Kamis 21 April 2022, saat saya membaca doa zikir sore, terdengar HP Bundo berdering. Bundo yang lagi di dapur mempersiapkan 'pabukoan' langsung mengambil HP nya yang ada di kamar. Ternyata yang menelpon adalah Ama. Ama adalah panggilan Nova dan adek adeknya terhadap orangtua mereka.
Saya yang dah selesai berzikir disamperin si bundo. Yang langsung duduk di samping saya dengan tetap menerima telpon dari ama. Saya hanya mendengar pembicaraan mereka.
"Bilo terakhir sekolah?", tanya Ama.
"Jumat ma", jawab Nova
"Tuh Jumat malam bisa barangkek?", tanya Ama lebih lanjut.
"Antahlah ma. Tanyoan ka Dandi dulu ma", jawab Nova.
"A yo, tanyoan lah dulu", harap Ama.
Saya agak tersentak juga dengan harapan Ama ini. Begitu harapnya ama akan kami untuk segera pulang, sementara kami bertiga di rumah masih dalam kondisi flu dan batuk berdahak. Stamina belum fit. Tapi menunda pulang tentu akan mengecewakan Ama.
"InsyaAllah kita lihat esok saja. Semoga esok sudah makin baik", pesan saya pada si Bundo.
#####
Jumat pagi, Bundo sudah mulai berkemas. Imam sudah diminta menyiapkan segala keperluan baliknya ke pondok. Semuanya sudah harus ready dalam koper yang akan dia bawa nanti ke Ponorogo.
Rencananya sabtu pagi kami akan berangkat, setelah sholat subuh. Saya yang masih flu dan batuk, dengan berat hati memutuskan untuk tidak ke kantor lagi. Tak enak hati sebenarnya. Tapi daripada nanti menularkan 'wabah', baiknya ya tetap di rumah.
Setelah Jum'atan saya diskusi lagi dengan bundo. Saya sampaikan jika kita ingin pulang kampung, kita harus ganti ban mobil. Empat-empatnya sudah expired. Sudah lebih dari lima tahun dipakai. Meskipun 'ragi'-nya masih layak, tetapi sudah ada retak halus di beberapa bagian ban. Agak beresiko juga bila digunakan buat jalan jauh.
Jam setengah tiga, saat cuaca mendung saya bawa mobil ke Shop and Drive di Sektor 9 Bintaro. Ternyata untuk ganti ban, saya harus antri empat mobil lagi.
"Masih mungkin nggak selesai malam ini. Saya tungguin, karena saya mau mudik mbak", tanya saya. Si mbaknya ragu.
"Andai tak bisa malam ini esok pagi diambilnya pak", jawabnya.
Akhirnya syaa diarahkan ke bengkel satunya lagi di Bintaro Jaya sektor 3. Masih ada antrian di sana, tetapi ban yang tersisa buat Terios saya hanya satu di sana, dan harus diambil di sektor sembilan, info lebih lanjut dari si mbaknya.
Tak mau menunggu lebih lama lagi, saya langsung ke sana dalam guyuran hujan gerimis. Alhamdulillah sesampai di sana, menunggu sebentar, mobil saya langsung dicopot ke empat bannya, sambil menunggu tiga ban lagi yang dijemput. Ban serap saya minta check kondisinya dan ditambah anginnya.
Alhamdulillah menunggu hingga jam 5 sore baru rapinya semuanya. Saya telpon bundo bahwa saya sudah selesai dan minta segalanya disiapkan. "InsyaAllah malam ini kita berangkat", kata saya. Entah semangat dari mana saya tidak tahu. Mungkin terngiang percakapan Nova dan Ama tadi yang sangat berharap kami segera pulang kampung. Kami berdua termasuk yang tak mau mengecewakan Ama. Kami taati permintaan Ama selama ini, temasuk keberanian untuk membuka Kuliner Kapau on-line ini. Semuanya karena 'instruksi' ama. Ama yang memberikan resepnya, jika kami ragu.
Jadilah kami berangkat malam itu dan sampai di Kapau senin dini hari, saat pergantian hari. Dalam kondisi yang masih flu, meski sudah mulai berkurang. Lama di jalan karena kami mengalami macet parah antara Palembang Jambi. Sempat nginap di Wisma Tetasan Embun Betung karena kondisi saya yang tak kuat lagi.
#####
Alhamdulillah atas kemudahan yang Allah berikan selama perjalanan dengan niat mengabdi kepada Ama, kondisi kami segera pulih setelah sampai di kampung. Memang kami tak banyak kemana mana. Hanya di rumah saja. Kecuali ketika ada tugas menjemput Anda Yolanda ke Bandara, sisanya kami sekitaran Bukittinggi saja. Jaga stamina tentunya.
Tak banyak kami kulineran di luar kecuali yang terdekat dari rumah. Seperti sekitaran Simpang Tanjung Alam, menikmati teh telor, sekoteng dan tomat top serta sate danguang danguang. Itupun setelah selesai sholat isya, tarawih dan witir di mesjid Nurul Huda Tanjung Alam.
Nova sebagai anak tertua, yang memang Ama harapkan datang lebih awal. Banyak hal yang mesti dibantu menjelang lebaran. Ama sudah sangat senang bahwa anak minantu dan cucunya akan berkumpul lagi lebaran tahun ini. Selain kami, yang lainnya datang menjelang lebaran, karena terikat kerja dan cutinya masing masing.
Sejak kami datang, banyak hal yang dilakukan. Memenuhi harapan Ama untuk membuat Kalamai. Ama sangat berharap kepada saya, karena membuat Kalamai ini butuh tenaga. Waktunya lama, berasap pula. Ada dua jenis kalamai yang kami buat, satu hitam satu lagi berwarna coklat. Beda bahannya. Dan rasanya emang luar biasa. Kalamai kami sabana lamak.
Belum lagi membuat rendang dan tambunsu, alhamdulillah kami berdua yang mengerjakannya
Ama tinggal instruksi dan pantau saja. Ama sebagai quality control atas olahan tambunsu dan rendang kami. Tetapi Ama yang sudah terbatas tenaga dan gerakannya tetap semangat mendampingi kami di dapur. Ama masih turun tangan semampu yang dia bisa. Termasuk membuat kue kembang loyang ini. Ama sangat senang, bisa memberikan yang terbaik bagi para cucunya.
Dan ketika anak anak telah datang menjelang dan saat lebaran, saya berperan sebagai "Kapalo Arak". Mengamankan anak anak dengan mengajak mereka jalan jalan seputaran kota Bukittinggi saja.
Alhamdulillah, Nova di kampung bisa fokus belajar masak dengan Ama.
Dan tambunsu karya Dapur Bundo Nova sudah " "dapek paten" dari Ama dan sudah teruji oleh adek adek dari Batam, Padang, Duri dan Pekanbaru. "Mantap rasonyo, padek dan kamek", kata mereka.
Alhamdulillah.
#####
Dan mohon maaf kami tak bisa banyak bersilaturahmi dengan kawan kawan selama di ranah. Tak mau berjanji bertemu juga karena takut tak bisa memenuhi. Kami fokus di Kapau saja. Kami fokus menyenangkan hati Ama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar