Senin, 30 Mei 2022

Tertahan di Klaten

Dalam perjalanan kemarin pagi dari Kota Kudus, kami menuju Jogjakarta sesuai rencana. Sempat mampir rehat dan sholat sunnah dhuha dan mengisi BBM di Rest Area KM 529 yang sangat indah. Di sini bisa menikmati Kota Semarang dari ketinggian dan alam yang indah sepanjang mata memandang. Kulineran di sini juga enak, komplit. Dan bagi lidah padang, tersedia RM Sederhana yang menunya lengkap dan ada paket murahnya Rp. 18.000 per porsinya, serta tersedia juga sate Padang dan Martabak Mesir. Sekedar info. 



Selepas rest area ini sengaja menelpon da Hendra Farma Johar karena akan melewati Kota Klaten. Dan ternyata si uda lagi di Solo bersama kak Dewi dan Puti. Alhamdulillah dengan takdir Allah kami bertemu secara dadakan di Assalam Hypermart, tak jauh dari pintu keluar tol Kertosuro. Saya dan Hendra sholat jumat disini, dan berlanjut makan siang kami bersama keluarga di RM Suharti. 



Setelah makan siang dan ngobrol sejenak, dari sini kami sama sama menuju Klaten. Saya ada janji silaturahim dengan sang Ketua Hendra Budiman. Teman satu kampus dulu yang beda jurusan. Saya di Kimia dan dia di Farmasi Unand. Kami sama sama angkatan 92 FMIPA Unand, dan juga sama sama aktif sebagai asisten Fisika Dasar hingga sarjana masing masing nya. Uang hasil asistensi ini, bagi kami sangat berarti saat itu. Setiap akhir semester sejatinya uang ini cukup untuk bayar SPP semester berikutnya dan untuk kebutuhan lainnya. Di saat itu teman satu angkatan dengan kami, ada 6 orang semuanya yang jadi asisten Fisika Dasar di Laboratorim Dasar Universitas Andalas. Dan kakanda Hendra FJ ini termasuk satu angkatan juga dengan kami saat penerimaan asisten FD ini, meskipun beliau dari angkatan 90.



Kami sama sama merantau ke tanah Jawa selepas sarjana. Namun dia sukses dengan perusahaan Herbal yang dia dirikan di daerah Klaten dengan "bendera" PT. Tradmed. Sebuah singkatan dari Traditional Medicine. Si Padang yang sukses dengan olahan herbal di tanah Jawa. Berawal dari jamu. Selain seorang pengusaha, dia juga seorang dosen Farmasi di Universitas Muhammadyah Klaten. Jadi usaha yang dia jalani sesuai dengan keilmuan yang dia miliki. 

Alhamdulillah, sore itu kami mampir ke pabriknya yang masih dalam tahap pembangunan dan InsyaAllah sebentar lagi tuntas. Hanya sebentar saja di sini kami selanjutnya diajak ke rumahnya, yang tak jauh dari pabrik dan kantornya itu. 


Sampai di rumah, kami bersilaturahmi dengan keluarga si boss yang sangat humble ini. Dari rumah kami berjalan kaki menikmati tawaran kuliner khas Klaten yang legend. Mi godok kuah dan goreng. Dan emang kuliner yang ditawari ini uenak tenan. Susah mencari tandingannya. Mantul, pokoknya. Begitu juga dengan pilihan minumannya, Teh Jahe. Saya sangat suka sekali. Hujan deras yang menemani sore itu terasa hangat dengan menikmati kulineran legend seperti ini. 


Sholat maghrib kami lakukan berjamaah di rumah Hendra dan selepas itu kami pamit dan lanjut memenuhi tawaran da Hendra untuk menginap di rumah kak Dewi. Rumah besar khas Jawa yang berada di hamparan sawah yang sangat luas. Rumah mewah. Mepet Sawah. Kami menginap semalam di sini. Agenda ke Jogja, tertahan di Klaten. 


Dan sehabis sarapan Sabtu pagi, kami ke luar rumah, menikmati udara pagi yang sejuk. Melihat pekarangan rumah yang luas dan di depannya sawah terbentang. Mentari seakan enggan keluar pagi itu untuk menampakkan kehangatan dirinya. 



Dari rumah ini terlihat gunung Merapi. Suasananya benar benar serasa di negeri Kapau Sumatra Barat. Beda di "spelling" nama gunungnya saja. Merapi dan Marapi. Pagi ini suasana berkabut, agak dingin. Pandangan terbatas. Namun kehangatan dan kebersamaan yang kami nikmati, sesuatu banget. 


InsyaAllah pagi ini kami lanjut ke Jogja sementara da Hendra dan Kak Dewi ke Cirebon bersama ibu mertunya, serta pak De dan istrinya ke Kediri. Pak de yang kami sebutkan adalah kakak ipar dari ka Dewi, istri beliau adalah kakak langsung dari kak Dewi. Pasutri yang baru kami kenal ini adalah pesiunan POS di Kediri. InsyaALLAH kalo nanti ada "jatah" ke Kediri, kami bisa mampir. Sebagai walisantri Gontor, tak tertutup kesempatan untuk jalan jalan ke sana. Ada dua pondok Modern Gontor Darussalam di sana. 


Alhamdulillah, indahnya silaturahmi kami. Bertambah saudara ternyata di rantau ini. Kemana pergi InsyaAllah gampang, hati lapang. 


Klaten, 28 Mei 2022

06.26

Subuh di Masjid Agung Kota Kudus

Ahamdulillah, selepas mandi jam tiga tadi saya langsung ajak si Bundo untuk ikut dengan saya ke mesjid. Meskipun Bundo sedang tidak sholat, tetapi beliau tetap bersedia menemani saya berjalan ke mesjid yang tak jauh dari penginapan. 


Suasana pagi yang asri, adem dan tak banyak kendaraan sangat sayang dilewati untuk olahraga jalan pagi sambil menunaikan kewajiban sholat subuh di masjid yang tadi malam saya singgahi sendiri. Dan pagi ini Bundo membersamai setiap langkah saya. Dan akhirnya ketika sampai di mesjid ini, Bundo pun takjub. MasyaAllah, katanya. 



Memang mesjid yang tertata dan terurus dengan baik. Entah ini mesjid pemerintah Kota atau tidak, sejatinya beginilah kita mengurus mesjid. Totalitas dan ikhlas. 


Saya yang sudah berwudhu dari penginapan tadi langsung masuk mesjid dan masih sempat melaksanakan dua sholat sunnah, tahyatul masjid dan rawatib nya. Dan setelah selesai dengan sholat sunnah, berdoa sejenak. Tak lama setelah saya berdoa, ternyata Imam masjid yang duduk tak jauh di depan saya terdengan membaca asmaul husna. Saya hanya mendengar dengan khusyuk dan tak lama kemudian beliau memimpin doa. 


Nah ini, yang unik. Baru di sini saya temui bahwa ada Imam masjid yang memimpin doa sebelum pelaksanaan sholat subuh. Ini yang sangat benar menurut saya. Mengapa? Karena diantara waktu terbaik untuk berdoa itu salah satunya adalah di antara adzan dan iqomah. Baru kali ini saya temui Imam yang memanfaatkan waktu seperti ini. Doa bersama menjelang iqomah. 


Alhamdulillah, semua jamaah yang hadir khusyuk mengikuti doa yang dipanjatkan oleh sang Imam. Tak ada terdengar suara apapun, kecuali suara Imam dan desis 'aamiin' dari jamaah yang ada. Ini jauh lebih terasa ketimbang lantunan sholawat yang menggunakan microphone sekali pun. Ini jauh lebih mulia. Mengamalkan hal yang sedikit, tetapi sangat dianjurkan. Yakni memanfaatkan waktu berdoa bersama menjelang iqomah. MasyaAllah. 


Dan selesai Imam berdoa, iqomah dilantunkan dan sholat subuh pun dilaksanakan. Selesai sholat, tetap ada zikir lagi, seperti yang kita temui di mesjid lainnya. Kekhusyukan sholat sangat terjaga di sini.


#####


Tak lama setelah selesai sholat dan berdoa saya keluar dan di teras mesjid, tak jauh pintu keluar sebelah kanan, Bundo menanti. 


Dan takjub kami lagi, ternyata ada sedekah sarapan pagi yang disediakan oleh DKM nya di dekat dua pintu masuk mesjid. Di tempatkan di tempat yang sangat tertata dengan baik, dengan indahnya. Setiap jamaah yang berminat silakan ambil. Dan ternyata tak hanya untuk jamaah subuh saja, tersedia setiap senin dan kamis sore bagi yang berbuka. Sesuai yang tertera di photo yang saya sertakan di tulisan ini. 



Alhamdulillah, sebagai mesjid yang berada ditengah tengah Kota, di alun alun kota tentu mesjid Agung Kudus ini menjadi tempat transit bagi para musafir. Tempat yang sangat menyenangkan bagi mereka yang butuh tempat sekedar rehat dan sholat menunaikan kewajiban nya. Air yang bening, mesjid dan kamar mandi serta toilet yang bersih. Ada area yang nyaman untuk tidur ataupun sekedar bisa rebahan untuk melepas sejenak lelah di badan. Dan di teras dan halaman mesjid bisa juga dimanfaatkan oleh anak anak untuk bermain dan berlari larian. Juga tempat yang nyaman buat rihlah sekeluarga, tanpa meninggalkan ibadah, karena alun alun kota ada di depannya. Inilah sejatinya fungsi mesjid yang ideal. Mantap jasa..... 


Barakallah buat DKM dan donatur yang telah menjadikan tempat ini tempat yang menyenangkan bagi jamaah dan para musafir. Bagi keluarga kecil di Kota Kudus ini, yang bisa menikmati liburan ringan di tengah kota, kapan saja. Tentu mesjid ini menjadi kebanggaan bersama. 


Keren deh pokoknya. Bagi para travellers seperti saya silakan mampir ke mesjid Agung Kota Kudus ini dan buktikan sendiri. Barakallah buat semuanya. 


Bada subuh, di teras mesjid Agung. 

27 Mei 2022

05.18

Alun Alun Kota Kudus

Setelah selesai tadi urusan pondok Tahfiz buat anak kami Dhifa, di Riyadhul Qur'an, kami segera pamit pada ustadz Isa dan ustadz Tri selalu pimpinan yayasan dan sekolah di sana. Masih dalam guyuran hujan yang sudah mulai berkurang kami turun dengan perlahan menikmati suasana yang syahdu ini. 


Sejak dari kota Demak bada sholat zuhur tadi hujan dengan derasnya hingga sampai di pondok pesantren tersebut. Dengan hujan seperti ini membuat kemacetan yang terasa selepas keluar tol kota Semarang tadi agak berkurang, sehingga kami datang ke pondok Riyadhul Quran ini agak lebih cepat. Dingin sepanjang perjalanan hingga sampai di lokasi sangat terasa. Maklum pondok ini posisinya di kaki gunung Muria. Namun kehangatan dalam komunikasi sejak kedatangan kami di salah satu pondok tahfiz di kabupaten Kudus dengan pihak administrasinya hingga pamitan tadi membuat kami yakin ananda kami akan betah di sana kelak. Apalagi ternyata ada link dengan adik sepupu saya ustadz Efrifraira dengan pembina pondoknya semoga makin menguatkan kami, agar si kecil ini bisa hapal al Qur'an sesuai permintaan kakak dan bundanya. Aamiin ya Rabb. 


Tak terasa 15 menit menuruni jalan menuju alun alun kota Kudus terasa cepat. Kami parkir di Joy's cake yang ada di sebalah kanan jalan. Parkiran kecil namun rame. Maklum Kudus hanya kota kecil namun tertata dengan baik. 


Di belakang Joy's cake itu ada toko toko kecil sebagai tempat kulineran nya khas Kudus. Pujasera nya ada di sini. Dingin nya hari membuat kami mencari yang hangat hangat. Dan kesukaan si Bundo adalah soto. So kami pesan soto ayam dan soto kerbau serta pindang ayam. Ada cemilannya juga antara lain Otak Goreng dan Sumsum Goreng selain sate telor dan ampelanya. Mungkin hanya di sini yang ada otak dan sumsum goreng, dugaan saya. Minum kami hanya segelas teh manis buat Dhifa, kami berdua cukup dengan  air putih hangat saja. Soto dan pindang ayam harga seporsi nya hanya Rp. 17.000, sudah termasuk nasinya itu. Yang dicampur bersama dengan soto dalam satu mangkok. Total makan enak kami di sini bertiga 98.000 rupiah. 

Link video kita kulineran bisa dilihat di bawah ini. 

https://youtu.be/yppM_KZNyJE


Lanjut ke penginapan OYO yang berada dekat alun alun ini dengan pilihan satu kamar saja, yang bisa diisi bertiga. Alhamdulillah harganya 150.000,- rupiah. Pilihan kami disini karena akses dekat dengan alun alun yang terkenal dengan Simpang 7 Kudus nya. 



Dan dekat alun alun ada mesjid Agung. Mesjid tua peninggalan sejarah Belanda sepertinya. Mesjid yang terawat dengan baik. Airnya bening sebening pualam yang melekat pada terasnya dan bagian dalam mesjid tempat sholatnya. Ada banyak tiang dengan ukuran besar besar. Mungkin jangkauan tangan dua orang belum cukup untuk memeluknya. 



Gerimis hujan masih mengguyur hingga malam ini. Namun alhamdulillah masih dapat momen menyimpan kenangan yang mungkin akan bisa diulangi kelak, ketika melihat Dhifa di sana kelak. Tiga bulan pertamanya Dhifa di sana, tak boleh dilihat sama sekali. Dan itu sesuai aturan pondok. Kami maklum, karena tiga bulan adalah masa transisi yang hebat. Lewat masa itu, InsyaAllah bisa dikunjungi sekali sebulan. Namun kami takkan ambil seperti itu. Kami yakin dengan banyak dikunjungi akan mempengaruhi mentalitas nya kelak yang dalam tahap belajar. Akan diatur waktunya yang pas saja. 


Dan kebiasaan saya yang suka cari cari info tentang kota ini berakhir dengan obrolan seru dengan petugas penjaga parkiran mesjid Agung ini. Banyak hal tentang Sunan di Demak dan Kudus yang saya ketahui. Di Kudus ada dua, yakni Sunan Kudus yang makamnya hanya sekitar 1km dari alun alun kota dan Sunan Muria yang makamnya sekitar 18km. Dan di Demak di masjid Agungnya ada makam Raden Patah dan satu lagi makam Sunan Kalijaga. 


Kalo Demak terkenal dengan sebutan Kota Wali sedangkan Kudus terkenal dengan  Kota Santri, Kota Kretek dan Kota Atlet Badminton nya. Kalo di Demak ada Simpang Enam nya, di Kudus ada Simpang Tujuh nya. Sementara Semarang dengan Simpang Lima nya. Nah kalo Simpang Raya ada dimana, ayo??? Hehehee, just kidding, karena saya yakin anda bisa menemuinya di beberapa rumah makan Padang.


Demikianlah sekedar catatan penutup malam hari ini. Rehat dulu buat esok lanjutkan trip ke Kota lainnya. Di sini waktu berlalu lebih cepat daripada waktu di Tangerang. 


Bersyukur segala yang ditargetkan tercapai hari ini. Kita mendukung program One Home One Tahfiz. InsyaAllah, semoga setidaknya salah satu anak kami bisa menjadi hafizhah kelak. Dan ini sedang kami usahakan dari sekarang. 


Penginapan OYO, Alun Alun Kota Kudus

26 Mai 2022

19.50

Jumat, 20 Mei 2022

Kolak Labu dan Teh Telor buat Berbuka

Memani buka puasa hari ini, dibuat dan dinikmati sedikit spesial. Masih ada labu yang diberikan Ama waktu balik ke rantau kemarin, hari ini bundo mengolahnya. Selama Ramadhan jarang kami membuat perbukaan. Cukup dengan nasi dan cemilan yang ada di rumah, sudah nikmat banget. 



Berbeda kali ini, buka puasa dimulai dengan air putih dan kolak labu plus ketan. Setelah itu kami sholat berjamaah di rumah berdua dengan si bundo. Dhifa masih tertidur bada ashar tadi. Kecapekan. Hujan yang mengguyur Puri Bintaro Hijau sedari sore tadi tak kunjung surut jua. 


Setelah selesai sholat, saya lanjut minum teh telor yang sudah disiapkan sebelum kumandang adzan maghrib tadi. Berbeda dengan teh telor dua hari yang lalu, kali ini kita tambahkan sedikit Susu Kental Manis. 


Alhamdulillah, tehnya pekat dan kental. Mantap dilihat. Aroma kulit manis dari 'bumbu teh telor' nya uenak dihirup, menyeruak setiap rongga yang ada di hidung. Dan setiap tegukan teh telor yang telah diaduk tadi makin mantap rasanya. Kemarin uenak, sekarang juga uenak. Sedikit lebih manis daripada yang kemarin tentunya, karena pengaruh susu kental manisnya. Namun tidak bikin eneg. Tetap nikmat. 



Layer yang didapat, seperti yang saya katakan kemarin ternyata bertambah sesuai kekentalan susu yang ditambahkan. Alhamdulillah kombinasi yang pas dan cukup buat buka puasa kali ini. 


InsyaAllah makan nasinya nanti saja, setelah sholat isya. Puasa sunnah syawal sudah tuntas, tinggal membiasakan dan melanjutkannya dengan puasa sunnah lainnya. InsyaAllah menggapai hidup sehat dengan tetap menjalankan ibadah wajib dan sunnahnya. Semoga ini bisa istiqomah hendaknya. 


Begitu juga dengan teman teman semuanya. Yuk manfaatkan waktu dengan tetap menjaga amalan seperti amalan Ramadhan kemarin. 


Qiamullail, tilawah alquran, puasa sunnah dan sedekah tetap jalan semampunya, sekuatnya. InsyaAllah semoga amalan amalan ini mencerminkan bahwa kita layak mendapatkan derajat taqwa di sisi Allah SWT. 


Sekali lagi mari manfaatkan waktu yang tersisa, yang Allah berikan kepada kita dengan senantiasa taat beribadah pada Nya, tebar kebaikan dan manfaat pada sesama. 


Jangan lupa juga stamina dengan mengkonsumsi yang baik dan halal. InsyaAllah dengan berdoa, segala yang kita makan dan minum menjadi tambahan tenaga, menjaga kesehatan dan obat jika tubuh ada sakitnya. 


Parung Serab Ciledug,

19 Mei 2022, 18.35 WIB

Selasa, 17 Mei 2022

Teh Telor Gula Aren

Alhamdulillah sedari siang tadi ke pengen banget minum Teh telor. Sudah diniatkan saat buka puasa nanti rencananya. Tetapi rencana tinggal rencana, karena ada pesanan Ufia customer juga yang mesti diantarkan. Jadilah waktu berbuka mepet banget, tak bisa apa apa. 



