Aku harus kuat demi anakku dan keluargaku.

"Ayah". Omar bersimpuh didadaku, gerakannya terbatas, airmatanya tumpah lagi.

"Omar sayang, kamu tahu 'nak kenapa ayah memberi namamu dengan salah satu sahabat utama, Ayah tahu kau adalah anak yang kuat, ayah tahu kau adalah anak yang tidak pernah patah semangat, ayah tahu kau adalah sebaik-baik amanah yang Allah titipkan kepada ayah dan ibumu. Omar, jangan takut dan jangan khawatir, ada Allah sebaik-baik penjagaan, ada Allah sebaik-baik tempat berlindung".

"Yuk lafadzkan Hasbunallah wa nikmal wakil, La hawla wala quwatta illah billah". Bibir mungilnya mengeja perlahan mengikutiku. Pelan-lahan hingga airmata kami tumpah.

Aku teringat istriku di rumah. Segera kurogoh telepon pintar dari saku celanaku, kukesampingkan rasa sakit yang begitu kuat, nafasku satu-satu. Omar masih memeluk dadaku melafadzkan dzikir. Ia lebih tak berdaya dengan luka tembak di punggung dan kakinya.

Orang-orang mulai berdatangan, beberapa jamaah masjid yang kukenal berusaha menolong kami, Omar diambilnya untuk dibawa ke ambulan agar segera dilarikan ke rumah sakit.
Sebelumnya kubisikkan kembali di telinganya.

"Omar anak baik, Omar anak yang kuat, jaga ibumu 'nak, hormatilah ia, jadilah imam yang baik dalam keluarga kita"

"Ayah, aku tidak mau jauh darimu, Ayah!!!!"

"Kita akan ketemu lagi anakku". Kataku untuk yang terakhir sebelum kami dipisahkan oleh petugas kesehatan.

Lubang didadaku semakin mendesak nafasku, kulihat telapak tanganku mulai memucat, nafasku tercekat di tenggorokan, mataku sudah tak dapat melihat langit-langit masjid ini, pandangaku memutih, masih kudengar panggilan petugas kesehatan, namun raga ini tak sanggup merespon mereka.

--------------------

Terinspirasi dari kisah nyata, Jum' at 15 Maret 2019 menjelang Khutbah Sholat Jum' at Masjid Linwood, Christchurch, New Zealand.

https://www.nahimunkar.org/putra-minang-itu-selamat-alhamdulillah/?fbclid=IwAR3x84ce3syvoUBQldhd2YFNLNrYHSV5soQZ9WxekhhpNov2iI1myuIe5Ns

Jumat, 06 Desember 2019

Hikmah: Kisah Katak Saat Turun Hujan

_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_





Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.
"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.

Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut."Anakku," ucap sang induk kemudian."Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakanmulai berterbangan.
Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin.
Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan.

Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan."Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.
Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya.

Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!"ucapnya sambil terus memejamkan mata."Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir.
Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah.
Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencobamendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!

*RENUNGAN TUK JADI PELAJARAN:*

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan.
Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu.
Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan.
Tidak disegarkan dengan wewangian harum.
Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.
Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan.

Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.
jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi.
Karena hujan yang ditunggu, pasti akan datang.
Bersama kesukaran ada kemudahan.


*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

Sumber: www.sejenakpagi.info


Kamis, 05 Desember 2019

Kuliner: RM Nasi Kapau Salero Uda

Rabu sore selepas rehat sejenak di rumah, saya mengajak istri dan Dhifa untuk sekedar jalan jalan sore, syukur syukur bisa makan mie ayam di jalan H. Mencong tempat favorit kami saat ini. Entah kenapa sore itu, sejak motor meninggalkan British School Jakarta sektor IX Bintaro Jaya hingga sampai ke rumah perut terasa lapar, padahal makan siang tadi masih normal, nggak kurang dari biasanya.

Kebetulan di rumah masih tersisa dua buah pisang, lumayan berpindah ke dalam lambung sekadar pengisi perut yang berdendang. Tawaran jalan jalan sore bersambut dan kami pun bermotor ria menuju jalan ke jalan raya H. Mencong.

Santai saja diperjalanan karena jaraknya yang dekat dari rumah. Tak lama berselang, sesampai di jalan raya, kami belok kiri. Biasanya akan langsung berhenti di depan 'gerobak' mie ayam yang kami tuju. Tetapi mata ini menatap kosong, karena si abang mie ayam tak ada di tempat. Gerobaknya kosong. Yang ada hanya penjual juice dan es buah, posisinya berdampingan dengan tukang mie ayam pinggir jalan ini. Hmmm

Tak jadi berhenti disini, sambil berdiskusi motor tetap melaju ke pertigaan lampu merah portal Ciledug. Dalam diskusi ringan itu, akhirnya kami bersepakat untuk mampir di rumah makan Nasi Kapau Salero Uda, yang kami lihat beberapa hari lalu. Sebagai orang Kapau, tentu istri pengen tahu siapa pemiliknya, bagaimana cita rasanya. Penasaran tentunya.

Memang sebelumnya itu adalah rumah makan Sederhana yang tiba tiba tanpa kami sadari sudah tutup. Pernah pesan nasi bungkus di sini, tetapi belum pernah makan di tempat. Soal rasa, biasa biasa sajalah, tidak terlalu istimewa di lidah kami, namun soal harga sesuai standar RM Sederhana lainnya.

Pas di pertigaan lampu merah, motor langsung saya arahkan ke kanan, menuju parkiran. Turun dari motor, karyawannya langsung membukakan pintu buat Nova dan Dhifa. Mata mereka langsung tertuju ke deretan lauk yang terpajang di depan mata, setelah pintu terbuka. Susunan lauk pauknya ini persis seperti khasnya nasi Kapau. Namun disini lebih dingin suasananya karena ruangannya ber-AC, namun masakan yg tersusun ini hangat karena ada "kompor" kecil di bawahnya.

Saya yang menyusul di belakang, merasakan keramahan dari para karyawan yang ada. Dari sambutan di depan pintu yang dibukakan, disapa dengan hangat dan senyuman. Dan ketika kita menghampiri lauk pauk ini, baru sekedar melihat lihat saja, seporsi nasi berikut daun singkongnya sudah diulurkan ke tangan kita di atas piring putih yang lumayan lebar. Luar biasa.

Memang sore itu hanya kami bertiga yang ada sebagai pembelinya. Dan inilah saat yang tepat bagi saya untuk mencoba "bertanya" lebih lanjut kepada mereka mereka ini. Mumpung sepi, tentu bebas bagi saya untuk memperhatikan satu per satu "samba" yang terhidang, melihat segala sudut rumah makan ini. Hmmm, begitu cepat lintasan pikiran yang ada saat menerima sepiring nasi dari karyawan yang bertugas di bagian dalam, terkurung oleh segala lauk di sekelilingnya.

Berbeda dengan nasi Kapau di Los Lambuang Bukittinggi, kalo di sini kita pilih sendiri, ambil sendiri apa yang kita inginkan, bukan diambilkan dengan sendok kayu yang panjang. Di sini semuanya bisa dijangkau. Dan yang lebih penting lagi semua harganya terjangkau. Hehehee, kalo tak percaya lihat photo yang saya tampilkan ya....

Saya memilih ikan bakar dengan sayur kapaunya, Dhifa dengan ayam gorengnya dan Nova dengan " Ikan asam padeh" nya. Olahan daging, belum menjadi pilihan utama sore itu. Mestinya kan harus dicoba dahulu gulai tunjangnya, gajebonya, ususnya ya? Hehehe.

Setelah diambil lauk yang diminati, baru kita setor ke kasir. Kasir akan mencatatnya sementara waktu atas apa yang kita pilih.

Ketika sudah sampai di meja makan, Nova dan Dhifa langsung makan. Saya mengambil kesempatan untuk meliput segalanya dengan video yang ada, hingga ke bagian luar rumah makan ini. Insting saya sudah menyatakan bahwa rumah makan ini layak untuk direview, diviralkan.

Entah sengaja atau sudah standar pelayanan, saya selalu didampingi oleh karyawan yang ada. Saya disapa  dan dilayani dengan baik atas apa yang saya tanyakan. Saya diantarkan ke beberapa tempat dengan kesigapan mereka membukakan pintu, baik dari depan hingga bagian belakang ke kamar WC maupun musholanya. Dan itu saya apresiasi.

Dari obrolan dengan mereka ini baru saya tahu bahwa pemiliknya adalah pak Wahyu, salah seorang anak dari pak H. Bustaman "owner" RM Sederhana grup. Anaknya ini banting stir, setelah RM Sederhana yang ada ini tak menunjukan kemajuan yang berarti. Merubah haluan, berarti merubah image, merubah segalanya, termasuk harga. Dan yang lebih penting adalah melepaskan diri dari "franchise" RM Sederhana.

Makanya mereka berani dengan harga yang lebih rendah daripada harga RM Sederhana. Mereka berani memampangkan harga dari setiap lauk alias menu yang ada di sini. Dan untuk rumah makan Kapau, ini adalah suatu terobosan baru. Sehingga menurut saya ini adalah "fairness" antara pembeli dan pemilik rumah makan, khususnya yang berlabel Nasi Kapau, yang dalam katagorinya selalu harganya di atas rata rata rumah makan lainnya.

Dengan makan bertiga kami di atas, seporsi "sayua pucuak ubi" plus teh telur saya dan jus mangga buat Dhifa harga yang kami bayarkan hanyala 81.000,- rupiah saja. Sangat terjangkau menurut kami, tidak mahal.

#####

Yang menjadi catatan saya adalah sebagai berikut:

  • Sedang trend saat ini di Jakarta dan sekitarnya RM Nasi Kapau dengan mengambil setting-an ala Nasi Kapau di Los Lambuang Bukittinggi. Selain RM ini, ada RM Nasi Kapau Cik Man dan RM Nasi Kapau Sutan Mangkuto yang kedua nya  ada di kawasan Bintaro, Alam Sutra dsb.
  • RM Nasi Kapau yang seperti ini, pemiliknya belum tentu orang Kapau Asli. RM Nasi Kapau Cik Man pemiliknya adalah orang Palembang Sumsel, sedangkan RM Nasi Kapau Salero Uda adalah orang Lintau.
  • Ada trend baru seperti yang dilakukan oleh RM Nasi Kapau Salero Uda ini dengan menyampaikan daftar harga di brosur dan di spanduk yang ada. Ini adalah terobosan baru dalam menyambut pasar online yang sedang menjamur saat ini di berbagai kota kota besar, sehingga para pelanggan tak mesti hadir ke rumah makan tersebut. Begitu juga tentu ada keuntungan tersendiri bagi pemilik, karena segmen pasar akan semakin luas, tak perlu investasi tempat yang besar, dsb.


Bintaro Jaya, 5 Desember 2019.

Bagi yang ingin melihat video rekaman saya bisa klik link dibawah ini:


