Kamis, 17 Desember 2020

Trip To Bukittinggi (Part 2)

 Trip to Bukittinggi: Via Tempino

(Part 2)



Keluar dari lambung kapal Terios kami berjalan perlahan karena antrian truk yang berjalan beringsut. Alhamdulillah menjelang masuk ke Bakauheni gelombang laut relatif tenang sehingga kapal dapat dengan mudah bersandar. 


Kami berlabuh di dermaga baru yang relatif dekat menuju akses keluar pelabuhan. Agak lambat terios saya jalankan karena kami sangat menikmati laut yang terpampang di sebelah kiri jalan. Seolah tak puas puasnya memandang keindahan alam sore itu. 


Selepas pintu tol barulah saya menekan gas lebih lebih dalam. Menyusul fortuner hitam plat L yang dikemudikan oleh teman ngobrol saya di kapal tadi. Mereka orang batak, suami istri dan seorang anak bujangnya, yang akan menuju Kota Medan, sama sama memilih jalintim, namun mereka akan terus ke Jambi, Pekanbaru dan Medan. Mereka dari Surabaya. 


Ketika ditanjakan, saya klakson mereka minta izin mendahului. Beberapa km fortuner tersebut masih mengiringi saya dari belakang, namun lambat laun tak lagi terlihat. 


Sore itu saya sangat menikmati suasana perjalanan. Saya teringat mudik tahun lalu namun suasananya sedikit berbeda. Kalo tahun lalu, kami lalui jalan ini masih tetap sama hingga ke Palembang, namun itu menjelang subuh dari Bakauheni. Subuh kami di KM 33 dan sampai di sana sebelum adzan berkumandang. Komposisi kami masih tetap sama, seperti saat ini, bertiga. 


Namun tahun kemarin itu suasana rest area nya sangat terbatas, ala kadarnya saja. Namun saat ini hampir semua rest area yang kami temui sudah bagus bagus. Ornamen bangunan memiliki ciri khas daerah masing masing, baik yang di Lampung maupun yang di Sumsel. Sayang suasana masih relatif sepi jika kita bandingkan dengan jalur tol Jawa. Namun saya yakin suatu saat nanti, pasca pandemi Covid-19 ini akan berubah, apalagi bila jalur tol ini terus bertambah. Apalagi kalo dilihat kecendrungan bus bus sekarang lebih rame dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Armada bus Sumbar-Jawa sekarang terus bertambah, baik dari PO ataupun jumlah armadanya. Rata rata armada keluaran terbaru. 


Beberapa kali kami di jalan diterpa hujan, baik yang kecil maupun yang deras sekali, sehingga kendaraan harus menyalakan lampu dengan kecepatan rendah-sedang. Keselamatan adalah hal yang utama, jangan sampai terjadi tabrakan ataupun kecelakaan. Saya pribadi dalam kondisi huja lebat lebih suka menyalakan "hazard lamp" hingga kondisi aman. Banyak juga truk atau kendaraan pribadi yang terpaksa berhenti di bahu jalan di bawah jembatan penyebrangan, menunggu redanya hujan. Semuanya karena jarak pandang yang sangat terbatas oleh derasnya hujan. 


Oh ya, sangat diperhatikan kondisi jalan yang sedang dalam perbaikan, di beberapa titik ada yang berlobang dan bergelombang. Jangan terlalu ngebut di jalan ini, berbahaya. 


Yang perlu diperhatikan di jalan tol menuju Palembang dalam waktu dekat ini sbb:


1. Di km 90 arah palembang. Ada jalan rusak, agak panjang, dan penyempitan jalan. Terlebih khusus harus ekstra hati hati kalau jalan malam.


2. Di km 248 - 252, jalan rusak,  berlobang hampir sepanjang  4 km.


Semoga kondisi jalan ini segera diperbaiki oleh pengelola jalan tol menjelang libur natura yang tinggal beberapa hari lagi . 


Dalam perjalanan hingga menjelang exit tol Jakabaring Palembang saya punya rekaman videonya. Durasinya lumayan lama, lebih dari saty jam. Yang membuat saya takjub adalah ketika perubahan waktu antara sore dan malam hari, saya punya liputan video yang sangat indah. Alam yang berwarna biru muda nan indah terekam dalam video tersebut di tengah gerimis. 


Oh ya, kami sempat istirahat sebentar di KM 277. Hampir setengah jam rehat di sini, meluruskn otot dan buang air kecil di sini. Tersisa lebih kurang 90km lagi menuju pintu tol, sementara BBM masih tersisa 3 bar lagi. 


Tadinya mau ngisi disini, tetapi saya teringat bahwa selepas pintu tol nanti ada SPBU, dimana tahun lalu saya juga mengisi BBM di sini. Tiga bar masih cukup untuk sampai di sana. 


Jam 18.30 kami keluar pintu tol, dan saya rehat lagi sebentar sekedar buang air di masjid yang ada lepas pintu tol Jakabaring ini. Saat itu tersisa satu bar. Tadinya mau sholat di sini, tetapi istri dan anak masih tertidur. Akhirnya lanjut perjalanan hingga ke SPBU tempat kami mengisi pertamax sebanyak 41.80 liter dengan biaya sejumlah 290.000. Tadinya mau ngisi dengan pertalite, tetapi antrian lumayan panjang akhirnya milih pertamax biar cepat. 


Sehabis pengisian dengan pertamax, saya nol kan speedo meter A, dengan maksud ingin mengetahui seberapa jarak yang tertempuh hingga kembali sisa satu bar lagi. 


Di samping itu, juga sebagai persiapan dan antisipasi kelangkaan BBM selama menempuh perjalanan malam di Sumsel Jambi yang SPBU nya banyak yang tutup di malam hari. Nah pengisian BBM di ujung toll sumatra ini adalah pilihan yang sangat tepat. Hitung hitung kalo full bisa amanlah ntuk 300 Km ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...