Rabu, 23 Desember 2020

Maut Mengintai di Tol Pekanbaru Dumai

 Maut Mengintai di Tol Pekanbaru Dumai


Pagi ini saya mendapatkan video tabrakan lagi di jalur Tol Pekanbaru Dumai untuk ke sekian kali ini. Jujur saya tak kuat menonton hingga tuntas. Tak kuat saya melihatbdan mendengar tangisan anak anaknya yang selamat sementara orang tuanya terjepit mobil yang dikendarainya di bagian belakang truk yang diseruduk.


####  



Kamis, 17/12, minggu lalu saya menjajal tol Pekanbaru ini menuju kota Duri pada siang hari, saat terik matahari sedang puncak puncaknya. Jujur saja saya nggak berani ngebut di toll ini. Kecepatan saya usahakan disekitaran 80 km/jam sesuai saran yang ada dianjurkan, antara 60 - 80 km/jam.


Selain ini tol baru, yang saya belum tahu kontur jalannya, juga disebabkan saya mengendarai mobil dalam suasana terik. Saya sadar saya nggak mungkin mengendarai dengan kecepatan tinggi karena takut bila ban mobil pecah, karena kontur jalan yang saya belum tahu serta teriknya matahari siang itu yang bisa saja menyebabkan ban cepat panas. 


Saya nikmati sepanjang jalan tol ini hingga keluar di KM 67 Pinggir menuju kota Duri. 


Esoknya Jumat siang saya kembali ke Pekanbaru dengan rute yang sama, jalan yang sama arahnya saja yang berbeda. Karena sudah merasakan kondisi jalan ini kemarin, sengaja saya jajal dengan kecepatan agak tinggi, antara 100 - 110 km/jam. Dengan kecepatan ini, saya bahkan diminta Bundo untuk mengurangi kecepatan. Padahal dia tahu bahwa kalo di jalan tol Bakauheni Palembang kadang kecepatan saya bisa lebih, tapi nggak pernah "dicubit sayang" seperti kemarin. 


Dengan kecepatan saya yang sengaja saya jajal antara 100 - 110 km/jam ini, bukan saya niatkan untuk ngebut, karena saya nggak juga diburu waktu ke Pekanbaru, tetapi hanya ingin merasakan sensasi tol ini saja seberapa aman dengan kecepatan tersebut. Namun ternyata masih banyak mobil mobil lainnya yang melewati mobil saya dengan kecepatan tinggi. Bahkan ada yang cc nya di bawah Terios saya, maksain banget dengan kecepatan di atas 120 km/jam siang itu, dalam kondisi terik matahari yang cukup tinggi. 


Jujur saya akui, dibandingkan akhir tahun lalu saya menjajal Tol Sumatra dari Bakauheni yamg masih gratis dari Terbanggi hingga Jakabaring, serta baru dibukanya tol Cipali beberapa tahun yang lalu, yang juga saya lewati saat ke Ngawi, kondisi tol Pekanbaru Dumai jauh lebih baik. Jalannya lebih mulus, beraspal dan tidak banyak yang bergelombang, "sambungan" antara gap jalan/jembatan juga  relatif lebih halus dibandingkan yang ada di tol layang cikampek atau cipali saat itu. 


Dengan kondisi yang saya sampaikam di atas, sejatinya tak banyak kecelakaan yang terjadi seandainya prilaku pengendara yang taat akan aturan. Sadar bahwa tol itu dibuat untuk memperlancar perjalanan, bukan buat kebut kebutan, apalagi menjajal batas maksimal kendaraan. Padahal di beberapa spot di tol ini jelas terpampang dan gampang dibaca tulisan: "Keluarga MENUNGGU Anda Di Rumah bukan di Rumah Sakit".

Saya yang membaca sekali, sangat sadar bahwa himbauan seperti ini tentu sudah berdasarkan kejadian kejadian yang ada selama tol ini beroperasi. Sudah banyak kecelakaan yang ada, sudah banyak nyawa yang melayang, sudan banyak keluarga yang kehilangan sanak famili, janganlah ditambah lagi. Mari perbaiki cara kita berkendaraan di jalur tol ini. Berhentilah ugal ugalan di jalan tol, berhentilah adu balap di jalan bebas hambatan ini. Sadarlah, jangan menjadi penyebab kecelakaan bagi diri sendiri apalagi orang lain. 


Dan harus diingat juga dalam  mengendarai mobil sejatinya sadar juga akan cc mobil yang dibawa. Janganlah yang cc rendah dipaksa balap mendahului mobil yang cc lebih tinggi. Kasihan mobilnya, meskipun mobil tersebut keluaran terbaru sekalipun.

6 komentar:

  1. Benar pak Lur,ambo waktu ke Duri awal Desember lalu sempat kalap sampai 120km/jam dengan mobil 2000cc,eeh masih dilewati juga sama Avanza 1300cc..☺
    Mgkn karena pengendara di Riau sudah bosan kecepatan 30-40km/jam konvoi sama truk CPO dan balak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah pak Datuak lah komentar di blog ambo ko. Tarimokasih testimoninyo. Semoga ada perubahan orilaku dlm berkendaraan saudara saudara awak nan di Riau.

      Hapus
  2. Terima kasih karena sudah diinfokan kalau ternyata tol Permai ini kondisi jalannya lebih baik dibanding tol tpt lain, jadi ada perasaan lega juga. Kami yg di Riau ini biasanya kalau nyetir Pku-Duri sblm ada tol, terutama ku sendiri merasakan kalau nyetir di jln umum yg biasa ga sempat ngantuk Krn disibukan fokus ngikutin liku2 jln dan kendaraan lawan. Dan kencepatan juga ga bisa/jarang lebih dari 60km/jam. Krn jalan padat kendaraan. Tapi kalau lewat tol. Jln yg lurus, tanpa ada lawan. Pake gigi 5, speed 90km/jam kadang 100-110. Ga terasa kl itu sdh ngebut. Kadang waspada malah jadi berkurang, ngeri. Apalagi jln malam lewat tol permai, hujan lebat. Batas jln tak terlihat lg.speed 60-70 saja udh was2 kl2 akan nabrak pagar pembatas.ngeriii🙄. Itu sedikit pengalamanku yg hanya baru menjajal tol Permai(hemat waktu bgt sih, waktu tempuh pku-dmi 50 menit). Next, ku akan lebih berhati2 lagi dengan menjaga speed limit di 70-80 km/jam saja ketika lewat tol😊. Semoga kita semua selalu dilindungiNya aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga ada hikmah tulisan saya ini, terutama bagi pengguna kendaraan di Riau. Mumpung masih terbatas PERMAI, bs jd pelajaran sebelum nanti tersambung keseluruhan nya. Terimakasih testimoni nya

      Hapus

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...