Rabu, 04 Desember 2019

Nasi Kapau Salero Uda

Rabu sore selepas rehat sejenak di rumah, saya mengajak istri dan Dhifa untuk sekedar jalan jalan sore, syukur syukur bisa makan mie ayam di jalan H. Mencong tempat favorit kami saat ini. Entah kenapa sore itu, sejak motor meninggalkan British School Jakarta sektor IX Bintaro Jaya hingga sampai ke rumah perut terasa lapar, padahal makan siang tadi masih normal, nggak kurang dari biasanya.
Kebetulan di rumah masih tersisa dua buah pisang, lumayan berpindah ke dalam lambung sekadar pengisi perut yang berdendang. Tawaran jalan jalan sore bersambut dan kami pun bermotor ria menuju jalan ke jalan raya H. Mencong.
Santai saja diperjalanan karena jaraknya yang dekat dari rumah, istri bercerita tentang kakak Dhila yang tadi menelpon. Bertanya tentang kapan akan dikunjungi, bercerita tentang kesibukannya saat ini dan ditutup dengan nasehat sang bunda untuk putri tercintanya yang sebentar lagi akan memasuki masa karantina.
Masa karantina adalah "masa pendalaman materi" selama hampir enam tahun belajar di Pondok, dimana mereka para santri ini terlepas dari segala aktifitas pondok. Masa karantina ini selama hampir tiga bulan. Semua aktivitas pondok sudah berpindah tanggungjawab kepada santri kelas lima. Mereka, santri kelas enam ini hanya fokus belajar, belajar dan belajar. Semua ilmu yang didapat akan diujikan baik tertulis, lisan maupun prakteknya. Makanya akhir akhir ini sang kakak sering menelpon, butuh "nutrisi, injeksi dan amunisi" dari kami selaku orangtuanya. Alhamdulillah selalu saja ada keceriaan di setiap ujung pembicaraan.
Doa yang tak putus putus selalu dia mintakan. Dan itu yang membahagiakan kami. Itu pula yang selalu didengar oleh si bungsu, menjadi pemicu ingin bisa seperti kakaknya. Dan hampir di setiap cerita cerita begini, Dhifa selalu mendengarkan dengan seksama, bertanya apabila ada yang kadang dia kurang paham. Ini pula rupanya yang jadi pengikat bathin antara mereka.

#####
Tak lama berselang, sesampai di jalan raya, kami belok kiri. Biasanya akan langsung berhenti di depan 'gerobak' mie ayam yang kami tuju. Tetapi mata ini menatap kosong, karena si abang mie ayam tak ada di tempat. Gerobaknya kosong. Yang ada hanya penjual juice dan es buah, posisinya berdampingan dengan tukang mie ayam pinggir jalan ini. Hmmm
Tak jadi berhenti disini, sambil berdiskusi motor tetap melaju ke pertigaan lampu merah portal Ciledug. Dalam diskusi ringan itu, akhirnya kami bersepakat untuk mampir di rumah makan Kapau Salero Uda, yang kami lihat beberapa hari lalu. Sebagai orang Kapau, tentu istri pengen tahu siapa pemiliknya, bagaimana cita rasanya. Penasaran tentunya.
Memang sebelumnya itu adalah rumah makan Sederhana yang tiba tiba tanpa kami sadari sudah tutup. Pernah pesan nasi bungkus di sini, tetapi belum pernah makan di tempat. Soal rasa, biasa biasa sajalah, tidak terlalu istimewa di lidah kami, namun soal harga sesuai standar RM Sederhana lainnya.

Pas di pertigaan lampu merah, motor langsung saya arahkan ke kanan, menuju parkiran. Turun dari motor, karyawannya langsung membukakan pintu buat Nova dan Dhifa. Mata mereka langsung tertuju ke deretan lauk yang terpajang di depan mata, setelah pintu terbuka. Susunan lauk pauknya ini persis seperti khasnya nasi Kapau. Namun disini lebih dingin suasananya karena ruangannya ber-AC, namun masakan yg tersusun ini hangat karena ada "kompor" kecil di bawahnya.

Saya yang menyusul di belakang, merasakan keramahan dari para karyawan yang ada. Dari sambutan di depan pintu yang dibukakan, disapa dengan hangat dan senyuman. Dan ketika kita menghampiri lauk pauk ini, baru sekedar melihat lihat saja, seporsi nasi berikut daun singkongnya sudah diulurkan ke tangan kita di atas piring putih yang lumayan lebar. Luar biasa.

Memang sore itu hanya kami bertiga yang ada sebagai pembelinya. Dan inilah saat yang tepat bagi saya untuk mencoba "bertanya" lebih lanjut kepada mereka mereka ini. Mumpung sepi, tentu bebas bagi saya untuk memperhatikan satu per satu "samba" yang terhidang, melihat segala sudut rumah makan ini. Hmmm, begitu cepat lintasan pikiran yang ada saat menerima sepiring nasi dari karyawan yang bertugas di bagian dalam, terkurung oleh segala lauk di sekelilingnya.
Berbeda dengan nasi Kapau di Los Lambuang Bukittinggi, kalo di sini kita pilih sendiri, ambil sendiri apa yang kita inginkan, bukan diambilkan dengan sendok kayu yang panjang. Di sini semuanya bisa dijangkau. Dan yang lebih penting lagi semua harganya terjangkau. Hehehee, kalo tak percaya lihat photo yang saya tampilkan ya....
Saya memilih ikan bakar dengan sayur kapaunya, Dhifa dengan ayam gorengnya dan Nova dengan " Ikan asam padeh" nya. Olahan daging, belum menjadi pilihan utama sore itu. Mestinya kan harus dicoba dahulu gulai tunjangnya, gajebonya, ususnya ya? Hehehe.


Setelah diambil lauk yang diminati, baru kita setor ke kasir. Kasir akan mencatatnya sementara waktu atas apa yang kita pilih.

Ketika sudah sampai di meja makan, Nova dan Dhifa langsung makan. Saya mengambil kesempatan untuk meliput segalanya dengan video yang ada, hingga ke bagian luar rumah makan ini. Insting saya sudah menyatakan bahwa rumah makan ini layak untuk direview, diviralkan.

Entah sengaja atau sudah standar pelayanan, saya selalu didampingi oleh karyawan yang ada. Saya disapa dan dilayani dengan baik atas apa yang saya tanyakan. Saya diantarkan ke beberapa tempat dengan kesigapan mereka membukakan pintu, baik dari depan hingga bagian belakang ke kamar WC maupun musholanya. Dan itu saya apresiasi.

Dari obrolan dengan mereka ini baru saya tahu bahwa pemiliknya adalah pak Wahyu, salah seorang anak dari pak H. Bustaman "owner" RM Sederhana grup. Anaknya ini banting stir, setelah RM Sederhana yang ada ini tak menunjukan kemajuan yang berarti. Merubah haluan, berarti merubah image, merubah segalanya, termasuk harga. Dan yang lebih penting adalah melepaskan diri dari "franchise" RM Sederhana.

Makanya mereka berani dengan harga yang lebih rendah daripada harga RM Sederhana. Mereka berani memampangkan harga dari setiap lauk alias menu yang ada di sini. Dan untuk rumah makan Kapau, ini adalah suatu terobosan baru. Sehingga menurut saya ini adalah "fairness" antara pembeli dan pemilik rumah makan, khususnya yang berlabel Nasi Kapau, yang dalam katagorinya selalu harganya di atas rata rata rumah makan lainnya.

Dengan makan bertiga kami di atas, seporsi "sayua pucuak ubi" plus teh telur saya dan jus mangga buat Dhifa harga yang kami bayarkan hanyala 81.000,- rupiah saja. Sangat terjangkau menurut kami, tidak mahal.

Selasa, 03 Desember 2019

Indikator Alami




Dua kejadian dibawah ini cukup bagi kita untuk dapat menilai sejauh mana sehat atau tidaknya makanan/minuman yg kita konsumsi.

Yg di gelas adalah air putih, tanpa gula, air mineral Ufia yang kami minum sehari hari yang saya temukan pagi ini dan yang kedua adalah roti yang saya konsumsi di Gontor Putri 3 Ngawi ketika menjenguk anak oktober lalu. Keduanya disemutin.


Anda tentu sering makan donat? Bahkan kadang donat tersebut anda bawa dan dimakan di rumah. Andai donat itu tak disentuh sama sekali oleh semut, sebaiknya anda berhentilah mengkonsumsi donat jenis tersebut. Pilihlah donat yg disukai semut.

Begitu juga bila ada roti, kue dan donat yang awet berhari hari di ruang terbuka, tak tumbuh jamur sama sekali, janganlah anda konsumsi karena olahannya sudah pasti menggunakan bahan pengawet.

Air mineral yang anda konsumsi juga demikian. Apabila sudah berjemur berhari hari di bawah terik matahari, di tempat anda membelinya, ternyata  tak ada lumut tumbuh didalamnya, berarti juga sudah ditambahi pengawet. Karena air yang sehat apabila mendapatkan sinar matahari, lumut akan tumbuh. Kolam renang yang terawat dan airnya bening, tak ada lumut di dalamnya, meskipun mendapat sinar mentari langsung berhari hari, itu karena ada senyawa chlorine yg ditambahkan di dalamnya. Dan ini hanya perbandingan saja, bukan berarti saya mengatakan zat kimia yang sama yg digunakan untuk air galon tersebut.
Oh ya satu lagi khusus air mineral galon, pilihlah yang ada expired date-nya. Umumnya air kemasan galon usianya hanya enam bulan saja.

