Jumat, 25 Desember 2020

Banto Royo Kamang: Keren

 Banto Royo


Disebabkan ada perubahan agenda hari ini, yang saya lupa update sebelumnya, terpaksa hari ini mengisinya dengan mengajak anak kami Dhifa dan sepupunya Rara ke Banto Royo yang masih berada di Tilatang Kamang, sangat dekat dengan rumah di Kapau, sekitar 7.5 km dapat ditempuh dengan motor sekitar 15 menit. Agak siang kami berangkat dari rumah, sekitar jam 10 an disebabkan gerimis yang turun sejak pagi.



Hari ini kamis, kami salah pilih jalan, sehingga mengalami kemacetan di Pakan Kamih yang memang hari pasarnya hari ini. Seharusnya tadi kami memilih jalan ke Baringin, Tampuniak menghindari kawasan pasar yang hari ini sangat ramai. Mungkin karena hari ini hari yang diliburkan oleh pemerintah.


Menjelang jam 11 siang kami sampai di lokasi, saya parkirkan motor sementara sang Bundo sudah membeli tiket masuk. HTM: 10.000 per orang, untuk hari Selasa - Jumat. Sabtu - Minggu HTM nya 20.000 rupiah. Hari Senin objek wisata Banto Royo ini libur.    




Ketika masuk kami sudah takjub dengan suasana alam yang asyik dan asri. Cuaca tidak begitu terik ketika kami masuk. Dhifa dan Rara sangat senang melihat ikan ikan yang mendekat ketika menapak di track papan di atas area masuk Banto Royo ini. 


Ikan ikannya jinak, dan oleh Bundo mereka diberikan uang untuk membeli makanan ikan. Satu pack nya seharga Rp. 2.500,-. Mereka asyik sekali memberi makanan ikan tersebut, bahkan oleh penjaga yang ada di dekat mereka agar  disuapin langsung aja ikan ikannya. Hehehe, ternyata benar. Ada sensasi yang berbeda ketika makanan ikan itu diantarkan ke mulutnya daripada dilemparkan. Ikan ikan tersebut rebutan mendekati tangan tangan mungil mereka, bahkan ada yang loncat mendekati tangan anak anak ini. 


Tak lama berselang kami tapaki track kayu yang berada di atas Banto tersebut. Oh ya, Banto itu artinya rawa. 


Memang daerah ini adalah rawa dahulunya, baru dijadikan area seperti saat ini dua tahun yang lalu, oleh dan atas bantuan pak Andi Surandi, seorang tokoh Kapau yang berdomisili di Jakarta. Namun setelah jadi semuanya diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat sekitar Banto Royo tersebut. Ada yang bercerita ke saya, semuanya dikelola oleh BUM Nagari. Sebuah pemberdayaan objek wisata yang sangat disenangi oleh masyarakat sekitar tentunya. 


Dengan pola seperti ini tentunya masyarakat akan menjaga semuanya dengan sebaik mungkin, karena akan merasa bahwa ini adalah asset mereka semuanya, sehingga "sense of belonging" nya akan lebih terasa. Ini adalah pusat perekonomian mereka dan itu harus dijaga, sebaiknya, selamanya.


Di ujung di kaki bukit, suasana nya agak berbeda. Seolah kita berada di hutan. Ada gua yang terlihat dari tapakan kayu yang kita tempuh dan bisa masuk kita hingga ke bibir gua tersebut. Dan tak jauh dari sana ada pos untuk naik Flying Fox. Dan ternyata Dhifa sangat mau untuk mencobanya, sementara Rara agak takut. 



Kami sepakat meloloskan keinginan Dhifa tersebut. Harga tiket untuk Flying Fox ini hanya 15.000,- rupiah. Saya temanin Dhifa naik hingga ke puncak tertingginya. Sementara Bundo dan Rara ke ujung satunya, tempat landing nya nanti. Saya perhatikan dengan seksama semuanya, namun Dhifa sangat enjoy sekali, sementara saya ngos ngosan juga sampai ke atas. Umur memang tak bisa dipungkiri. 



Kamis menjelang siang itu, Dhifa adalah peserta pertama yang mencoba naik Flying Fox ini, dan sesudahnya ada keluarga dengan satu bapak dan sepasang anaknya yang kuliah dan SMA di Padang mengikuti kami dari belakang.


Ada sedikit kegamangan bagi Dhifa ketika sudah sampai di atas, ketika semuanya perlengkapannya terpasang, namun dengan support dari ayahnya yang kadang terbiasa jadi tukang kompor, rasa gamang itu enyah. Dengan bantuan abang penjaga akhirnya meluncur juga dia ke ujung di mana Bundanya dan Rara sudah menunggu dia turun sedari tadi, dengan penuh kebanggaan dan kebahagiaan. 


Alhamdulillah, video ketika Dhifa meluncur dari pinggang bukit dari saya dan ketika sampai di bawah rekaman dari bundanya. Suatu kombinasi dan kerjasama yang apik bagi kami dalam meliput Dhifa mencoba Flying Fox ini di sini. 


Setelah dia meluncur tadi saya menyusul mereka di dekat area pintu masuk. Lumayan juga jarak saya ke sana, dan ternyata mereka sudah berpindah tempat ke Play Ground. Di sana giliran Rara yang mencoba naik Flying Fox mini dan juga bermain trampolin bersama. Lumayan juga area main anak anak di sini. 



Melihat saya dari kejauhan mereka segera mendekat dan  entah kenapa, akhirnya mereka memaksa kami untuk memenuhi keinginan mereka naik perahu bersama yang ada di sana. 


Dengan empat dayung dan empat jaket pengaman kami mencoba menaiki dan mendayung perahu ini bersama mengelilingi seluruh kawasan rawa yang indah ini. Harga tiketnya 40.000 rupiah untuk satu perahu yang bisa diisi 5/6 orang. Jika suasana rame naik perahu ini hanya sekitar 30 menit, tetapi karena tadi sepi dan juga karena kami asyik dan ramah dengan penjaganya kami dipersilakan naik sepuasnya. Ada empat perahu ketika kami mengitari rawa tersebut, tetapi kami adalah peserta yang terakhir keluar perahu dan sempat mengitari dua kali putaran. 


Suasananya sangat luar biasa untuk dinikmati bersama keluarga. Karena dalam mendayung perahu itu ada kerjasama yang apik dan ada yang bertindak sebagai "leader".


Setelah itu saya sholat zuhur di mushola yang tersedia di sana. Mushola kecil namun bersih. 


Ada juga di sana aula yang bisa menampung sekitar 500 orang. Dan kebetulan ketika kami datang hingga pulang tadi ada dua rombongan besar yang hadir. Satunya dari alumni FKIP Muhammdyah Padang Panjang angkatan 1983 dan satu lagi dari rombongan SMAN 1 Pariaman. 


Kebetulan juga tadi kami sempat berkenalan dengan rombongan alumni dari Padang Panjang tersebut, yang umumnya guru guru senior yang sebentar lagi mereka akan masuk usia pensiun. Sangat bahagia bisa berkenalan dengan beberapa guru senior tersebut. 


Pulangnya, tak jauh dari Banto Royo ini kami mampir makan Sate Mak Tuah. Kami pesan 3 porsi dan seporsi harganya 15.000 rupiah. Porsi yang besar dengan dua ketupat dan enam tusuk sate. 



Alhamdulillah, puas bersama anak anak hari ini. Setidaknya kegiatan kami hari ini bisa melepaskan mereka dari HP mereka, mengisi dengan acara yang menghibur dan berkesan, penuh keakraban antara Dhifa dan sepupunya Rara. 


Kapau, 24 Desember 2020

22.29 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...