Bada isya 'dilapeh an bana taragak ko lai'. Kebetulan telor bebek yang dibeli empat butir minggu lalu masih ada. Dipecahkan sebutir, dipisah kuning dan putih telornya. Putihnya disimpan dulu, buat esok entah buat Bundo ataupun Dhifa. Putih telor banyak manfaatnya, banyak yang bisa diolah dengannya. 


Kuning telur tadi saya masukan ke dalam gelas dan ditambah sesendok gula pasir. Sekedarnya saja, sebagai syarat buat kuning telor bisa mengembang. Selanjutnya ditambahkan gula aren seperlunya, diaduk dengan hand mixer beberapa saat sehingga kuning telor tadi mengembang. Air yang telah dididihkan sebelumnya, kemudian saya tambahkan teh bendera sehingga pekat warnanya. Biarkan mendidih lagi beberapa saat. 


Adukan telor yang sudah selesai, kemudian ditambahkan teh mendidih tadi ke dalam gelas, secukupnya. Kemudian saya tambahkan "bumbu teh telor" seujung sendok ke dalam gelas, lalu diaduk dengan sendok. Setelah cukup larut, kemudian ditambahkan lagi teh pekat yang mendidih lagi hingga hampir memenuhi gelas. 


Dibiarkan beberapa saat, hingga tampak beberapa layer. Jika ingin mantap lagi bisa ditambahkan susu kental manis. Tetapi yang ini, tidak saya lakukan, karena saya tak butuh layer yang lebih dari teh telor ini. Yang saya butuhkan adalah original tastenya. Dan sedari awal saya yakin, bahwa ini akan saya dapatkan. 


Setelah sesi pengambilan photo yang berdampingan Ufia botol yang selalu tersedia di rumah, saya nikmati teh telor gula aren ini. Saya aduk sambil menikmati aroma yang menyeruak perlahan memasuki rongga hidung saya. Aromanya khas. Rasanya pun sangat mantap. Seteguk demi seteguk saya nikmati. Dan alhamdulillah ini sesuai dengan ekspektasi yang saya harapkan. 


Aroma dan rasanya yang selalu saya dapatkan di "de Lapau Minangnese" Graha Raya. Resep ini alhamdulillah, saya dapatkan karena kedekatan dengan sang owner. Kami berbagi cerita tentang olahan Teh Telor  yang berkembang dengan banyak varian saat itu. Baik di ranah ataupun yang di rantau. Namun bagi Om Willy ini, 'original taste' selalu jadi andalan di de Lapau


Kuncinya di resep 'bumbu teh telor' nya ini. Kebetulan saya sempat membelinya di pasar Lereng Bukittinggi saat mudik Desember tahun lalu, sementara om Willy mendapatkannya di pasar Ibuah Payakumbuh. Untuk urusan de Lapau Om Willy ini, umumnya bumbu yang digunakannya dari ranah minang, untuk semua racikan utama masakannya. 


Meskipun kini de Lapau ini dia hanya "lihat lihat dari jauh saja", karena ada orang kepercayaannya yang sudah bisa meng-handle semuanya. Dia kembali lagi menggeluti usaha konveksinya yang sempat vakum selama pandemi Covid. Sesekali ikut mengantarkan mobil yang dibeli orang ke Sumatra dan Bali. 


Anak muda yang lebih suka berwiraswasta ketimbang menjadi karyawan. Mengobrol dengan Om Willy ini selalu nyambung. Anaknya sopan dan halus budi bahasanya. Anak gaul juga, pernah nge-band juga. Tetapi aslinya dia itu juga pernah nyantri, lanjut di STM di kampung halaman sebelum kuliah di tanah betawi ini. 


Jadi ngobrol dengan dia itu masuk ke segala lini. Asyiiiik kan? 

Dan dari dia saya dapatkan resep teh telor mantap ini. Thanks Om Willy. 


Parung Serab, 17 Mei 2022

21.10 WIB

Menulis sembari menikmati seteguk demi seteguk teh telor gula Aren.

Selasa, 10 Mei 2022

Idealnya itu .......

Hasil MCU awal tahun ini cukup mencengangkan. Secara keseluruhan semuanya ok. Kalo saran untuk pake kacamata sudah dari dulu, sayang malas menggunakannya saja. Namun BB membuat diri agak khawatir. Berat waktu itu memang naik selepas pulang kampung akhir tahun. Naik di angka 78.


Disarankan tim medis untuk giat olahraga biar turun secara bertahap. Alhamdulillah kondisi itu bisa tercapai saat ini dan semoga tak naik lagi BMI nya ini. Awal puasa sudah bisa stabil di angka 72-73, namun sejak pulang lebaran kemarin sedikit khawatir juga. Biasanya naiknya cepat turunnya lambat. 




Alhamdulillah setelah ditimbang lagi dalam dua hari berturut turut setelah tiga hari balik dari Kapau, kisarannya kembali sama, persis sebelum Ramadhan tiba. Semoga kondisi ini bisa bertahan. Semoga bisa mencapai angkat 70 pertengahan tahun ini. Sesuai target. 


Ideal nya, kalo menurut BMI ini di angka 64. Tetapi masih jauh mencapai angka tersebut. Bertahap, InsyaAllah jauh lebih baik. 


Perlahan dicoba di iringi dengan puasa sunnah InsyaAllah. Doakan bisa ya...

Minggu, 08 Mei 2022

Ama



Kamis 21 April 2022, saat saya membaca doa zikir sore, terdengar HP Bundo berdering. Bundo yang lagi di dapur mempersiapkan 'pabukoan' langsung mengambil HP nya yang ada di kamar. Ternyata yang menelpon adalah Ama. Ama adalah panggilan Nova dan adek adeknya terhadap orangtua mereka. 


Saya yang dah selesai berzikir disamperin si bundo. Yang langsung duduk di samping saya dengan tetap menerima telpon dari ama. Saya hanya mendengar pembicaraan mereka. 


"Bilo terakhir sekolah?", tanya Ama. 

"Jumat ma", jawab Nova

"Tuh Jumat malam bisa barangkek?", tanya Ama lebih lanjut. 

"Antahlah ma. Tanyoan ka Dandi dulu ma", jawab Nova. 

"A yo, tanyoan lah dulu", harap Ama. 


Saya agak tersentak juga dengan harapan Ama ini. Begitu harapnya ama akan kami untuk segera pulang, sementara kami bertiga di rumah masih dalam kondisi flu dan batuk berdahak. Stamina belum fit. Tapi menunda pulang tentu akan mengecewakan Ama. 


"InsyaAllah kita lihat esok saja. Semoga esok sudah makin baik", pesan saya pada si Bundo. 


#####


Jumat pagi, Bundo sudah mulai berkemas. Imam sudah diminta menyiapkan segala keperluan baliknya ke pondok. Semuanya sudah harus ready dalam koper yang akan dia bawa nanti ke Ponorogo. 


Rencananya sabtu pagi kami akan berangkat, setelah sholat subuh. Saya yang masih flu dan batuk, dengan berat hati memutuskan untuk tidak ke kantor lagi. Tak enak hati sebenarnya. Tapi daripada nanti menularkan 'wabah', baiknya ya tetap di rumah. 


Setelah Jum'atan saya diskusi lagi dengan bundo. Saya sampaikan jika kita ingin pulang kampung, kita harus ganti ban mobil. Empat-empatnya sudah expired. Sudah lebih dari lima tahun dipakai. Meskipun 'ragi'-nya masih layak, tetapi sudah ada retak halus di beberapa bagian ban. Agak beresiko juga bila digunakan buat jalan jauh. 


Jam setengah tiga, saat cuaca mendung saya bawa mobil ke Shop and Drive di Sektor 9 Bintaro. Ternyata untuk ganti ban, saya harus antri empat mobil lagi.

"Masih mungkin nggak selesai malam ini. Saya tungguin, karena saya mau mudik mbak", tanya saya. Si mbaknya ragu. 

"Andai tak bisa malam ini esok pagi diambilnya pak", jawabnya. 


Akhirnya syaa diarahkan ke bengkel satunya lagi di Bintaro Jaya sektor 3. Masih ada antrian di sana, tetapi ban yang tersisa buat Terios saya hanya satu di sana, dan harus diambil di sektor sembilan, info lebih lanjut dari si mbaknya. 


Tak mau menunggu lebih lama lagi, saya langsung ke sana dalam guyuran hujan gerimis. Alhamdulillah sesampai di sana, menunggu sebentar, mobil saya langsung dicopot ke empat bannya, sambil menunggu tiga ban lagi yang dijemput. Ban serap saya minta check kondisinya dan ditambah anginnya. 


Alhamdulillah menunggu hingga jam 5 sore baru rapinya semuanya. Saya telpon bundo bahwa saya sudah selesai dan minta segalanya disiapkan. "InsyaAllah malam ini kita berangkat", kata saya. Entah semangat dari mana saya tidak tahu. Mungkin terngiang percakapan Nova dan Ama tadi yang sangat berharap kami segera pulang kampung. Kami berdua termasuk yang tak mau mengecewakan Ama. Kami taati permintaan Ama selama ini, temasuk keberanian untuk membuka Kuliner Kapau on-line ini. Semuanya karena 'instruksi' ama. Ama yang memberikan resepnya, jika kami ragu. 


Jadilah kami berangkat malam itu dan sampai di Kapau senin dini hari, saat pergantian hari. Dalam kondisi yang masih flu, meski sudah mulai berkurang. Lama di jalan karena kami mengalami macet parah antara Palembang Jambi. Sempat nginap di Wisma Tetasan Embun Betung karena kondisi saya yang tak kuat lagi. 


#####


Alhamdulillah atas kemudahan yang Allah berikan selama perjalanan dengan niat mengabdi kepada Ama, kondisi kami segera pulih setelah sampai di kampung. Memang kami tak banyak kemana mana. Hanya di rumah saja. Kecuali ketika ada tugas menjemput Anda Yolanda ke Bandara, sisanya kami sekitaran Bukittinggi saja. Jaga stamina tentunya. 


Tak banyak kami kulineran di luar kecuali yang terdekat dari rumah. Seperti sekitaran Simpang Tanjung Alam, menikmati teh telor, sekoteng dan tomat top serta sate danguang danguang. Itupun setelah selesai sholat isya, tarawih dan witir di mesjid Nurul Huda Tanjung Alam. 


Nova sebagai anak tertua, yang memang Ama harapkan datang lebih awal. Banyak hal yang mesti dibantu menjelang lebaran. Ama sudah sangat senang bahwa anak minantu dan cucunya akan berkumpul lagi lebaran tahun ini. Selain kami, yang lainnya datang menjelang lebaran, karena terikat kerja dan cutinya masing masing. 



Sejak kami datang, banyak hal yang dilakukan. Memenuhi harapan Ama untuk membuat Kalamai. Ama sangat berharap kepada saya, karena membuat Kalamai ini butuh tenaga. Waktunya lama, berasap pula. Ada dua jenis kalamai yang kami buat, satu hitam satu lagi berwarna coklat. Beda bahannya. Dan rasanya emang luar biasa. Kalamai kami sabana lamak. 


Belum lagi membuat rendang dan tambunsu, alhamdulillah kami berdua yang mengerjakannya

Ama tinggal instruksi dan pantau saja. Ama sebagai quality control atas olahan tambunsu dan rendang kami. Tetapi Ama yang sudah terbatas tenaga dan gerakannya tetap semangat mendampingi kami di dapur. Ama masih turun tangan semampu yang dia bisa. Termasuk membuat kue kembang loyang ini. Ama sangat senang, bisa memberikan yang terbaik bagi para cucunya. 


Dan ketika anak anak telah datang menjelang dan saat lebaran, saya berperan sebagai "Kapalo Arak". Mengamankan anak anak dengan mengajak mereka jalan jalan seputaran kota Bukittinggi saja.



Alhamdulillah, Nova di kampung bisa fokus belajar masak dengan Ama. 


Dan tambunsu karya Dapur Bundo Nova sudah " "dapek paten" dari Ama dan sudah teruji oleh adek adek dari Batam, Padang, Duri dan Pekanbaru. "Mantap rasonyo, padek dan kamek", kata mereka. 

Alhamdulillah.


#####


Dan mohon maaf kami tak bisa banyak bersilaturahmi dengan kawan kawan selama di ranah. Tak mau berjanji bertemu juga karena takut tak bisa memenuhi. Kami fokus di Kapau saja. Kami fokus menyenangkan hati Ama.

Indahnya Kelok Sembilan



Barusan dapat kiriman gambar dari da Kojenk Rozy  di WAG FIPIA Jadul, dipandang pandangi lebih lama ternyata indahnya, masyaAllah. Konfigurasi yang tak sengaja oleh para pemudik yang hendak balik ke tanah Melayu, Pekanbaru dan sekitarnya, sangat menakjubkan. Tentu kepintaran sang photograper dalam memgambil momen dan angle-nya sangat luar biasa. Pas banget. 


Dalam kepadatan jalan, dalam kemacetan yang panjang ternyata melahirkan gambar yang sangat indah. Entah siapa yang memiliki photo ini, tentu sangat senang jika photo ini diteruskan, diabadikan oleh banyak orang.


Dan ternyata dalam kemacetan itu ada hikmahnya. 


=={{{{}}}}==


Macet Selama Lebaran. 


Ranah minang yang elok, yang macetnya hanya ketika pulang kampung ketika hari raya adalah sesuatu fenomena tahunan, sejak dulunya. Sudah rutin. Bukan sekali ini saja. 


Bisa jadi macet tak ada selama lebaran hanya dua tahun belakangan ini saja. Ketika para perantau dilarang pulang kampung akibat Pandemi Covid tahun 2020 dan 2021. Tahun ini dianggap macetnya lebih parah disebabkan membludaknya perantau yang pulang kampung. Akibat tertahan rindu dua tahun lamanya. So macet ya dinikmati saja, dimaklumi saja. Seharusnya tak ada umpatan atau apapun kepada pihak manapun. Karena ini adalah pilihan. Pilihan libur saat lebaran, yang sebenarnya bisa disiasati. 


Hampir dua juta perantau mudik libur lebaran tahun ini, wajarlah macet ada di sepanjang jalur dari dan menuju Bukittinggi. Harus pintar pintar memilih waktu jika ke Bukittinggi, dan/atau harus pintar juga menghindari jalur ini dengan memilih akses lainnya, seperti dari Payakumbuh, Batusangkar memutar ke Solok, Sitinjau Lauik Padang. Meski jarak bertambah, tetapi jauh lebih cepat. Dan ini akan meringankan akses dari Bukittinggi, Padang Panjang dan Kayu Tanam. 


Solusi ke depan? 


Pertama: Akses jalan tol yang belum jadi, karena kendala pembebasan lahan yang tak berkesudahan, harus bisa selesai secepatnya. Sehingga ketersambungan tol dari Riau ke Sumbar segera bisa dinikmati. Ikan sepat, ikan gabus. Makin cepat makin bagus. Sehingga di tahun tahun yang akan datang kemacetan parah ini bisa dikurangi bertahap. 


Pembangunan tol di antara Kota Padang Panjang - Bukittinggi - Payakumbuh harus menjadi prioritas. Karena sumber macetnya di hari normal maupun weekend selalu di sini, ketimbang Tol Padang Sicincin. Banyaknya pasar sepanjang jalan yang relatif sempit bisa diimbangi oleh jalan tol yang akan dibangun. 


Yang kedua: Perlu dipikirkan kapan akan dilaksanakan pelebaran jalan secara bertahap, di tempat-tempat yang masih memungkinkan. Akses jalan selama ini seperti Labuah Luruih antara Bukittinggi - Payakumbuh, Padang - Kayu Tanam, Ombilin - Padang Panjang dan Simpang Piladang - Batusangkar perlu dibuatkan rencana pelebarannya.  Pelebaran secara bertahap harus dilakukan. Jangan dilupakan.Jangan segitu gitunya terus. 


Alternatif pelebaran jalan ini jauh lebih ringan ketimbang membangun jalan Lingkar Luar di sepanjang Kota Bukittinggi. Bukittinggi yang tanahnya kotanya sempit, susah diharapkan, kecuali kerjasama dengan pemerintahan Kabupaten Agam. 


Dua poin di atas jika dilakukan lebih cepat, InsyaAllah perantau yang dari tahun ke tahun meningkat tentu akan senang setiap pulang kampung. Akan banyak turis domestik lain yang akan menjadikan Sumbar sebagai destinasi utama dalam menikmati liburan bersama keluarganya. Akan banyak uang dari rantau yang mengalir ke Ranah. 


Demikian sebuah tulisan menjelang siang ini, yang terinspirasi dari gambar Kelok Sembilan tadi malam. Sebuah view gambar yang syantik sekali. Andai tak macet, tentu tak ada gambar seindah ini. So selalu ada hal yang positif yang bisa diambil dalam setiap kesulitan (baca kemacetan ya?) 


Parung Serab Ciledug, 

8 Mei 2022, 11.50 WIB

Kamis, 05 Mei 2022

Menunggu Giliran Mandi

Alhamdulillah, terios yang kami sayangi ini, yang telah mendampingi selama 9 tahun april lalu, saat ini menunggu waktunya mandi. Setelah menjalani perjalanan panjang dari 22 April lalu hingga tadi pagi sampai kembali di rumah, di Puri Bintaro Hijau, kembali harus dimandikan. Banyak tempat mandi mobil saat ini yang tutup terpaksa mandi manjanya dengan hidrolic ditunda. Biasanya setelah perjalanan panjang, kami mandi manjakan dengan snow wash yang menggunakan hidrolic, supaya segala daki dan kotoran yang menempel bener bener bersih dari tubuhnya. Sayang sore ini, salah satu tempat langganan terios kami mandi manja tutup, karena karyawan nya masih libur lebaran. 

Dan kemarin adalah perjalanan yang luar biasa yang kami lakukan. Seolah olah saya dapat kuda tunggangan yang mengerti akan kebutuhan tuannya. Berlari sepanjang malam sejak dari masjid Agung Darussalam kabupaten Muara Rawas selepas sholat maghrib di tengah guyuran hujan yang lebat dan sedang, hingga sampai di Muara Enim. Dalam guyuran hujan tersebut seolah tahu bahwa tuannya harus sampai di tujuan sekitar jam 10 pagi esok. Menyatunya keinginan sang tuan dan kekuatan Terios ini terbukti, tak ada yang bisa mendahului kami. Semua yang di depan tersalip dengan baik. Berpacu menuju pintu toll Kayu Agung dan terus berlari kencang sepanjang Toll Sumatra. 

Berhenti sejenak hanya ketika mengisi pertalite dan sholat subuh saja, dan yang agak lama ketika sudah sampai di Bakauheni. Rehat selama penyebrangan. Dan kembali lagi berpacu di sepanjang Toll Cilegon hingga Bintaro. Alhamdulillah, jam 10.10 sampai di rumah dengan selamat.

Alhamdulillah total perjalanan 28 jam dari Kapau hingga ke rumah adalah capaian terbaik saya selaku "solo driver". Sepanjang perjalanan, tak ada kantuk sepicing pun. Catatan tersendiri 24 jam pas dari Kapau hingga Bakauheni. Alhamdulillah stamina saya masih oke, dan yang penting makin bernyali sepanjang lintasan, termasuk saat saat masuk daerah rawan sepanjang linteng di malam hari. Hanya tawakal pada Allah semata, yang lain lain mah lewat, InsyaAllah. 

Dan cemongnya bedak Sumatra yang menempel pada Terios kami pun harus segera dibersihkan. Sama halnya ketika sampai di Kapau waktu mudik kemarin pun langsung dibersihkan. Tak peduli tuannya masih jetlag, yang penting ada kesempatan, langsung dimandikan. 

Sembilan tahun bersama, mengantarkan kebersamaan kami sekeluarga sepanjang lintasan Jawa dan Sumatra menjadikan Terios ini bagian dari kehidupan kami. Dan sang "junior" kami, Imam pun sudah mulai mendapatkan "rasa" dengan Terios ini. Sudah dijajal oleh Imam di Toll Sumatra sekitaran Tol Kayu Agung hingga keluar tol Kramasan dan juga dari komplek Jondul Padang hingga ke Bandara Internasional Minangkabau. 

Apapun itu, kondisi Terios ini tetap kami jaga. Kami rawat semaksimal mungkin. Semoga kelak Imam pulang, lulus sebagai alumni Gontor siap menunggangi Terios ini sama baiknya dengan sang ayah nya. 

Dan segala bedak Sumatra harus disingkirkan. Malam ini menunggu giliran dengan no urut empat. Terios ini memang tangguh, setangguh tuannya. Staminanya kuat, sekuat staminanya tuannya, InsyaAllah. 
☺😃🙃



Selasa, 03 Mei 2022

Menjulang, cerdas dan berakhlak

Namanya Rafi. Mahasiswa semester 6 IPB jurusan Biokimia. Secara silsilah keluarga, jatuhnya bagi si Bundo Nova Yanti adalah cucu. 


Tiga tahun yang lalu saat diterima di IPB sebagai mahasiswa undangan melalui jalur Bidik Misi kami yang mengantarkannya ke wisma IPB sebagai mahasiswa baru. Dan setelah perjalanan waktu, alhamdulillah sore kemarin, lebaran pertama di Kapau, Rafi datang bersama ni Eza dan anak anaknya. 



Saya tetap saja terpana melihat nya. Tingginya yang mencapai angka 195cm dan kecerdasan yang tetap terasah membuat saya dan Bundo benar benar takjub. Tinggi yang menjulang ini tetap menjadikan dia menjadi mahasiswa tertinggi di IPB dalam tiga tahun terakhir ini. Ini artinya sejak jadi mahasiwa IPB hingga saat ini dia masih memegang rekor. 


Begitu pula dengan kecerdasan yang dia miliki, menjadikan dia sebagai anak kampung, yang berasal dari pelosok desa di Kapau, ternyata otaknya yang brilian mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya dalam prestasi akademik. Saat ini, dia sudah mulai mengerjakan riset buat tugas akhirnya dan juga merangkap sebagai asisten dosen di kampusnya. InsyaAllah di semester tujuh nanti, dia mendapatkan tawaran untuk mengambil program fast track di IPB. Program ini adalah suatu tawaran untuk lanjut study ke jenjang S2 sekaligus.


MasyaAllah... 

Saya tak habis pikir, begitu cara Allah mengangkat derajat hambaNya. Ibunya sudah tiada dan dibesarkan oleh neneknya selama sekolah di kampung. Allah mudahkan dia dalam keberlanjutan study sejak jadi mahasiswa hingga saat ini. Dengan program bidik misi, artinya dia menjalani study nya dengan biaya pemerintah. Dapat beasiswa FULL. Dan itu InsyaAllah berlanjut hingga ke jenjang master nantinya. Suatu hal yang tak banyak bisa dinikmati oleh mahasiswa lainnya. 


Alhamdulillah, ada kebanggan dengan kesantunan yang tetap terjaga hingga saat ini kami rasakan. Dengan mau datang bersilaturahmi di saat hari raya, di hari pertama pula Rafi benar benar anak yang hebat, anak yang santun. Anak yang berakhlak. Tak ada kesombongan sama sekali. Luar biasa. Semoga tetap terjaga hingga akhir hayatnya nanti. 


Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi adik adik lainnya. Bagaimana kesungguhan dalam study selalu saja ada jalan yang Allah siapkan, bila kita tetap menjaga kedekatan dengan-Nya. Doa dan restu dari orang orang terdekat tentu ada pengaruhnya. Allah akan bantu dari mana jalan yang takkan mungkin kita sadari. Tapi tetap yakin dengan pertolongan Allah itu adalah keharusan. 


Doa dan ikhtiar, adalah dua mata uang yang tetap kita lakukan. Seiring tanpa terpisahkan. 


Kapau, 2 Mei 2022

20.25

Minggu, 01 Mei 2022

Jam Gadang: The Iconic Kota Bukittinggi

Sabtu pagi anak anak mengajak untuk memanfaatkan waktu jalan jalan bersama. Mumpung kota belum sesak, masih lega buat jalan jalan kemana saja. Andai nanti lebaran tiba tentu pusat kota Bukittinggi ini akan padat. Padat sekali. 



Mengapa kota yang satu ini selalu padat setiap lebaran dan liburan? 


Yang Pertama: 

Semua objek wisata yang ada di Kota ini berpusat di tengah kota. Dan jaraknya pun berdekatan semuanya. Bisa ditempuh berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya. Semua objek wisatanya terkelola dengan baik dengan harga yang sangat terjangkau untuk ukuran para perantau. Ada Kebon Bintang yang terhubung dengan Benteng Ford De Cocknya melalui Jembatan Limpapehnya. Ada Panoroma Ngarai Sianok yang terintegrasi dengan Lubang Japangnya. Ada Ngarai Sianok nya juga. 


Yang Kedua: 

Selain objek wisata, pusat kulineran dan oleh olehnya juga ada di sini. Semuanya ada di "Pasa Ateh Bukittinggi" dan "Los Lambuang" yang terkenal dengan pusat masakan Nasi Kapau nya. Semuanya tetap bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Belum lagi ada Mall Ramayana dan Fast Food Resto lainnya. Semua gampang ditemui, semuanya uenak untuk dicicipi. Dan semuanya harganya sekarang ini sudah ada standartnya. Baik untuk makanan ataupun belanja oleh olehnya. Sudah tak ada lagi harga "main pakuak" nya. Image belanja dengan harga yang terjangkau sesuai kualitas barangnya sudah terjaga dengan turut sertanya pemerintah dalam membina para pedagang yang ada. InsyaAllah dengan begini Bukittinggi bisa menjadi kota perdagangan yang layak bagi semuanya pendatangnya. Belanja nyaman dan aman, pembeli dan penjual sama sama senang. 


Yang Ketiga: 

Ada kerinduan akan Jam Gadang. Seolah olah kalo belum berkodak di Jam Gadang, belum sah artinya pulang ke ranah minang. Berphoto di Jam Gadang menjadi bukti sejarah buat masa depan. Bahkan yang sudah sering pulang pun masih tetap saja mau datang ke sana. Memang dari tahun ke tahun, Jam Gadang selalu berbenah. Alhamdulillah sekarang ini sudah jauh berubah, sudah tertata dengan baik. Suasana di sini selalu rame dikunjungi dari pagi hingga malam hari. Jika siang, keindahan alamnya bisa dinikmati dengan latar belakang gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Jika malam hari dengan taman dan lampu LED yang menyala terang menjadikan Jam Gadang bak Bintang Gemintang, bercahaya terang. Ada taman dengan air mancur nya yang bisa bergoyang. 



Tiga point di atas sudah mewakili kerinduan para perantau untuk selalu datang saat liburan, termasuk kami yang berkumpul. Arab yang dari Padang, Pekanbaru, Batam dan Jakarta. Nggak pernah bosan bosannya ke sini. Suasana seperti ini kami rasakan empat tahun yang silam. Saat Anak Minantu dan Cucu (Amincu) ama Asma Yati pulang kampung semuanya. 


Mumpung masih lengang, kami bisa leluasa duduk duduk di pelataran Taman Jam Gadang. Anak anak masih bisa berlarian, masih bisa terjangkau dalam pantauan. Dan sebagai penutup agenda di sini, tak lupa photo photo sebagai bukti. 



Akhirnya perjalanan dilanjutkan ke Banto Royo yang jaraknya sekitar 20 menit dari pusat kota Bukittinggi. Tulisan kami di Bonto Royo sudah tayang kemarin. 


Masjid Raya Bukittinggi, 1 Mei 2022

Jam 9.30, sambil menunggu anak anak main di BonBin

Malapeh Taragak jo Nasi Kapau



Sore tadi sengaja meliput "pasa pabukoan" yang ada di simpang Tugu Kapau. Sebenarnya sudah sejak awal kedatangan memantau kondisi di sini, tetapi baru tadi sempat. Itupun tak sengaja, ketika Sang Bundo berbelanja kebutuhan di warung temannya, saya manfaatkan waktu untuk meliput suasana yang memang sangat ramai dibandingkan hari hari sebelum nya. Mungkin para "pulkamers" sudah banyak yang datang perantauan dan kangen dengan masakan Khas Kapau yang dibeli langsung di daerah asalnya. 



Alhamdulillah banyak yang datang, banyak yang beli tentu akan membuat roda perekonomian masyarakat setempat bergerak dengan cepatnya. Ada perpindahan ekonomi masyarakat di kota-kota besar di perantauan ke kampung halaman selama liburan lebaran tahun ini. Tentu sangat berbeda suasananya dibandingkan dua tahun lalu ketika Covid melanda. Ketika para perantau dilarang pulang kampung dengan aturan yang sangat ketat. 

Kondisi di Kapau tentu sama halnya dengan nagari nagari lainnya yang ada di seluruh ranah minang. 1,8 juta perantau yang pulang kampung tahun ini ke ranah minang tentu membuat perubahan ekonomi secara signifikan. Ranah bangkit ekonominya, dan para perantau lepas seleranya. 

Begitu juga diakhir liputan saya di Nasi Kapau Ibu Letti, bertemu dengan ante (baca uni) Za yang juga perantau dari Jakarta. Beliau adalah juragan nasi Kapau di pasar Senen. Tahun ini pulang kampung beserta anak-anak nya. Alhamdulillah, sapaan beliau kepada saya menyebabkan kaget juga. Saya pikir tak ada orang yang akan mengenal saya di sini. Tetapi, ternyata.... Klip video terpaksa dihentikan, berlanjut dengan saling sapa saling cerita. Dan ujung ujungnya bawa pulang bekal buka puasa, sekantong "godok batinta" dan sebungkus nasi Kapaunya. Free alias perai. 


Lalu saya pun menjemput Bundo dan mengajak kembali ke kadai Nasi bu Letti tadi. Dan akhirnya drama seru terjadi lagi. Saling cipaka cipiki, saling tawa dengan renyahnya. Sejatinya Nova adalah sepupu dengan nte Za ini, tetapi karena beda usia akhirnya uni harus dipanggil ante. Kelirulogi dalam silsilah keluarga. Banyak cerita terjadi di sini, lebih seru dibandingkan saya. 


Uni Za ini adalah tempatan pertama Nova ketika diantar ama dulu merantau ke Jakarta, Mei 2001. Ponakan kandung dari apa Nova. Begitu juga dengan anak anak ni Eza, Nova kenal baik. Ada Rima, Rika dan Rezi sore itu menemani mamanya. Seru deh, pokoknya kalo sesama orang rantau ketemunya malah di ranah. 


Kami pulang ke rumah setelahnya dan tak lama kemudian waktu buka pun tiba. Dan Nasi Kapau ynag dipesan sebelumnya dari Kadai Evi dan tambahan sebungkus lagi dari Kedai Bu Letti, menjadi santapan kami. Saya dan Imam makan berdua. Anda Yolanda Nova dan ama Asma Yati satu bungkus bertiga sedangkan Wati, Amni Deka dan Aira juga satu bertiga. Keinginan makan nasi bungkus Kapau akhirnya terkabulkan juga. 


Lain olahan sendiri, lain pula nikmatnya makan nasi bungkus dari Lapau Nasi saudara atau famili sendiri. Suasana makannya beda. Cara menikmatinya pun beda. 


Yang jelas: Laper Taragak.

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...