Begitu juga ketika bakso, sosis, ikan, daging, ayam yang anda beli ternyata tidak dimakan oleh kucing, janganlah anda makan, jangan anda konsumsi!!! Karena hewan ini sdh mencium ada yg tidak sehat dalam bakso dan daging daging tersebut. Bisa jadi sudah ada "pengawet" atau bahan kimia lainnya yg tidak sehat bagi tubuh.

Baik semut ataupun kucing hanya sebagian kecil hewan yang sangat selektif dalam memilih apa yang mereka makan, seperti lebah, begitu juga dengan lumut adalah indikator alami yang bisa kita perhatikan dengan jelas, secara kasat mata.

Semoga tulisan ini bermanfaat, bila ada kesalahan akan saya koreksi dan bila ada tambahan akan saya lengkapi.

Senin, 02 Desember 2019

Hikmah: Pilihan

Seekor ikan bertanya kepada Kura-kura :
"Mengapa setiap kali kamu mengalami masalah selalu bersembunyi, masuk ke dalam cangkangmu...?"

Kura-kura menjawab :
“Apa penting pertanyaan itu aku jawab ?”

Ikan berkata :
“Semua mahluk di perairan ini mempertanyakan sifat-mu yang selalu bersembunyi jika ada masalah!"

Kura-kura berkata :
"Komentar orang lain apakah penting...?"

Aku tidak menghindar,
Aku tidak lari dari kenyataan,
Aku hanya mencari suasana yang lebih damai di dalam cangkangku.

Ikan bertanya lagi :
"Tetapi apakah kamu tidak peduli selalu jadi bahan pembicaraan?"

Kura-kura menjawab :
"Inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian.

Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupanku sampai kalian lupa siapa diri kalian,
Kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian."


#####

Kadang dalam hidup dan kehidupan ini, sering kali yang terjadi seperti apa yang dikisahkan dalam dialog antara ikan dan kura kura di atas, termasuk diri penulis sendiri. Tetapi marilah kita mulai mengintrospeksi diri kita sendiri. Jadilah diri sendiri, jangan terpengaruh oleh perkataan orang lain. Namun tetaplah peduli dengan banyak memberi agar hidup kita berarti.

Kadang hidup bisa lebih panjang seperti umurnya kura kura di atas, karena kita tak memberi peluang bagi hati untuk mengurusi orang lain, kecuali orang itu ingin kurus, eeeeh diurus oleh kita. Dan itu artinya kita bisa sebagai asisten pribadinya, bukan? Tentu ada harganya, heheheee. Tetapi sebaik baik bayaran, tetaplah dari ALLAH SWT semata. Berartikanlah hidup kita buat sesama. Itulah konsep ketaqwaan.

#####

Sejatinya:

"Dalam hidup ini kita sendiri yang menentukan pilihan,
berbuat-lah yang terbaik dan biarkan-lah orang lain mau berkomentar apapun".

"Orang yang menyukaimu tetap akan membenarkan-mu sekalipun kamu keliru,"
Sebaliknya
"Orang yang membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar."

"Berapa banyak waktumu terbuang hanya untuk mengurusi kehidupan orang lain sehingga ...
kamu lupa pada dirimu sendiri kapan harus makan dan istirahat"

"Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab,
Engkau akan menjadi orang yang selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain".

Semoga kita jangan terkecoh dengan apa yang orang katakan, Jadilah diri kita sendiri,
Jadi-lah pribadi yang baik....

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

#selfrimender
#jagalahhati


Hikmah: Kisah Motivasi Gontor


SAAT DI GONTOR GAK NAIK KELAS..! KINI JADI DOSEN BERPRESTASI

Untuk bapak dan ibu wali santri yg saya hormati....

Jangan khawatir jika nilai anak bapak ibu kecil sebab Gontor memang lembaga dg keseriusan tingkat tinggi dalam memberi nilai, Gontor tidak kenal dg istilah "nilai bantuan" jika ujian anak dapat 1 maka benar-anak murni tetap ditulis 1, yg penting terus dimotivasi... tunjukkan bahwa mereka bisa. Saya adalah salah satu alumni yg waktu di Gontor nilai kecil terus, bahkan pernah gak naik kelas saat kelas 5.

Almarhum ayah saya heran sebab dulu sejak SD saya juara tapi kenapa saya "tumbang" di Gontor, saat saya gak naik kelas saya takut luar biasa ayah saya marah. Sejak di kendaraan saya hanya sedih, kakak saya merangkul saya erat-erat berusaha menenangkan. Tiba di rumah saya tidak berani melihat wajah ayah saya, hingga besok harinya beliau memanggil saya melalui ibu. "Le...dipanggil ayah diruang tamu". Bilang ibu.
Saya berjalan setengah takut tidak berani angkat kepala, saya pun duduk di sofa dekat ayah. Beberapa menit berlalu saya dan ayah diam. Mencoba mencari kepastian saya memberanikan diri membuka percakapan. "Ayah....maaf saya gagal, maaf akhirnya biaya ayah akan jadi dobel habisnya". Setengah takut tapi saya sedikit lega saat beliau menjawab "Gak apa-apa justru ayah akan sedih jika kamu belum menguasai pelajaran tapi dinaikkan, berarti nanti ilmumu akan lebih matang, lebih menguasai kalo mengulang lagi. Jawab ayah. Hati saya langsung plong luar biasa... dan mencoba jawab dg lirih "iya ayah nanti Agung berusaha lagi".

Ayahpun mempersilahkan saya pegi. Saya kembali tersenyum dan semangat.
Sebenarnya saya heran, apakah saya gagal karena saya bodoh ? Itu yg selalu terdetik dipikiran saya, singkat cerita saya akhirnya melanjutkan kuliah dan Alhamdulillah saya kembali unggul di kelas, walaupun akhirnya harus D.O dari salah satu kampus karena gak mampu bayar SPP (ekonomi keluarga saya jatuh saat ayah wafat), terus semangat berbagai tes beasiswa saya coba Alhamdulillah S1 dan s2 saya full beasiswa dan terakhir ini saat lulus S2 Alhamdulillah IPK saya 3,86 di Salah satu kampus Negeri. (lumayan lah untuk orang yg pernah gak naik di Gontor):D

Dan kini anak yg pernah gak naik di Gontor, pernah D.O dari kampus kini jadi dosen. Alhamdulillah.... Semua karena ilmu yg didapat dari Gontor dan ridho Allah SWT.

Saat itulah saya menemukan jawaban, kecilnya nilai anak bukan karena anak tidak pintar tapi karena memang persaingan di Gontor luar biasa sulit dan ketatnya..... diiringi dg anak dalam keadaan kondisi baik atau tidak, betah atau tidak, ada masalah atau tidak.




🔰 Tiga tingkatan yg harus diwaspadai Wali murid terhadap psikologi anak yg lagi di Gontor


  1. Saat anak kelas 1 (Psikologinya masih kaget dg disiplin yg super ketat, makan antri, minum antri, belanja antri, wajib bangun pagi, teman2 baru yg blm terlalu dikenal dan akrab, hingga hidup tanpa gadget yg biasax dirumah gak mau lepas gadget. Mereka hanya butuh adaptasi...
  2. Saat anak kelas 3 (masa puber, bapak ibu pasti lebih paham dari saya tentang rentannya gejolak usia2 ini).
  3. Saat anak kelas 5 (banyak tanggung jawab, mudabbir, panitia konsul,dan lain2 dg tanggung jawab berat)


Maaf jika ada kata yg kurang berkenan, maaf jika ada kata yg terkesan menggurui. Hanya sekedar mencoba berbagi walau masih banyak kekurangan.

Saya, Agung Wijaksono, Alumni Gontor 2009

#####

Semoga bermanfaat... 🙏🏿

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...