Sore tadi sengaja meliput "pasa pabukoan" yang ada di simpang Tugu Kapau. Sebenarnya sudah sejak awal kedatangan memantau kondisi di sini, tetapi baru tadi sempat. Itupun tak sengaja, ketika Sang Bundo berbelanja kebutuhan di warung temannya, saya manfaatkan waktu untuk meliput suasana yang memang sangat ramai dibandingkan hari hari sebelum nya. Mungkin para "pulkamers" sudah banyak yang datang perantauan dan kangen dengan masakan Khas Kapau yang dibeli langsung di daerah asalnya.
Alhamdulillah banyak yang datang, banyak yang beli tentu akan membuat roda perekonomian masyarakat setempat bergerak dengan cepatnya. Ada perpindahan ekonomi masyarakat di kota-kota besar di perantauan ke kampung halaman selama liburan lebaran tahun ini. Tentu sangat berbeda suasananya dibandingkan dua tahun lalu ketika Covid melanda. Ketika para perantau dilarang pulang kampung dengan aturan yang sangat ketat.
Kondisi di Kapau tentu sama halnya dengan nagari nagari lainnya yang ada di seluruh ranah minang. 1,8 juta perantau yang pulang kampung tahun ini ke ranah minang tentu membuat perubahan ekonomi secara signifikan. Ranah bangkit ekonominya, dan para perantau lepas seleranya.
Begitu juga diakhir liputan saya di Nasi Kapau Ibu Letti, bertemu dengan ante (baca uni) Za yang juga perantau dari Jakarta. Beliau adalah juragan nasi Kapau di pasar Senen. Tahun ini pulang kampung beserta anak-anak nya. Alhamdulillah, sapaan beliau kepada saya menyebabkan kaget juga. Saya pikir tak ada orang yang akan mengenal saya di sini. Tetapi, ternyata.... Klip video terpaksa dihentikan, berlanjut dengan saling sapa saling cerita. Dan ujung ujungnya bawa pulang bekal buka puasa, sekantong "godok batinta" dan sebungkus nasi Kapaunya. Free alias perai.
Lalu saya pun menjemput Bundo dan mengajak kembali ke kadai Nasi bu Letti tadi. Dan akhirnya drama seru terjadi lagi. Saling cipaka cipiki, saling tawa dengan renyahnya. Sejatinya Nova adalah sepupu dengan nte Za ini, tetapi karena beda usia akhirnya uni harus dipanggil ante. Kelirulogi dalam silsilah keluarga. Banyak cerita terjadi di sini, lebih seru dibandingkan saya.
Uni Za ini adalah tempatan pertama Nova ketika diantar ama dulu merantau ke Jakarta, Mei 2001. Ponakan kandung dari apa Nova. Begitu juga dengan anak anak ni Eza, Nova kenal baik. Ada Rima, Rika dan Rezi sore itu menemani mamanya. Seru deh, pokoknya kalo sesama orang rantau ketemunya malah di ranah.
Kami pulang ke rumah setelahnya dan tak lama kemudian waktu buka pun tiba. Dan Nasi Kapau ynag dipesan sebelumnya dari Kadai Evi dan tambahan sebungkus lagi dari Kedai Bu Letti, menjadi santapan kami. Saya dan Imam makan berdua. Anda Yolanda Nova dan ama Asma Yati satu bungkus bertiga sedangkan Wati, Amni Deka dan Aira juga satu bertiga. Keinginan makan nasi bungkus Kapau akhirnya terkabulkan juga.
Lain olahan sendiri, lain pula nikmatnya makan nasi bungkus dari Lapau Nasi saudara atau famili sendiri. Suasana makannya beda. Cara menikmatinya pun beda.
Yang jelas: Laper Taragak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar