Senin, 29 November 2021

KISAH NYATA SEORANG DOKTER SETELAH IKTIKAF DI MESJID 3 HARI

 KISAH NYATA yg inspiratif di Bandung .

Sejak pulang dari itikaf di masjid selama tiga  hari bersama jamaah dakwah, dokter Agus menjadi pribadi yang berbeda. Sedikit-sedikit bicaranya Allah, sedikit-sedikit bicaranya Rasulullah.

Cara makan dan cara tidurnya pun berbeda, katanya itulah cara tidur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Rupanya, pengalaman itikaf dan belajar di masjid betul-betul berkesan baginya. Ada semangat baru.


Namun beliau juga jadi lebih banyak merenung. Dia selalu teringat-ingat dengan kalimat yang dibicarakan amir jamaah. 

“Obat tidak dapat menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah.

Obat bisa menyembuhkan berhajat kepada Allah, karena sunnatullah. 

Sedang Allah menyembuhkan, tidak berhajat melalui obat. 


Allah bisa menyembuhkan dengan obat atau bahkan tanpa obat.

Yang menyembuhkan bukanlah obat, yang menyembuhkan adalah Allah.”


Dia-pun merenung, bukan hanya obat, bahkan dokter pun tidak punya upaya untuk memberi kesembuhan. Yang memberi kesembuhan adalah Allah. 

Sejak itu, sebelum memeriksa pasiennya, ia selalu bertanya.

“Bapak sebelum ke sini sudah izin dulu kepada Allah?” atau “Sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Allah?” atau “Sudah lapor dulu kepada Allah?"

Jika dijawab belum (kebanyakan memang belum), beliau meminta pasien tersebut mengambil air wudhu, dan shalat dua rakaat di tempat yang telah disediakan


Jika memberikan obat, beliau pun berpesan dengan kalimat yang sama. “Obat tidak bisa menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Namun berobat adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sebagai ikhtiar dan sunnatullah, agar Allah mau menyembuhkan”.

Ajaib! banyak pasien yang sembuh.


Jika diperiksa dengan ilmu medis, peluang sehatnya hampir tidak ada, ketika diberikan terapi “Yakin” yang diberikan beliau, menjadi sehat.

Pernah ada pasien yang mengeluh sakit, beliau minta agar orang tsb. untuk shalat dua rakaat (minta ampun dan minta kesembuhan kepada Allah), ketika selesai shalat pasien tersebut langsung merasa sehat dan tidak jadi berobat. 


Rudi, Asistennya bertanya, kenapa dia langsung sembuh? 

Dr. Agus katakan, bisa jadi sumber sakitnya ada di hati, hati yang gersang karena jauh dari Allah. 


Efek lain adalah pasiennya pulang dalam keadaan senang dan gembira. Karena tidak hanya fisiknya yang diobati, namun batinnya pun terobati. 

Hati yang sehat, membuat fisik yang kuat. Dan sebaik-baik obat hati adalah Dzikir, Al-Quran, Wudhu, Shalat, Do'a dan tawakal pada Allah.


Pernah ada pasien yang jantungnya bermasalah dan harus dioperasi. 

Selain “Yakin”, beliau juga mengajarkan terapi cara hidup Rasulullah. Pasien tersebut diminta mengamalkan satu sunnah saja, yaitu sunnah tidur. Sebelum tidur berwudhu, kalau bisa shalat dua rakaat, berdoa, berdzikir, menutup aurat, posisi kanan adalah kiblat, dan tubuh miring ke kanan.

Seminggu kemudian, pasien tersebut diperiksa. Alhamdulillah, tidak perlu dilakukan operasi. Allah telah memberi kesembuhan atasnya.


Ada juga pasien yang ginjalnya bermasalah. Beliau minta agar pasien tersebut mengamalkan sunnah makan dan sunnah di dalam WC. Makan dengan duduk sunnah sehingga posisi tubuh otomatis membagi perut menjadi 3 (udara, makanan, dan air). Kemudian buang air kecil dengan cara duduk sunnah, menguras habis-habis kencing yang tersisa dengan berdehem 3 kali, mengurut, dan membasuhnya dengan bersih. 

Seminggu kemudian, saat diperiksa ternyata Allah berikan kesembuhan kepada orang tersebut.


Rudi pernah sedikit protes. Sejak melibatkan Allah, pasiennya jadi jarang bolak-balik dan berisiko mengurangi pendapatan beliau.

Namun Dr. Agus katakan bahwa rezeki adalah urusan Allah. Dan beliau jawab dengan kalimat yang sama dengan redaksi yang berbeda, bahwa “Sakitnya pasien tidak dapat mendatangkan rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah. Allah juga bisa mendatangkan rezeki tanpa melalui sakitnya pasien”.


Enam bulan berikutnya seorang pasien yang pernah sembuh karena diminta shalat oleh beliau, datang ke klinik, mengucapkan terima kasih, dan berniat mengajak dokter serta asistennya umroh bulan depan. 

Dr. Agus kemudian memanggil Rudi ke dalam ruangan. Sebenarnya beliau tahu bahwa Rudi ingin:  sekali berangkat umrah. Namun kali ini beliau ingin bertanya langsung dengannya.


“Rudi, bapak ini mengajak kita untuk umrah bulan depan, kamu bersedia?”

Rudi tidak menjawab, namun matanya berbinar, air matanya tampak mau jatuh.

“Sebelum menjawab, saya izin shalat dulu pak,” ucapnya lirih. Ia shalat lama sekali, sepertinya ini shalat dia yang paling khusyu'.

Pelan, terdengar dia terisak-isak menangis dalam doanya.

------

Demikian mudah-mudahan kisah yang di bagikan membawa banyak manfaat,..... kisah nyata........... 

Dr. Agus Thosin, SpJP (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah) praktek di RSAI Bandung

                   ┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈

πŸ“‘ Raih amal shalih dengan menyebarkan, semoga bermanfaat.

Jazakumullahu khoiron....

πŸƒπŸŒΌπŸƒπŸ€πŸƒπŸŒΌπŸƒ


SILAHKAN DI SHARE SEBANYAK MUNGKIN JANGAN LUPA FOLLOW IG & TWITTER UNTUK INFO-INFO KESEHATAN MILENIAL

Instagram : @doktermilenialindonesia
Twitter       : @doktermilenial
Founder doktermilenialindonesia : @dr_ivan_albar

http://www.liputannews.net/2019/06/kisah-nyata-seorang-dokter-setelah.html

Senin, 16 Agustus 2021

Hikmah: Membeli Keringat Guru

Penulis: No Name 


Dalam sebuah diskusi, seorang murid bertanya kepada guru nya,


Murid : "jika memang benar para guru adalah orang orang pintar!, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang orang kaya raya itu?


Gurunya tersenyum bijaksana, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangan nya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.


Ia meletakkan timbangan tersebut diatas meja, dan berkata : " Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram".


"Berapa harga emas seberat itu?"


Murid mengerutkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia menjawab,


"Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 miliar rupiah".


Guru : "Baik lah anakku, sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepada mu membawa timbangan ini dan ingin menjual nya seharga itu, adakah yang bersedia membeli nya?"


Murid terdiam sejenak!, merasa mulai mendapatkan sedikit pencerahan dari sang guru, lalu ia berkata : "timbangan emas tidak lebih berharga dari emas nya!, saya bisa mendapatkan timbangan ini dengan harga dibawah dua juta rupiah!, mengapa harus membayar sampai 4 miliar? "


Guru menjawab : "Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasi mu, kalian lah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar pengetahuan mu."


"Jika ada seseorang datang kepada mu membawa sebongkah berlian ditangan kanan nya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : "ditangan kiri ku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada ditangan kanan ku ini, tanpa keringat ini, tidak akan ada berlian, maka beli lah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian"


"Apakah ada yang mau membeli keringat nya?"


"Tentu tidak."


"Orang hanya akan membeli berlian nya dan mengabaikan keringat nya.

Biarlah kami, para guru menjadi keringat itu, dan kalian lah yang seharusnya menjadi berlian nya. "


Sang murid menangis, ia memeluk guru nya dan berkata : "wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya, kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kepintaran kami, setiap kilau permata kami, ada tetes keringat mu...


Guru berkata : "Biarlah keringat itu menguap, menuju alam hakiki disisi ilahi rabbi, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak pernik dunia ini, mohon jangan lupakan nama kami dalam doa kalian."

Sabtu, 14 Agustus 2021

Teh Talua Tapai plus Kopi

Melihat pagi ini masih ada sisa tapai kemarin masih ada, ke pengen aja membuat 'teh talua tapai'. Namun berbeda dengan teh talua tapai yang pernah saya posting sebelumnya, kali ini kita tambahkan sedikit kopi bubuk. 


Dengan satu butir kuning telor bebek dan dua sendok makan gula pasir dan seujung sendok kopi bubuk, kita aduk dengan mixer beberapa saat, hingga warnanya berubah dari kuning hingga agak putih. Kekentalannya pun bisa dirasakan. Disebabkan adanya bubuk kopi, warnanya tak utuh putih seperti biasanya. 


Setelah itu, kita tambahkan sesendok makan, atau secukupnya, tapai manis dan kemudian diaduk lagi dengan mixer.  

Sementara itu teh dan airnya mulai kita panaskan hingga mendidih, sambil menunggu selesainya diaduknya tapai dengan adonan tadi. 


Setelah diaduk beberapa menit, teh yang mendidih dan berwarna pekat tadi kita tuangkan ke dalam gelas yang berisi kuning telor dan tapai tadi hingga setengah gelasnya. Setelah itu diaduk dengan sendok hingga merata, homogen. Lanjutkan tambahkan teh mendidih tadi hingga penuh, dan teh talua tapai siap dinikmati. 


Sebagai tambahan asesoris, bisa lanjut ditambahkan susu kental manis putih buat tambahan 'layer' atau 'tingkek' di dasarnya. Dan untuk 'topping' bisa digunakan susu kental manis coklat, bubuk coklat, ataupun serbuk pinang muda yang telah dihaluskan sebelumnya. Selain untuk topping tersebut, bisa ditambahkan juga seiris jeruk nipis untuk menghilangkan bau air dari kuning telor yang kita gunakan. 


Tetapi bagi saya, rasa original ini sudah lebih dari cukup. Kalo ditambahkan susu kental manis lagi, takut terlalu manis... 



Parung serab, Ciledug 

09.40 WIB - 14/08/21

Rabu, 21 Juli 2021

Teh Talua Tapai

 Teh Talua Tapai: Kreatif di kala PPKM


Sebenarnya sudah dari kemarin kemarin pengen teh telor ini. Kebetulan sebelum lebaran haji ada tukang tape yang lewat dan sang bundo suka dengan tape sebagai makanan selingan. Menurut beliau tape ini adalah makanan probiotik alami. Sehat bagi usus. 


Alhamdulillah masih ada sisa nya pagi ini, bundo menggorengnya dan saya hanya butuh satu sendok saja. Di dapur kami ditemani si bungsu mengolah tape ini masing masing. 


Satu butir telor bebek, saya pecahkan dan ambil kuning telornya saja. Putihnya diambil bundo buat tambahan bihun goreng pagi ini. 


Kuning telor tadi dimasukan ke dalam gelas dan ditambahkan satu setengah gula pasir, diaduk dengan mixer hingga berubah warnanya dari kuning/orange menjadi putih. 


Selanjutnya mixer dimatikan sejenak, ditambahkan satu sendok tape manis tadi, dan diaduk lagi hingga tekstur tape tersebut halus. Hal ini bisa ditandai dengan makin entengnya putaran mixer. Lebih kurang sekitar satu dua menit, cukup. 


Sementara dalam pengadukan tadi, bundo sudah mendidihkan air dengan teh celup yang ada. Teh celup Sosro, sesuai ketersediaan di rumah pagi ini. Hingga tehnya pekat dan mendidih, sedikit ditambahkan ke dalam gelas. Lebih kurang setengah gelas terisi, diaduk lagi beberapa detik. 


Setelah semuanya homogen, ditambahkan lagi seduhan teh yang masih panas tadi hingga gelas hampir penuh. Dengan cara begini akan terlihat layer tipis nantinya. 

Teh telor tapai siap dihidangkan dan dinikmati. Akan terlihat 3 'layer', dan jika ingin terlihat 4 'layer' bisa ditambahkan dengan susu kental manis putih. 


Faktor merk teh sangat mempengaruhi warna teh telor saya pagi ini. Sebaiknya menggunakan teh Bendera karena warnya lebih pekat dan lebih syantik lagi ketika sudah jadi. 


Dan untuk 'topping'-nya bisa digunakan susu kental manis coklat atau bubuk coklat, ataupun serbuk halus pinang muda. 


Tetapi berhubung apa yang saya buat pagi ini sudah cukup manis, topping yang biasa saya temui di kedai teh telor lainnya tak saya gunakan.  Tetapi jika tuan dan puan mau menggunakan topping ini, rahasianya sudah saya sampaikan. 


Dan jika mau menghilangkan rasa 'anyir' kuning telor bisa ditambahkan dengan seiris jeruk nipis. 


Alhamdulillah, pagi ini saya menikmati teh telor dengan tape goreng. Bihun goreng dinikmati oleh si Kakak dan sang Adek beserta bundo.



Dalam masa PPKM ini, memang kreatifitas kita diasah. Dan efek jajan di luar selama ini bisa dipraktekan di rumah. Soal rasa kagak kalah dibandingkan dengan teh telor nikmat yang pernah saya saya rasakan di tempat lain selama ini. Trik untuk membuat layer pun dapat. 



Sayang, rahasia teh telor 5 tingkat, seperti yang pernah saya nikmati di Rantau Barangin Bangkinang belum saya ketahui. Memang waktu itu tidak banyak bertanya kepada ibuk yang membuatnya. Jika ada dunsanak yang tahu, silakan komentar di bawah ini ya. 


Teh telor 5 tingkat yang enak hanya ada di Rantau Barangin ini, yang pernah saya temui. Semoga suatu waktu nanti bisa ke sini lagi mampir, menikmatinya sembari menikmati indahnya jejeran bukit barisan tang hijau mempesona. 


#tehtaluatapai

#tehtalualamak


Parung Serab 21/07/21

06.54

Selasa, 20 Juli 2021

SilaturaHMI jo Antan

Alhamdulillah atas izin Allah menjelang siang tadi bisa ke rumah antan Prof. Dayar Arbain. Boleh dikatakan mendadak sifatnya. 


Semuanya berawal dari WA tadi malam dari salah seorang anak kesayangan Antan, Doktor Fith Khaira Nursal nan meminta tolong kapan bisa berkirim gulai tunjang buat Antan. Saya tak tahu bagaimana awalnya, tetapi yakin disebabkan postingan bu doktor farmasi ini di statusnya. Setelah selesai pesanan ini, baru saya lihat status beliau yang ternyata sudah rame sekali. Respon dari ni Yasmatori Yusra, da Gustampera Syawir dan Gressy Novita, sambung menyambung. Saya baca dengan detail, tetapi saya tak mau ikut menanggapi. Takut ke-geer-an duluan saja saya nya. 


Disebabkan ada agenda pagi ke kemenag Kota Tangerang pagi ini yang sudah terjadwal, saya diskusikan semuanya dengan sang Bundo. Dan akhirnya kita usahakan semuanya bisa ready. Semuanya buat Antan. Karena Nova anak Antan juga. 


Selepas subuh dan zikir pagi saya bersegera ke pasar Ciledug, melengkapi kebutuhan dapur sang Bundo dan sesegera mungkin balik, karena kita akan 'berpacu' dengan waktu. Janji jam 10 di Kemenag jangan sampai telat. Diperkirakan di sana hanya sebentar saja, dan bisa langsung masuk tol lagi menuju Savarna Sutera di Cikupa sana. Insyaallah jika dilaksanakan sesuai waktunya, semuanya akan terlaksana dengan pas. Sampai di rumah Antan bisa sekitar jam 12 siang. 


Alhamdulillah, sekitar jam 8.30 semuanya matang. Gulai tunjang, gulai tambunsu dan dendeng lambok pun ready. Siap packing.


Kami semuanya pagi ini memanfaatkan waktu untuk keluar rumah semuanya. Sekedar refreshing bersama. Kakak yang sebenarnya ada urusan di kemenag. Kami selalu ortu hanya mendampingi. 


Jam 9 berangkat dari rumah dan mampir sebentar buat photokopi berkas dan lanjut menyisiri jalan yang rada sepi pagi ini hingga sampai di Living Word Alam Sutera mendapat telpon bahwa urusan di kemenag direschedule ke Rabu atau Kamis karena hal yang tak bisa dihindari. Sangat dimaklumi bahwa kondisi masih WFH dan kita harus taat i. 


Akhirnya kami menuju tol tangerang menuju Cikupa. Menuju sebuah kawasan elite yang dibangun pengembang dengan konsep tak jauh beda dengan BSD, Alam Sutera, Lippo Grup, Citra Raya yang punya akses pintu tol tak jauh dari gerbang utama. Perumahan yang mempunyai jalan yang sangat lebar, dua jalur. Area pemukiman nya sangat luas, bercluster cluster, meskipun masih banyak lahan kosongnya. Tetapi ke depan ini akan menjadi kawasan yang akan sangat berkembang dengan cepat. 


Tak lama berselang kami pun sampai di rumah Antan dengan diantar oleh sekuriti yang sangat ramah. Jejeran rumah yang sangat asri, yang di depannya ada taman yang luas tempat bermain ataupun buat nongkrong. Tamannya sepanjang jalan. Konsep hunian yang sangat mantap. Keren. 


Saya mengetuk pintu mengucapkan salam langsung di sambut istri Antan, yang kadang saya panggil ibu kadang ni Cema sesuai panggilan beliau di alumni. Saya perkenankan nama, Jeje, ni Cema langsung ingat dan memanggil Antan yang masih ada di kamar. 


Setelah Antan duduk, baru satu per satu bergabung Nova dan duo Dhi kami. Selain itu anak Antan pun baru pulang dari pasar. Putri satu satunya dari empat anak Antan dan ni Cema. Plus suasana bertambah meriah dengan adanya Uda Nabil dan adiknya Sarah yang memperkenalkan dirinya 'Putri Cantik'. Sang Putri ini langsung lengket dengan bundo Nova. Saking lengketnya dengan bundo membuat Dhifa anak kami sedikit cemburu. 


Sang Putri, cucu Antan ini, tak sungkan meminta jalinkan rambutnya, pasangkan jepit rambut, bernyanyi dan bercerita tanpa henti dengan Nova. Bahkan ketika sesi poto selalu ikut dan nempel dengan bundo Nova. Berbeda dengan sang Uda Nabil, yang masih jaga jarak dan sedikit pemalu. Beda banget dengan Antan. Hahahaaa



Lama kami ngobrol di rumah Antan ini. Maklum dalam kondisi seperti ini, kerinduan untuk bertatap muka sangatlah mahal. Namun prokes tetap kami jaga. Kami melepas masker hanya karena kebutuhan untuk sesi photo saja. 


Alhamdulillah sekitar jam 11.30 kami pun pamit meninggalkan rumah Antan ini. Meninggalkan kenangan yang sangat memuaskan bagi kedua putri kami. Dan juga bagi dua cucu Antan juga. 



Dari #dapurbundonova kami mengantarkan amanah dari anak Antan. Memperkuat ukhuwah, malapeh taragak sarato semoga bisa lo malapeh salero. :)



Alhamdulillah, dalam perjalanan pulang pun masuk lagi pesanan.

Kamis, 15 Juli 2021

Rendang Kapau dan Sambalado Tanak

Satu lagi testimoni sengaja simpan di FB ini dari kakanda alumni Farmasi Unand akt 84, da Budi Nurul Hamdi. Selain sebagai sebuah saksi dan juga bisa menjadi ajang promosi produk kami.. 


Alhamdulillah, kemarin itu da Budi memesan Rendang Daging khas Kapau. Dan kebetulan gabelo kami masih ada, kami tambahkan. Gabelo adalah singkong yang dipotong dadu, digoreng dan dimasukan ke dalam rendang saat 'finishing' terakhir. Gabelo kami, asli dari Kapau dengan kualitas terbaik pilihan mama Nova. Rasanya sangat gurih, renyah dan terasa nikmat dalam baluran bumbu rendang. 


Gabelo plus bumbu rendang ini selalu ada dalam setiap makan nasi Kapau, baik itu makan di tempat ataupun di bungkus bawa pulang. Baik itu di Los Lambuang Pasar Atas Bukittinggi ataupun di 'pakan-pakan' yang di hampir setiap nagari yang ada di ranah minang setiap hari hari yang telah ditentukan waktunya. 


Gabelo ini adalah 'sebeng' favorit ini, baik dalam nasi utama ataupun nasi 'tambuah'-nya. Tanpa gabelo ini rasanyo ada yang kurang. Untuk itu makanya kami selalu berusaha menambahkan gabelo ini dalam setiap rendang yang dipesan customer. Alhamdulillah, dalam minggu ini datang lagi stok gabelo kami dari Kapau. 


Dan testimoni kedua lauk pesanan da Budi ini adalah sambalado tanak. Sesuai request beliau 'samba' ini diminta pedas. Namun disebabkan ini request pertama, kami belum mengetahui level pedasnya. InsyaAllah catatan dari customer akan menjadi masukan dan perhatian dari kami, dan ke depannya akan kami sesuaikan.



Tetapi over all penilaian beliau terhadap kuliner kami sangatlah memuaskan. Atas izin beliau testimoni ini kami simpan dan tayang di FB ini.

Senin, 12 Juli 2021

Madu Pilihan Istri

Ini adalah stok madu bundo. Madu yang dikirim langsung dari Madiun. Sahabat, kenalan ataupun pedagang dan pengumpul Madu yang kami kenal beberapa tahu yang lalu, ketika anak kami Fadhilah Azzahra masih kelas 5 di Gontor Putri 3 Mantingan. 



Dia datang dengan membawa madu botolan dan menawarkan kepada kami di Bapenta belakang. Setelah diyakin dan kami pun merasa yakin akan keaslian madu yang dibawa oleh Mas Priyatno saat itu, akhirnya kami membawa 5 botol buat stok di rumah, di Ciledug. 


Dan ini berlanjut terus, setiap kali kami mudifah si kakak ke Gontor. Setiap membeli selalu 5 botol buat konsumsi keluarga.


Dan tahun lalu, di awal Covid menerjang negeri ini, beliau menelpon dan juga WA ke kami, menyampaikan bahwa sejak pandemi ini kendala penjualan madu dia alami. Stok madunya banyak, terjual susah. Akhirnya dengan niat membantu, dikirimkanlah madu itu sekitar 3.5kg melalui KALog miliknya KAI buat kami yang diambilnya di KALog Cimone Tangerang.


Alhamdulillah selama ini madu ini yang kami konsumsi sekeluarga, sebagian dijual dengan ukuran 300 gr per botolnya. Alhamdulillah penjualan hanya terbatas pada sejawat bundo saja. Sebagian juga kami bawa buat oleh oleh saat pulang kampung buat mama. 


Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu kami dikirimi untuk yang kedua kalinya, 4kg madu. Semuanya asli dari madu hutan Ngawi dan Madiun. Ada dua jenis, yang satu coklat dan satu lagi berwarna hitam. Yang hitam ini katanya berasal dari pohon pohon yang sangat tua, dan didapatkannya sangat sedikit. Susah mendapatkannya madu hitam ini. Begitulah penuturan mas Priyatno ini kepada sang bundo. 


Alhamdulillah selama ini kami konsumsi madu ini setiap pagi dengan air hangat ditambahkan sedikit perasan jeruk nipis atau lemon. Terkecuali ketika tubuh lagi drop ataupun saat ada sariawan, baru kami minum sesendok atau dua sendok madu hutan ini. 



Bagi yang sariawan, madu ini sangat ampuh untuk mengobatinya. Sudah teruji bagi kami. 


Kadang juga roti tawar, diolesi dengan madu ini juga terasa sangat nikmat. Ataupun ditambahkan buat jamu juga hebat. 


Dan memanglah, madu pilihan istri itu sangatlah sehat. Sangatlah pas. Cocok bagi semua anggota keluarga. Pilihan terbaik tetap ada dari istri. Percayakan madu anda, pada pilihan istri. Itulah yang terbaik. Asalkan madunya asli.


Dan jangan terpesona dengan madu Murni. Kenapa? Karena yang namanya Murni belum tentu juga mau dimadu. 



Selamat menikmati madu. Sehat dan menyehatkan. Madu cocok untuk meningkatkan stamina, imunitas tubuh. Apalagi di tengah prahara Wabah Virus yang melanda saat ini. 


Obat virus terbaik adalah stamina tubuh yang senantiasa terjaga. Percayalah!!!

Rabu, 07 Juli 2021

Sometimes Rendang Just Ain't Enough



Alhamdulillah, menjelang jam 3 sore tadi bisa bertemu kembali dengan kakanda Abu Fawwaz Zuhdy Iska di terminal 3 keberangkatan International. Setelah pertemuan sebelumnya saat datang dari Qatar ke sini. Beliau titip pesan makanan dapur bundo Nova untuk variasi makan selama 5 hari di karantina di salah satu hotel di kawasan Puri Kembangan Jakarta Barat. Palapeh taragak jo masakan minang.



Salah satu yang beliau sukai adalah sambalado tanak, selain ayam goreng balado, rendang dan gulai tunjang.  Dua hari setelahnya, kami kembali bertemu untuk pesanan sambalado tanak lagi. 


Dan ini adalah kali ketiganya bertemu sebelum beliau terbang kembali ke perantauan di Timur Tengah sana. Kembali lagi pesanan sambalado tanak. Disebabkan keterbatasan bagasi, makanya dari dua kg yang direncanakan hanya sekilo jadinya. Bagi kami ini adalah suatu kehormatan, bahwa kuliner khas minangkabau yang jarang jarang ada di rumah makan ini, akhirnya sampai juga di negeri Qatar sana, insyaAllah. 



Jadi sambalado tanak ini melengkapi rendang yang dibuatkan oleh saudara da Zuhdy. Selain sambalado tanak juga ada Hot Sambel nya bu Ivip Rosiliasary yang saya sertakan. Sambel tetangga saya ini, sangat eunak tenan. Ada 3 level kepedasannya. Ada beberapa variannya juga. Tetapi yang favorit bagi saya dan bundo Nova adalah sambel bawang goreng dan sambel ikan jambal nya. Kalo levelnya, buay orang Padang pas lah itu level 3. Dan semoga berkenan menikmatimya sebagai oleh oleh dari kami, yang tentu takkan ditemui di tempat lain. Hehehee. 



Siapa tahu bisa diicip juga Hot Sambel buat makan malam nanti di pesawat menuju Doha. Siapa tahu sambel untuk dinner nya nggak disediain di pesawat.  


Dan bagi saya ini adalah cara mengkolaborasikan dan bersinergi dengan sesama pemain kuliner yang memang bisa diandalkan kualitas rasanya. 


So, rendang saja tidaklah cukup. Masih ada yang bisa menemani rendang dalam setiap kudapan kita selaku orang minang, ataupun bagi mereka yang suka dengan masakan minang kabau. 


Dan yang tak kalah pentingnya, kuliner #dapurbundonova go international. That's enough :)


Parung Serab, Ciledug 

06/07/2021 - 16.30 WIB

Jumat, 25 Juni 2021

Orjaka

 Orjaka


Hari ke empat olah raga jalan kaki pagi ini, berturut turut. Menjaga stamina, mengokohkan kaki kaki sebelum menikmati lintas sumatra sebentar lagi. 


Dari kaki semuanya bermula. Kaki sehat, tubuh sehat, apapun nikmat. Kaki yang kokoh, insyaAllah 1.300km antara Tangerang-Bukittinggi akan terasa ringan.


Kegiatan seperti ini rutin saya lakukan selama ini sebelum melaksanakan trip lintas jawa maupun sumatra. Setidaknya sebulan sebelumnya sudah disiapkan. 


Jogging ataupun jalan kaki seperti ini sangat dinikmati. Entah pagi ataupun sore hari.  Satu jam jalan kaki itu setara dengan 6.000 langkah, lumayan buat membakar lemak, mengeluarkan keringat. 



Trip sumatra menunggu jadwal yang tepat. Mood langsung jalan, insyaAllah. Stamina yang utama. Dengan stamina yang kuat apapun yang dimakan akan terasa nikmat. 


Daaaaan buat sobat yang di Jkt dsk #dapurbundonova akan libur nanti selama lebih kurang dua atau tiga minggu lamanya.

Rabu, 16 Juni 2021

Hikmah: Kisah Handuk Basah Di Atas Kasur

Seorang istri memiliki seorang suami yang mempunyai kebiasaan meletakkan handuk basah di atas kasur.


Si istri sering ngomel pada suaminya. Namun suaminya tak berubah.


Capek marah marah, si istri mulai ganti cara dengan menyindir nya.

"Bagus sekali ada handuk basah di tempat tidur!" dengan nada sinis, "Atau Kapan ya handuk bisa jalan sendiri ke jemuran."


Apakah suaminya berubah? Tidak....

suami malah makin sebel sama si istri.


Akhirnya si istri merasa capek, marah sudah, nyindir sudah tapi tak ada hasilnya.


Mengubah orang lain susah, apalagi untuk hal yang sudah menjadi kebiasaan dari kecil, akhirnya si istri mengubah pikirannya sendiri!!


"Baiklah handuk basah ini akan menjadi permadani ku di surga nanti, semakin banyak aku memindahkan handuk basah ini ke jemuran,makin  banyak permadani indahku di surga."


Setiap melihat handuk basah di kasur di istri tersenyum bergegas menjemur nya. Perasaannya bahagia.


Apakah handuk nya berubah

Tidak....

Handuk basah tetap ada di kasur

yang berubah adalah cara pandang dirinya terhadap handuk basah itu.


Waktu berlalu... Si istri kaget

Tak ada lagi handuk basah di kasurnya.

Dia sudah lupa sejak kapan dia tidak melakukan nya.


Rupanya melihat keikhlasan istrinya

Sang suami tergerak untuk melakukan nya sendiri.


Inilah Management Qolbu & Mind set


Kadang ada hal sulit yang kita ubah pada orang lain. Jika ingin hasil yang lebih baik maka ubahlah diri kita lebih dulu.


Selamat mengolah pikiran dan menjaga Hati Anda Sendiri.


Bahagia, sedih, syukur, mengeluh

Semua adalah tergantung diri kita

Kitalah yang memilih.



Selasa, 08 Juni 2021

Kisah Nyata: Ayah Super

PAK SAIFUDDIN, KISAH JUANG WALISANTRI GONTOR YANG MENGINSPIRASI

-----------------

Cerita yang panjang, tapi mudahan bermanfaat. :-)

----------------


KEMARIN, saya menjenguk anak lagi di Gontor Putri 2, Mantingan. Saya dapat informasi putri saya tertusuk paku. Saya khawatir lukanya parah lalu terancam kena tetanus. Makanya tanpa pikir panjang saya langsung cuss pergi ke Pondok Gontor Putri. 



Karena bukan hari libur, suasana Bapenta (ruang tunggu tamu) sangat sepi. Hanya ada dua walisantri yang saya jumpai. Salah satunya Pak Saifuddin yang fotonya saya pajang ini. Gagah kan? Hehee.


Selama beberapa kali mengunjungi Pondok Gontor Putri, saya tak pernah berjumpa dengan beliau. Pertemuan sore kemarin, adalah kali  pertama saya  berjumpa dengannya. Walaupun demikian, kami cepat akrab. 


Pak Saifuddin adalah tipe orang yang senang bercerita. Sementara saya, adalah seorang yang senang mendengarkan orang bercerita. Maka kloplah sudah kami berdua. :-)


Pak Saefuddin adalah seorang walisantri. Anaknya, Nurbainah seangkatan dengan anak saya yang masih duduk di kelas 1 KMN (setara dengan kelas 1 SMP) Gontor Putri 2 Mantingan. Asrama anaknya sama dengan Asrama yang ditempati putri saya. 


Pak Udin mengaku bekerja sebagai kuli bangunan. Ia berasal dari Dukuh Lo Bulakamba, Kabupaten Brebes. Jarak tempat tinggal beliau dari Pondok Gontor Mantingan sekitar 300 Km atau sekitar 10 jam perjalanan dengan menggunakan bis umum. 


Selama anaknya mondok di GP2, ia mengaku telah belasan kali mengunjungi anaknya. Tidak menggunakan bis umum, tapi menggunakan motor roda dua. 


Pak udin bercerita, kalau ia berangkat dari kampungnya pukul 9 malam, maka ia akan sampai di GP2 sekitar pukul 7 pagi. Selama 10 jam menempuh perjalanan itu, Pak Udin hanya berhenti 3-4 kali. 


Di tengah perjalanan itu, seringkali Pak Udin menerobos hujan. Tapi ia tak peduli. Ia enggan berhenti walau rintik hujan tajam menerjang. 


“Kalau menunggu hujan berhenti, saya tak bakalan sampai. Waktu saya akan habis di perjalanan”, ujar Pak Udin sambil tersenyum. 


Semua itu ia lakukan demi anaknya, Nurbainah. Nurbainah adalah putri pertamanya. Anak keduanya juga seorang perempuan. Sekarang masih duduk di kelas 5 SD.


"Saat masih remaja, saya pernah sangat ingin belajar di pesantren. Tapi sayang, ayah saya tak mengijinkan. Saya diminta ayah saya mengurus adik-adik saya serta membantu ayah saya mencari nafkah buat menghidupi keluarga. Akhirnya saya harus memendam cita-cita saya", ujarnya.


Pak Udin terpaksa harus mengikuti permintaan ayahnya. Setelah menamatkan sekolah dasar, Pak Udin tak melanjutkan sekolahnya. Ayahnya tak mampu membiayai sekolahnya. Sementara tenaganya sangat diperlukan untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. 


Namun, pada saat itu, Pak Udin bernazar bahwa jika nanti ia memiliki anak, maka anaknya harus bisa sekolah di Pesantren. “Tak apalah jika saat ini saya tak tak bisa sekolah di pesantren. Tapi anak saya nanti harus bisa”, begitu cerita Pak Udin mengenang masa mudanya. 


Saat telah dianugrahi anak, Pak Udin mendidik anak-anaknya agar giat belajar. Ia berharap anak-anaknya kelak harus bisa belajar di Pondok agar dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi darinya. 


Nurbainah, putri tertuanya itu lalu tumbuh sebagai anak yang cerdas. Menurut Pak Udin, anaknya selalu rangking satu di kelas. Prestasi belajarnya juga sangat menonjol di seluruh kecamatan. Anaknya bahkan sering dikirim oleh sekolah untuk mewakili kecamatan mengikuti berbagai lomba di tingkat Kabupaten. Dan dalam aneka perlombaan itu, anaknya selalu menang.


Saat lulus Sekolah Dasar, seorang kepala sekolah SMP negeri menawarkan putrinya masuk tanpa syarat apapun.  Bahkan tanpa membayar biaya sepeserpun. Tapi tawaran itu ditampik Pak Udin. Pak Udin tetap fokus pada tekadnya. Ia tetap ingin menyekolahkan anaknya di pesantren. 


“Lalu kok bisa pilihannya di Gontor, Pak? Emang dapat informasi dari mana?”, tanya saya.


“Dari Internet!”, ujarnya.


Pak Udin lalu bercerita ia tak punya satupun teman yang bisa ditanyai tentang pesantren terbaik. Rata-rata teman seprofesinya tak tamat SD pula. Walau demikian, Pak Udin ternyata bukanlah manusia gaptek. Ia berupaya mencari informasi lewat internet. 


“Trus apa yang Bapak ketikkan saat mencari informasi di Internet?”, tanya saya penasaran.


“Saya ketik ‘pesantren modern’ saja. Trus keluar Pesantren Modern Darussalam Gontor”. Ujar Pak Udin polos.


Sejak mengetahui PM Darussalam Gontor itu, ia semakin raji  mencari informasi yang berkaitan dengan Pondok Modern Gontor Darussalam. 


Informasi yang ia dapatkan itu lalu ia ceritakan pada anaknya. Ia bilang ke anaknya tentang kehebatan-kehebatan PM Gontor. Ia juga bilang pada anaknya, bahwa ia akan dapat cepat menguasai bahasa asing jika belajar di pesantren itu. 


Ternyata anaknya sangat berminat. Pak Udinpun tambah semangat. 


Pak Udin pun mencari informasi lagi tentang biaya masuk yang diperlukan dan aneka persyaratan lainnya lewat internet. Ia mencatat semuanya. 


Dari internet itu ia mengetahui bahwa biaya awal yang harus ia siapkan untuk masuk di PM Gontor sebesar Rp 5,3 juta.


“Saat itu saya tak punya uang sepeserpun. Jangankan uang tabungan, uang untuk makan sehari-hari saja seringkali kami kesulitan. Tapi saya berdoa kepada Allah siang dan malam. Saya yakin Allah Maha Kaya. Ia pasti akan mencukupi kebutuhan hambanya. Pasti!”, jelas Pak Udin mantab.


Lalu Pak Udin berikhtiar. Ia telah memantabkan diri agar bisa berangkat ke Pondok Gontor Mantingan pada tanggal 3 syawal. Masih ada beberapa hari untuk menyiapkan uang untuk mendaftarkan anaknya ke pesantren itu. 


Sayangnya semakin dekat waktu keberangkatan, Pak Udin tak kunjung mendapatkan rejeki. 


“Minimal saya harus punya uang Rp 10 juta. 5,3 juta untuk biaya masuk. Sisanya untuk perbekalan dan membeli perlengkapan mondok anak saya. Tapi hingga 3-4 hari jelang keberangkatan, saya belum mendapatkan uang sepeserpun”, jelasnya.


Tapi tak disangka-sangka, satu hari sebelum keberangkatan, Pak Udin mendapatkan rejeki. “Saya tak tau dari mana. Ada yang tiba-tiba membayar hutang, ada pula yang memberikan pekerjaan”, cerita Pak Udin. 


Singkat cerita, Pak Udinpun akhirnya berangkat bersama anaknya dengan bekal uang Rp 10 juta di tangan. Saat itu, ia dan anaknya berangkat dengan menggunakan bis umum. Ia tak berani naik motor karena tak tahu arah jalan. 


Setelah mendaftarkan anaknya di Gontor Putri, iapun meninggalkan anaknya di pesantren itu. Ia harus pulang kampung.


“Saya tak mungkin lama-lama menunggui anak saya. Saya harus bekerja kembali agar bisa menafkahi keluarga. Maka dengan berat hati, saya menitipkan anak saya yang masih kecil itu pada orang tua salah satu calon santri. Setelah itu, saya langsung balik kampung. Saya harus bekerja lagi”, ujarnya.


Menjelang pengumuman, Pak Udin kembali lagi ke Pondok Putri Mantingan. Kali ini ia mengendarai motor bebeknya. Ia beralasan, menggunakan motor lebih hemat. Kalau naik kereta atau bis biayanya bisa 90 ribu. Kalau naik motor hanya perlu mengisi bensin full tank sebanyak dua kali. Biayanya hanya sekitar Rp 40 ribu.


Setelah merayapi jalan berdebu dan terik matahari di sepanjang jalan, Pak Udinpun sampai di Pondok Gontor Putri 1 Mantingan. Ia telah tak sabar untuk mendengarkan pengumuman. 


Sayangnya, hingga pengumuman terakhir, nama anaknya tak kunjung disebutkan oleh pengelola pondok. Itu berarti anaknya tak diterima di Pondok idaman ayah dan anak itu. 


Kedua insan itu menangis tersedu-sedu sambil berpelukan. Sedih karena harus menerima kenyataan putrinya tak lulus ujian.


Namun, Pak Udin tak berlarut dalam kesedihan. Ia tetap bertekad, anaknya harus bisa sekolah di Pondok idamannya. 

Dan ia yakin bahwa Allah pasti akan memberikan jalannya. 


Akhirnya Pak Udin berencana memasukan putrinya ke Pondok Alumni. Pondok Alumni adalah pondok yang didirikan oleh Alumni Pondok Modern Gontor. Pondok Alumni ini biasanya membuka desk pendaftaran di Pondok Gontor. Tujuannya untuk mempermudah proses pendaftaran calon santri yang gagal lolos pada ujian masuk.


Tanpa menunggu lama, Pak Udin langsung mendaftarkan anaknya di Pondok Alumni. Ia berharap tahun depan anaknya bisa mencoba lagi ikut ujian masuk di Pondok Modern Gontor Putri.


Ayah dan anak itu berpantang pulang surut ke belakang. Perjuangan tetap harus dilanjutkan! Warbiyassah!


Maka hari itu pula, Pak Udin membawa anaknya menggunakan motor bebek SupraX andalannya untuk mendaftar ke Pondok Alumni di daerah Jawa Timur.  Setelah menempuh perjalanan darat selama 3 jam, Pak Udin sampai di Pondok Alumni yang dituju, lalu mengurus pendaftaran masuk anaknya. 


Setelah selesai, Pak Udin lalu bergegas pulang ke kampung lagi. Ia harus kembali bekerja karena perbekalannya sudah habis.


Setahun setelah mondok di Pondok Alumni, Pak Udin mengajak anaknya untuk mendaftar kembali ke Pondok Gontor Putri Mantingan. Anaknya ternyata masih bersemangat. 


Sayangnya, saat itu Pak udin tak mempunyai dana untuk membayar uang pendaftaran anaknya.


 “Saya kembali harus menyiapkan uang pendaftaran sekitar lima juta dan uang untuk biaya perlengkapan nyantri dan perbekalan sekitar 5 juta. Minimal saya harus punya 10 juta lagi. Dan saya tak punya uang sepeserpun saat itu”, ujar Pak Udin.


Pak Udin terus berikhtiar. Sembari memohon kepada Allah siang dan malam. 


Ia sangat yakin Allah akan kembali memenuhi kebutuhannya. “Saya sangat yakin Allah pasti akan memenuhi  kebutuhan hambanya. Saya kan tak meminta rejeki untuk hura-hura. Saya hanya meminta rejeki untuk kebutuhan anak saya dalam menuntut ilmu agama. Dan saya yakin Allah pasti mengabulkannya”, cerita Pak Udin.


Dua hari menjelang keberangkatan, uang yang diharapkan tak kunjung ada. “Eh sehari sebelum berangkat, tiba-tiba Allah memberi saya rejeki. Saya mendapatkan uang yang jumlahnya pas dengan kebutuhan saya. Dan uang yang saya dapat itu, bukanlah uang hasil utangan. Uang itu adalah uang yang berasal dari hasil kerja yang saya lakukan sebelumnya”, ujar Pak Udin.


Dengan bekal uang ngepas itu, ia berangkat kembali menggunakan motor bebek kesayangannya, menjemput anaknya di Pondok Alumni lalu mendaftarkan kembali ke Pondok Gontor Mantingan. 


Perjalanan yang ia tempuh lebih dari 13 jam. 10 jam menuju ke Mantingan, 3 jam menunju Pondok Alumni. Esoknya ia kembali lagi ke Pondok Gontor Mantingan untuk mendaftarkan anaknya untuk yang kedua kalinya.


“Allah Maha Baik. Saat pengumuman, alhamdulilah anak saya diterima di Gontor Putri dua”, ujar Cerita Pak Udin. Matanya berkaca-kaca.


Padahal saat itu, cerita Pak Udin, saudara dan teman-teman di kampungnya banyak yang mencemooh tekad Pak Udin untuk menyekolahkan anaknya di Gontor. “Bahkan ada yang bilang bahwa Gontor itu  sekolah orang kaya, sekolah para pejabat, sekolah anaknya menteri. Sementara saya hanyalah orang kampung, kuli bangunan, hanya tamat sekolah dasar. Tak mungkinlah saya bisa menyekolahkan anak saya di pondok hebat ini”, lanjut Pak Udin dengan logat banyumasan yang kental.


“Tapi saya tak peduli. Saya hanya percaya bahwa Allah pasti akan membantu saya. Dan Alhamdulillah anak saya dapat diterima di pondok idaman kami ini”, ujar Pak Udin.


Pak Udin lalu menceritakan prestasi anaknya saat mondok di Gontor Putri 2. Ia bilang bahwa anaknya baru saja dikukuhkan sebagai MISS LANGUAGE di Pondok Gontor Putri 2. 


Miss Language adalah sebuah predikat yang diberikan kepada santriwati yang sangat menonjol dalam penguasaan bahasa arab dan bahasa Inggris. Ruang lingkup predikat itu bukan hanya satu kelas saja, tapi meliputi kelas 1 hingga kelas 3 yang jumlahnya bisa ribuan santri. 


Hal itu berarti diantara ribuan santriwati kelas 1 hingga kelas 3 se-gontor putri 2, Nurbainah, putri kesayangan Pak Saefuddin adalah santriwati terbaik dalam penguasaan bahasa asing. 


Saat menceritakan prestasi anaknya sebagai Miss Language itu, Pak Udin meneteskan air mata. Sementara saya...sudah lebih dulu ....hik-hik. :-(


Ayah yang hebat!


---***---


Beni Sulastiyo

Jogja, 13.2.2018

Kamis, 03 Juni 2021

Gulai Anduak #dapurbundonova


Mungkin bagi sebagian orang agak aneh mendengar nama "gulai anduak" ini. Ini adalah bahasa minang. Nah, di luar orang minang mungkin lebih aneh lagi mendengarnya.


"Anduak" dalam bahasa Indonesia nya adalah handuk. Disebabkan babat itu seperti handuk, maka kadang orang menyebut gulai babat alias gulai babek dengan gulai anduak. 


Gulai ini juga terkenal nikmatnya di ranah minang, sama halnya dengan gulai tambunsu. Meskipun keduanya dari jeroan sapi ataupun kerbau, di tangan orang minang menjadi makanan favorit. Meskipun cara olahnya berbeda, namun kedua gulai ini adalah kuliner minang yang nangenin. 


Alhamdulillah, dibawah ini adalah testimoni dari salah seorang costumer kami yang memesan Gulai Anduak di awal minggu ini, yakni da Amry Syaawalz.


Olahan gulai babek atau gulai anduak dari #dapurbundonova,  yang lunak dan empuk sangat pas untuk segala usia. Gulainya pun lamak.


Dan yang lebih menyenangkan bagi kami adalah gulai anduak ini mengingatkan da Am Datuak ini, akan suatu tempat dimana dulu bisa makan gulai yang seenak ini. "Serasa makan di daerah Benteng, Bukittinggi" kata beliau. 


####


Hadirnya Kuliner Kapau Online kami ini, #dapurbundonova, salah satunya yaitu ingin menyajikan masakan kapau sesuai rasa aslinya. Sehingga dengan mencicipi kuliner kami ini bisa mengingatkan kembali dimana dulu pernah merasakan hal yang sama. 


Selain itu tentunya kami ingin menghadirkan kuliner Nasi Kapau di ruang makan keluarga masing masing. Suasana makan bersama dengan seluruh anggota keluarga, dengan adanya lauk pauk khas Kapau dari kami insyaAllah bisa bisa meningkatkan kebersamaan dalam keluarga. "Makan lamak, salero lapeh, harga terjangkau".


Gulai Babek ataupun Gulai Anduak ini, harga untuk 1/2kg babek hanya Rp. 75.000,- yang biasanya 5 atau 6 potong. Sangat tarjangkau sekali.

Sabtu, 29 Mei 2021

Teh Talua Tapai ala Jeje

 Teh Talua Tapai 


Alhamdulillah, bada maghrib tadi disempatkan juga membuat teh telor tapai dengan bahan yang ada di rumah. Suasana hujan dan dingin sangat mendukung pelepas "taragak" akan minuman khas ranah minang ini. 


Ada telor ayam dan tapai sudah cukup untuk memulainya. Kebetulan beberapa hari yang lalu sudah membuat juga teh talua dan kopi talua juga, tetapi rasanya belum memuaskan. Biasa biasa saja rasanya. Hehehee.


Satu kuning telor dimasukan ke dalam gelas, ditambahin satu setengah sendok makan gula pasir, kemudian saya mixer beberapa saat hingga warnanya berubah dari kuning menjadi agak putih. Itu sudah cukup menjadi tanda bahwa adonan tersebut sudah mengembang. 


Satu sendok makan lebih sedikit, tapai yang warnanya kuning dan manis itu saya ditambahkan ke dalam adonan gula dan kuning telor tadi, kemudian dikocok lagi dengan mixer. Setelah dirasa cukup homogen, teksturnya sudah kelihatan halus, mixer saya matikan. Sisa yang ada di mixer, saya colek sedikit dengan tangan dan saya icip, wow rasanya mantap banget. Akhirnya yang ada di mixer tersebut bersih. Licin. 

Lamak bana. Ini saja sudah membuat saya puas. 


Seduhan teh tubruk dari jawa, yang kami lupa merknya, yang telah mendidih saya tuangkan ke dalam gelas yang berisi adonan tadi. Meskipun warna nggak begitu pekat, tak apalah, karena memang itu yang ada di rumah saat ini, sudah lebih dari cukup. Lagian ini baru "trial", masih uji coba. 


Setelah teh mendidih tadi memenuhi gelas, saya videokan bagaimana proses yang terjadi di dalam gelas. Setelah itu baru saya aduk, biar merata panas yang ada di dalamnya, sehingga tidak ada gumpalan gumpalan di dinding gelas. 

https://youtube.com/shorts/mlS157mdssM?feature=share

Rasa penasaran dengan "layer" atau lenggek teh talua yang selama ini saya lihat, akhirnya saya tambahkan juga susu kental manis, sedikit saja. Beda dengan yang ada di kadai teh talua yang biasa saya nikmati,  biasanya ketebalan SKM ini sekitar 1 - 2 cm. Namun yang inj, SKM yang saya tambahkan tak sampai segitu karena saya yakin dari gula dan manisnya tapai sudah mencukupi. 


Dari tiap adukan teh talua tapai ini, saya nikmati aroma yang keluar. Daaaaaan ternyata aroma tapainya menyeruak memenuhi rongga rongga hidung saya, menggetarkan nafsu saya untuk segera menikmati teguk demi teguk.


Saya hirup perlahan bagian teratas dari teh talua tapai ini. Busanya. Begitu nikmat, begitu halus dan begitu lamaknya. Asli top banget. Bukan saya promosi ya. Ini benar benar suatu kenikmatan yang ada, nyata. Bukan polesan cerita, apalagi pencitraan. Sabana lamak, man.   



Saya aduk lagi, saya nikmati dengan meneguk teh talua ini bagian tengahnya. Dan ternyata sama. Nikmatnya meskipun masih panas. Perlahan saya meminumnya. Menikmati tiap rasa yang ada, setiap teguknya. 


Setengah gelas habis dan ternyata adzan isya berkumandang. Saya segera berwudhu dan meninggalkan rumah sejenak menuju mesjid.


Lepas sholat, sampai di rumah, ketika pintu dibuka mata saya tertuju pada teh talua tapai yang tersisa. Saya perhatikan sekilas, warnanya tetap homogen. Tidak ada perbedaan warna ataupun "layer"nya. Saya puas. 


Lepas menarok sajadah dan kopiah, saya nikmati lagi teh talua tapai ini, sambil mendengar obrolan sang Bundo dengan anak gadisnya yang ada di Pekanbaru. Sekali kali saya ikut nimbrung ataupun menimpali pembicaraan mereka, melalui speaker HP yang sengaja diperdengarkan oleh Nova. 



Alhamdulillah, sekali ini saya puas sekali dengan teh talua tapai olahan tangan sendiri. Ada kebanggaan tersendiri dan itu sangat berbeda dengan teh talua dan kopi talua, beberapa hari lalu yang saya buat. Formulasinya dapat, cara membuatnya masih ingat. 


Dan untuk yang satu ini sudah terbayang bagi saya "Kadai Teh Talau Jeje" di tanah rantau ini. :) :) 


Parung Serab Ciledug, 19/05/2021

20.50 WIB

Kamis, 27 Mei 2021

Back to Gontor, Back to Reality

Alhamdulillah, lepas sudah kebersamaan 50 hari bersama anak bujang kami pada 26 Mai nan lalu. Suatu kebersamaan yang sarat makna dalam liburan akhir tahun ajaran di Gontor. 


Abang Imam siap kembali ke pondok setelah "recharging energy" selama liburan kali ini. Segala cerita di pondok dia curahkan. Kebanggaan dan kedekatan dengan ustadz dia sampaikan. Kebersamaan dan keceriaan di pondok kami dengarkan. Bahkan keinginan dia menjadi mudabbir dan ketua rayon kelak, dia utarakan. 


Bersama dengan adiknya Dhifa tinggal jadi cerita. Abang Imam sekarang ini jauh lebih sabar dibandingkan tahun lalu, saat dimana adiknya selalu saja usil dan cari perhatian dari abangnya ini. Tahun ini walau tanpa kakaknya, Fadhilah Azzahra yang sedang pengabdian di Gontor Putri 7 Pekanbaru tak mengurangi kebersamaan mereka. Apalagi di saat Ramadhan, saat kakaknya bebas menggunakan HP komunikasi mereka lancar. Mereka bisa video call. 


Kakak yang sangat menganyomi adek adeknya saat ini. Suka mendengarkan info tentang Imam dan Dhifa dari bundanya, yang kemudian ternyata dari info ini memberikan nasehat dan saran buat mereka berdua. Suatu komunitas yang berbeda di antara mereka sebelumnya. Arahan kakaknya menjadi acuan. Didengarkan dengan baik.


"Im, baik baik ya di Pondok", pesan kakak sebelum kami sampai di masjid Al Azhom, adalah pesan yang samar samar saya dengar.


#####


Kembali ke Gontor Ponorogo dalam kondisi sekarang ini agak berbeda rasanya bagi Imam. Meskipun tahun lalu juga masih dalam kondisi yang sama. Sama sama dalam kondisi pandemi Covid 19. Namun ada rasa yang berbeda dia rasakan.


Saya merasakan aura ini disebabkan ini adalah masa transisi dia yang sebenarnya menuju dewasa. Dari usia SMP menuju SMA, di saat saya dahulu. Banyak hal yang secara fisik terlihat nyata. Jakunnya sudah jelas terlihat. Ketenangan dalam bersikap, bertutur dan berfikir sudah mulai tertata. Apalagi dalam sikap tubuh nya yang tegap, baik ketika duduk maupun berdiri. Selintas sudah mulai tertarik dengan "muslimah sejati" dalam bahan obrolannya dengan sang bunda, meski kadang kadang ada juga rasa malu malunya kalo saya ikut menimpali obrolan tersebut. 



Tetapi tentang impian dan keinginannya menjadi ustadz pengabdian di Gontor nanti, suatu cerita yang berbeda. Sangat dewasa, menurut saya. Asa untuk tetap melanjutkan studi ke Islamic University of Madinah adalah target utamanya. Entah itu nanti untuk strata S1 maupun S2nya. Ini sesuatu yang luar biasa. Biarlah tulisan ini akan menjadi saksi perjalanannya kelak, di tahun tahun yang akan datang.


#####


Dalam kondisi pandemi saat ini, Gontor adalah salah satu tempat pendidikan terbaik bagi anak anak kami. Gontor adalah segalanya bagi tumbuh kembang mereka secara alami.


Di Gontor lah mereka bisa belajar dengan tatap muka secara langsung dengan para guru mereka, ustdaz - ustadz mereka. Mereka mendapatkan ilmu langsung secara keseluruhan, baik di ruang kelas ataupun di luarnya. Sedari bangun tidur hingga tidur lagi. Mereka menulis dan membaca di ruang kelas maupun kamar mereka. Mereka menghapal dimana mereka suka. Di sana mereka bisa belajar sendiri ataupun belajar kelompok. Inilah realita pendidikan sejatinya bagi mereka, di usia transisi mereka dari anak anak menuju dewasa.



Di Gontor mereka bisa bermain bersama dan olah raga bersama. Dengan teman teman yang sangat banyak. Bermain dan olahraga  bagi mereka bisa dengan yang sebaya, dengan adik kelasnya ataupun kakak kelasnya. Dan jumlah mereka di sini bisa ribuan orang. Jumlah yang sangat tak mungkin bisa ditemukan di sekolah umum lainnya. Tentu dalam suasana seperti ini, secara fisik dan kejiwaan mereka tumbuh maksimal. Mereka paham bagaimana etika bergaul  dan beradaptasi dengan teman sebaya, dengan yang lebih tua dan yang lebih muda. Dan yang paling penting bagaimana bisa membangun kebersamaan dalam segala lapisan usia. Inilah kelak yang akan menjadi ilmu dasar bagi mereka ketika terjun di tengah masyarakat. 


Di Gontor ini banyak klub yang bisa mereka pilih, seperti sepakbola, futsal, basket, beladiri, kaligrafi dsb. Mereka boleh memilih lebih dari satu klub jika mereka mau, sesuai bakat dan keinginan mereka. Tentu dengan semakin banyaknya klub yang dipilih, mereka akan semakin disiplin dalam mengatur waktu. Semakin banyak klub, semakin disiplin dalam mengatur waktu.


Dan saya sangat bangga bahwa Imam telah ikut dalam salah club yang memang saya sarankan sejak dia di terima di Gontor. Dia ikut dalam klub beladiri Darussalam. Saya tekankan pentingnya ilmu beladiri bagi seorang ustadz di masa yang akan datang. Setidaknya tak ada lagi "orang gila" yang macam macam dengan ustadz, seperti banyak kejadian yang ada saat ini. Dan hanya di rezim ini pula "orang gila" yang paling banyak menyerang para ustadz dan alim ulama. Semoga Imam kelak punya kemampuan untuk menjaga diri dan keluarga dari "orang gila", itu saja sudah cukup.


Di Gontor mereka bebas dari ketergantungan handphone, walau tidak kudet juga dalam bidang IT. Dan kondisi saat ini berat bagi orangtua untuk mendisiplinkan anak anaknya dalam menggunakan HP. Berat melepasakan anak dari pengaruh HP, dari kecanduan games maupun dari kecanduan animasi, film yang nggak jelas manfaatnya. Di gontor mereka sibuk dengan buku bukunya, kitab kitab yang wajib mereka baca. Membaca rutin al Quran dan hadist hadist setiap harinya. Uang pulsa biarlah menjadi uang jajan bagi mereka di sana.


Di Gontor mereka berkumpul dari segala pelosok daerah yang ada di nusantara ini. Mereka mengenal karakter masing masing daerah melalui daerah asal teman mereka. Melalui konsulat ataupun rayon mereka yang ada di Gontor. Tentu mereka akan hapal nama nama propinsi yang ada di NKRI ini. Mereka tahu nama nama ibukota Propinsi, bahkan juga DATI II yang ada. Di Gontor mereka akan mengenal Indonesia secara utuh.


#####


Di Gontor adalah realita kita sejatinya bagi mereka. Bagi mereka yang sedang belajar ilmu agama dan ilmu dunia, yang juga belajar tentang tumpah darah Indonesia. Semuanya akan menjadi bekal hidup kelak di kemudian hari. 


Ukhuwah mereka sebagai anak bangsa akan terbentuk dengan kuatnya. Kemampuan bahasa Arab dan English dalam keseharian mereka di pondok akan menjadi jembatan untuk mengembara di seluruh dunia di suatu masa nantinya.


So di Gontor adalah realitanya kehidupan kita. Segala persoalan akan selesai di jalan yang ALLAH sukai, dengan asas musyawarah mufakat, bukan dengan pencitraan ataupun kebohongan.


Bintaro, 27/05/2021

2.50 WIB

Senin, 24 Mei 2021

Gontor Mempersaudarakan Kami

 Bersama sebagian tim dansos kemarin sore kami hadir lagi di Ciputat Tangerang Selatan. Bersilaturahim dan berbagi demi santri kami, santri Gontor Tangerang Raya. 



Kami dijamu oleh keluarga bu Lisnawati, anak dan minantunya. Ada nuansa keakraban yang terjalin di antara kami. Gontor tak hanya mempersaudarakan santri santrinya, tetapi juga mempersaudarakan kami para walisantrinya. Gontor mendidik santri tanpa memandang status dan jabatan orangtua atau walisantri nya, begitu juga dengan kami. Kebersamaan kami apa adanya, saling membantu sebisanya, tak pandang status. 


Ada boss yang bisa santuy saja memanggul air mineral ataupun apa saja. Ada "bussiness women" yang juga santuy saja dibonceng naik motor, padahal dia kemana mana selalu dengan kendaraan roda empatnya. Bagi kami semuanya sama saja, yang penting bisa berbuat bagi sesama.


Selepas dari Ciputat menjelang maghrib kami sengaja ke Warung Borowali, milik almarhum pak de Kohar. Beliau adalah salah satu inisiator terbentuknya TIM DANSOS Tangerang Raya ini. Usaha beliau dilanjutkan oleh mbak Rifa, istri beliau. Selain lepas kangen dengan masakan di warung ini, tempat kami sering nongkrong sebelum Covid para walisantri Tangerang Raya, kami juga ingin memberi kekuatan bagi bu Rifa dan anaknya Rara yang akan menjadi capel Gontor tahun ini. 



InsyaALLAH siang ini Rara dan seluruh calon pelajar Gontor dari Tangerang Raya akan berangkat dari mesjid Al Azhom di bawah bimbingan ustad/ustadzah IKPM Tangerang Raya. Semoga dalam perjalanan nanti mereka bisa sampai di tujuan Ngawi dan Ponorogo dengan selamat, sehat dan penuh semangat dalam memperjuangkan kesempatan untuk menjadi santri dan alumni Gontor kelak.


Lepas kangen dan makan malam dari sini kami masih berlanjut ke rumahnya Om Susilo sesuai dengan janji bu Rahayu sebelumnya. Belum lepas rasa kenyang yang ada, sudah harus menikmati lagi seporsi baso khasnya Om Susilo ini. Om Susilo juga punya anak di Gontor Putri 1 kelas 4 saat ini. 



Sebuah perjalanan yang sebenarnya capek juga, tetapi makna akan kebersamaan dan silaturahim yang terjalin di antara kami sangat sangat meminimalisir segala capek yang ada. InsyaALLAH lelah kami Lillah.


Jam sembilan malam akhirnya semua bubar, kembali ke rumahnya masing masing. InsyaALLAH hal hal begini akan indah untuk dikenang ketika anak anak sudah dewasa kelak, ketika mereka menjadi alumni Gontor ataupun ketika mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kelak, di suatu waktu kelak.


Gontor mempersaudarakan, itu terbukti bagi kami.


Tangerang, 23 May 2021

Kamis, 13 Mei 2021

Jajanan Mereka Itu Buku...

Minggu siang, 9 Mai 2021, anak anak minta diantarin ke Bintaro Trade Centre. Dengan satu tujuan, hanya untuk membeli buku buku yang mereka minati untuk memenuhi koleksi mereka. Sudah beberapa hari minta diantarin, tetapi karena kesibukan #dapurbundonova keinginan ini selalu tertunda. Tertunda kadang membuat si bungsu selalu bad mood. Dia selalu nggak sabaran kalo sudah tercetua keinginan untuk membeli buku ini. 


Ada duit yang sudah dia kumpulkan sejak seminggu yang lalu dari saweran abangnya, "palakan halus" ayah dan bundanya dan itu terkumpul Rp. 400.000,-. Uang yang dia pegang itu, yang selalu mengingatkan dia untuk segera ke BTC. Macam macam cara dia bujuk bundanya selama seminggu ini.


Dan menjelang siang ini, setelah selesai masak buat pengiriman sore, segera kami meluncur ke BTC dengan dua motor. Panas yang tak terlalu terik, kami nikmati dalam perjalanan yang tak lebih 5 km jaraknya dari rumah. Hanya sekitar 10-an menit kami sampai.


Saya dan Imam mampir sebentar di BTC, sementara Bunda dan Dhifa langsung ke fresh market Bintaro tempat bude yang menjual buku buku pesanan mereka. Memang sebelumnya sudah ada komunikasi dengan bude tsb tentang buku buku apa yang mereka inginkan. 


Saya dan Imam mampir di "lapak urang awak" yang menjual celana dan baju dengan harga miring. Alhamdulillah buat Imam dapat satu celana hitam buat balik ke pondok nanti. Saya tawarkan dua buah, tetapi dia teguh pendirian cukup hanya satu celana saja. Saya tak bisa lagi memaksa. Saya percaya, dia membeli sesuai dengan kebutuhannya, bukan karena keinginannya. 


Setelah selesai, saya baru menyusul ke Freshmarket menemui sang Bunda dan Dhifa. Di sana Dhifa menambah koleksi buku WHY-nya sebanyak 4 buah, yang harganya Rp. 70.000,- per buku. Dan jika dibandingkan harga di Gramedia sangat signifikan selisihnya. Makanya kami sering ke sini belanja bukunya. 


Setelah menerima empat buah buku tersebut, semua uang ditangannya diserahkan ke bude tersebut, tanpa meminta pendapat kepada sang bundo. Bude yang menerima, tentu kaget, karena uangnya masih banyak lebihannya. 


Ketika bude bilang uangnya banyak banget, Dhifa hanya bilang, "yang penting aku dah dapat bukunya, biar bunda aja yang dapat kembaliannya". Bunda dan Bude hanya tersenyum saja. Anak kami ini memang nggak ngerti duit. Yang ada hanya disimpan saja, tapi belum mengerti tentang harga dan transaksi dalam jual beli. :) 


Dan bersyukur juga bude ini masih ingat dengan Imam, anak kami yang sudah lama tak bertemu. Dulu sering ketemu bude ini, tetapi sejak di Gontor tentu jarang ke sini. Paling sekali setahun ketika libur saja. 


Tak lama dari sini, kami balik ke BTC dan mampir lagi di counter buku bude satunya lagi, yang ditunggui oleh misuanya. Di sini, giliran Imam yang mencari buku buat dirinya. Dia hampir sama seleranya dengan kakaknya. Penggemar buku Tere Liye. Dia sudah beralih ke novel. 



Dan di sini dia memilih empat buah buku Tere Liye, dan dari dia saya tahu bahwa masih banyak koleksi yang belum dia baca. Koleksi kakaknya yang ada di rumah, sudah dibacanya. Bersyukur juga buku buat Imam ini kami belikan sudah diakhir Ramadhan, di saat dia sudah hampir menyelesaikan targetnya khataman al quran untuk ke dua kalinya.


Alhamdulillah, tak lama berselang kami segera pulang, dan di rumah hingga hari ini buku buku ini masih mereka pegang, mereka baca secara bergantian. Selang seling. 


Dengan adanya bacaan ini, durasi mereka memegang HP menjadi berkurang, tak ada lagi rebutan HP.  Yang ada hanya pergantian buku yang mereka baca secara damai. 



Inilah jajajan anak anak kami yang menjadi tradisi selama ini. Merata di antara mereka bertiga. Bahkan mereka lebih memilih jajanan buku ketimbang makan di restoran. Buku buku ini menjadi makanan mereka, makanan otak dan spritual mereka. 


Semoga kelak tradisi ini bisa mereka turunkan ke anak anak mereka kelak. Tradisi Membaca ini semoga berkembang kelak menjadi Tradisi Menulis. Dan saya yakin itu. 


Bagaimana menurut sahabat semuanya?

Rabu, 05 Mei 2021

One Story, Two Perspectives

Seorang penulis buku terkenal duduk di ruang kerjanya... dia mengambil penanya... dan mulai menulis :


"Tahun lalu... saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang....


Di tahun yang sama, saya berusia 60 tahun dan memasuki usia pensiun..., keluar dari pekerjaan di perusahaan yang begitu saya senangi... saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni selama 35 tahun...


Di tahun itu juga saya ditinggalkan ayah yang tercinta...


Kemudian... masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran, karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil adalah puncak kesialan di tahun lalu..."


Di bagian akhir dia menulis:


"Sungguh... tahun yang sangat buruk!"


Istri sang penulis masuk ke ruangan dan mendapati suaminya yang sedang sedih dan termenung... Dari belakang, sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan...


15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sebagai berikut :


"Tahun lalu... akhirnya suami saya berhasil menyingkirkan kantong empedunya yang selama bertahun-tahun membuat perutnya sakit...


Di tahun itu juga... saya bersyukur, suami bisa pensiun dengan kondisi sehat dan bahagia. Saya bersyukur kepada TUHAN, dia sudah diberikan kesempatan berkarya dan berpenghasilan selama 35 tahun untuk menghidupi keluarga kami


Sekarang, suami saya bisa menggunakan waktunya lebih banyak untuk menulis, yang merupakan hobinya sejak dulu...


Pada tahun yang sama..., mertua saya yang berusia 95 tahun... tanpa sakit apa-apa telah kembali kepada Tuhan dengan damai dan bahagia....


Dan masih di tahun yang sama pula... Tuhan telah melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat... Mobil kami memang rusak berat akibat kecelakaan tersebut..., tetapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun..."

                                  

Pada kalimat terakhir istrinya menulis :


"Tahun lalu.... adalah tahun yang penuh berkah yang luar biasa dari Tuhan.... dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur..."

                                       

Sang penulis tersenyum haru..., dan mengalir air mata hangat di pipinya... Ia berterimakasih atas sudut pandang berbeda untuk setiap peristiwa yang telah dilaluinya tahun lalu... Perspektif yang berbeda telah membuatnya bahagia...


We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses. 

(Abraham Lincoln)


Kita dapat mengeluh karena semak mawar memiliki duri, atau bersukacita karena semak duri memiliki mawar..


Sahabat, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang akan membuat kita bahagia. Mari kita berlatih melihat suatu peristiwa dari sudut pandang positif dan jauhkan rasa iri di dalam hati. Sehingga kita termasuk orang yang pandai bersyukur 


Semangat pagi!!! 

Semoga sehat dan sukses selalu.

Salam kompak selalu

Selasa, 27 April 2021

Surat Cinta Sang Prajurit

 ~ SURAT CINTA SANG PRAJURIT ~

    ( Sangat terharu .....😭😭 )


Judul : Eternal Patrol, Eternal Love

Penulis : Langit Rindu


"Dek, tolong siapin perlengkapan seperti biasa, dong. Besok ada latihan," pinta Mas Dwi padaku selepas makan sahur. 


"Oke, kali ini berapa lama?" tanyaku.


"Latihannya hari Rabu, dini hari ngeluncurin torpedo, dilanjutkan menembakkan peluru perang. Pagi kemungkinan udah nggak di air lagi. Cuma, ada banyak yang harus dipersiapkan, jadi besok Mas udah harus berangkat." 


"Bali lagi, ya?"


"Iya, Sayang. Kenapa memangnya?" 


"Nggak, banyak bule pakai baju kurang bahan. Kasihan Masku yang lagi shaum ini. Mesti ekstra jaga pandangan."


Dia tertawa sehingga matanya menyipit. Tawa yang menjadi canduku sejak awal bertemu. 


"Mas kan nggak main ke pantai, mainnya sama peralatan tempur di dalam kapal, di kedalaman yang nggak mungkin ada bule berenang. Palingan juga duyung. Tapi, kalau pun ada duyung, pasti nggak secantik kamu."


Entah kenapa aku masih saja malu saat Mas Dwi mulai bersikap dan berkata manis. 


"Tuh, pipinya merah. Padahal udah hampir sepuluh tahun menikah," godanya lagi sambil menunjuk pipiku yang terasa hangat.


"Ish, udah ah. Kira-kira, Mas bisa pulang nggak pas anniversary kita? Udah mau sepuluh tahun, aku belum pernah dikasih kue." Aku pura-pura menggerutu untuk mengalihkan pembicaraan. Sungguh aku masih belum imun dengan segala sikap manisnya. 


"Your wish is my command, Sayang," sahutnya sambil menundukkan punggungnya di hadapanku seolah-olah sedang berhadapan dengan seorang putri seperti di film-film Disney.


Sisa hari kami habiskan berdua dengan Mas Dwi yang menempeliku ke mana pun aku bergerak, kecuali ke toilet. Kebetulan dua anak kami sejak kemarin menginap di rumah nenek mereka. 


Kami ke minimarket di depan gang dengan menggunakan sepeda motor, membeli barang belanjaan pengisi kulkas dan camilan. Mas Dwi kemudian memintaku untuk memasak tumis kangkung dan ayam kecap, menu kesukaannya. Aku memasak dengan gugup karena ia duduk di meja dapur, tak melakukan apa pun selain memperhatikanku. 


"Ini enak banget. Terima kasih, Dek, selama ini udah jadi istri yang baik dan sempurna buat Mas."


"Aku yang terima kasih karena Mas mau bersabar denganku. Mas itu suami terbaik di dunia yang khusus diciptakan untukku," pujiku tulus. 


***

"Mas berangkat, Dek. Hati-hati di rumah. Semoga Allah melindungimu dan anak-anak kita," pamitnya selepas salat Subuh. Sempat tadarus dan menyimak hafalan anak-anak juga sebelum bersiap-siap.


"Mas juga hati-hati, ya. Semoga Allah menjaga Mas juga di mana pun berada. Aku udah masukin sambel kacang dan tempe buat makan sahur dan buka puasa. Kalau memungkinkan untuk menghubungi, jangan lupa kabari ya, Mas?"


Mas Dwi mengangguk, kemudian memeluk erat dan mencium ubun-ubunku seraya melafalkan doa lirih. Aku telah terbiasa mengantarnya berangkat dinas, tetapi kali ini rasanya sungguh berat. Saat mobil yang menjemputnya telah hilang dari pandangan, seketika hatiku merasa kosong. 


Beberapa kali Mas Dwi menghubungi sampai Rabu dini hari sebelum masuk kapal selam. 


"Mas sudah mau nyelam, Dek. Doakan ya. Oiya, sambel kacangnya udah habis waktu buka puasa semalam. Mas bagi sama kawan-kawan. Besok Mas sahur apa, ya?" katanya di telepon.


"Makan makanan kapal." Aku tertawa di antara kantuk, sebelum kembali bicara. "Ntar kalau Mas pulang, boleh request mau dimasakin apa aja."


Hening dari seberang sana, aku sampai mengecek apakah sambungannya terputus, ternyata tidak. 


"Mas ... Mas Dwi. Ngelamun, ya?" tanyaku.


"Eh, iya. Kangen banget," keluhnya. "Sayang, jaga anak-anak baik-baik, ya? Kamu pasti bisa."


"Kok Mas ngomongnya gitu?" protesku. "Kayak mau ke mana aja." 


"Nggak apa-apa, tiba-tiba kepikiran aja. Udah dulu, ya. Sebentar lagi dipanggil, nih. Uhibbuki fillah, ya zaujati."


Sebelum sempat aku membalas ucapannya, sambungan pun terputus. 


Aku juga, mencintaimu karena Allah, Mas. 


Setelah telepon itu, entah kenapa hatiku gelisah dan memutuskan untuk tidak melakukan apa pun. Sore harinya, kegelisahanku sempurna menciptakan tangis. Kapal selam mereka hilang kontak.


Kuambil wudu dengan harapan sedikit meredakan kusutnya pikiran. Setelah itu, menunaikan salat dua rakaat dan menumpahkan segala resah ke sisi langit. Sadar betul, tidak ada yang lebih kuasa dan tempat memohon pertolongan selain Allah. 


Waktu berjalan lambat. Kala statusnya masih dinyatakan hilang pertama kali, harapanku masih meninggi. Setidaknya, menurut keterangan mereka membawa cukup logistik dan persediaan oksigen masih mencukupi hingga 72 jam. 


Hari pertama berlalu, aku berbuka dan sahur ditemani derai air mata dan selaksa doa. Tidak ada informasi yang menumbuhkan positif vibes. 


Hari kedua, informasi menyatakan kapal mereka ada di kedalaman kurang lebih 850m di bawah laut. Allahu Rabbi ... tak dapat kubayangkan lelakiku dan rekan-rekannya berjuang di tengah tekanan udara yang begitu besar. Baja saja akan remuk di kedalaman itu, apalagi tubuh manusia.


Hatiku semakin hancur kala informasi mengenai munculnya kepingan dan barang-barang yang diyakini bagian dari kapal selam yang mereka naiki. Mataku menyorot pada sebuah gulungan di layar televisi. Tidak salah lagi, itu sajadah waterproof yang kubeli setahun yang lalu untuk Mas Dwi. 


Ya Allah ... inikah saatnya untuk merelakan?


Saat aku tenggelam dalam kesedihan, terdengar bel pintu berbunyi. Seorang laki-laki membawa buket bunga mawar beserta kotak kue.


"Dengan Ibu Zea Fridayanti?" tanyanya. 


"Iya."


"Ini ada paket untuk Ibu, mohon ditanda tangan." 


"Terima kasih," ucapku setelah menandatangani bukti terima. 


Untuk pertama kalinya di anniversary kami, Mas Dwi memberiku bunga sekaligus kue. Sepertinya ia menyiapkan semuanya sebelum berangkat.


Ya Allah ... andai aku diperkenankan memilih, aku memilih tidak mendapat kue anniversary selamanya asal lelakiku masih ada di sisiku. 


Sepucuk surat yang menyertai buket bunga itu berisi tulisan khas Mas Dwi.  


"Assalamualaikum, Sayang. Sudah lihat kue dan bunganya? Suka? Apa kabarmu? Pasti sedang cantik. Kapan, sih, kamu jeleknya?  Izinkan aku bernostalgia pada pertemuan pertama kita."


Aku menarik napas sebelum meneruskan membaca. Harusnya wajahku bersemu malu, nyatanya hanya ada perih, sesak, seperti ribuan jarum menghujam dada.


"Kamu tahu, Sayang. Saat Mas diajak pamanmu ke rumahnya, pertama kalinya Mas melihat gadis cantik dengan seragam SMA dan membuatnya menangis di pertemuan pertama. Mas menyindirnya yang memperlihatkan rambut indahnya. Pulang dari sana, pamanmu menghajar Mas karena membuat keponakannya menangis. Akan tetapi, seminggu setelahnya pamanmu justru berterima kasih karena kamu akhirnya menutup aurat dengan sempurna."


Aku tersenyum mengingat pertemuan pertama kami itu. Lelaki yang menyita atensi sejak awal sosoknya tertangkap oleh mataku. Namun, kekaguman itu berubah menjadi kekesalan saat ia menyindir rambutku yang digerai asal tanpa kerudung. Sindiran yang merasuk di hati dan dengannya Allah menuntunku untuk mengenakan kerudung.


"Dua tahun tidak bertemu, pada akhirnya Mas menemukanmu dengan  metamorfosa sempurna. Kamu menjelma menjadi gadis salihah. Mas yang sudah di ambang 30 tahun dengan tak tahu dirinya melamarmu, siap dengan penolakan. Tapi kami adalah prajurit, pantang mundur sebelum berperang." 


Usia kami memang terpaut hampir sepuluh tahun. Namun, pesona seorang Dwi Naresta tidak ingin kulewatkan begitu saja.


"Mas sudah siap ditolak, tapi Allah Maha Baik. Kamu menerima, apa jangan-jangan kamu memang udah suka, ya, sama Mas?"


Tepat. Aku memang menyukainya sejak awal bertemu. Kekesalan atas sindirannya tak mampu mengalahkan rasa suka yang mulai tumbuh. Dua tahun memendam rasa tanpa pernah bertemu lagi, lalu ia datang menawarkan bahagia, kenapa mesti ditolak?


"To be my wife, thank you so much."


And I'm blessed to have you as my husband, Mas.


"Terima kasih untuk semua ekspresi cintamu selama ini. Mas berharap kita akan senantiasa saling mencintai di bumi, kemudian mati dan hidup lagi untuk bersama kembali di surga."


Terima kasih juga untuk seluruh cintamu yang melengkapiku, Mas. Insyaallah ... insyaallah kita akan berkumpul kembali di surga. 


"Didik anak-anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik seperti Mama mereka, ya. Mas ridho padamu. Miss you and love you to the sky sampai under the sea haha."


Aku tak mampu tertawa membacanya, Mas. Sebab tahu, setelah ini aku tak akan mendengarkan gombalanmu lagi. 


Selamat jalan, cintaku. Purna sudah tugasmu mengabdi. Sebegitunya engkau mencintai laut, sampai-sampai menemui takdir kematian juga di sana. 


Aku tak tahu sedang apa engkau kala Malaikat Izrail mendatangimu. Sedang sahur? Salat Subuh? Salat Duha? Sedang menikmati lapar puasa? Atau saat berbuka?


Satu yang kuyakini, engkau kini tengah bahagia. Sebab cita-citamu ialah syahid. Engkau kini syuhada, dipanggil oleh Allah dengan cara yang indah karena ini bulan mulia. Sebagaimana rekan-rekanmu yang lain. 


Hanya sepuluh tahun Allah beri waktu membersamaimu di dunia. Janji, ya. Setelah ini kita akan bersama lagi, tidak hanya untuk sepuluh tahun. Tunggu aku di pintu surga, Kapten!


Garut, 26 April 2021


#Copas

#SuratCintaSangPatriot

#TUNAISUDAHJANJIBAKTI

#SETIASAMPAIAKHIRHAYAT❤⚓⚓


Selasa, 20 April 2021

Hikmah: Legenda Raja dan Batu


Alkisah di sebuah kerajaan hiduplah seorang raja yg bijaksana. Pada suatu malam, sang raja pergi ke sebuah jalan yg sering dilalui rakyatnya. 

Kemudian ia meletakkan sebuah batu yg sangat besar tepat di tengah² jalan tersebut.


Ketika pagi hari, orang² kebingungan mengapa tetiba ada batu besar di tengah jalan. 


Sungguh batu itu sangat mengganggu sekali, sehingga mereka mengumpat dan memaki hal tersebut.


Sebagian dari mereka mengeluh dan menghela napas panjang karena perjalanan menjadi terusik olehnya. 

Sebagian lagi mengucap sumpah serapah kepada siapapun yg telah mendatangkan masalah ini kepada mereka.


Setelah berlangsung cukup lama, suatu hari seorang lelaki berjalan melintasi jalan tersebut. 

Ia terheran melihat batu besar yg menghalangi seperti itu namun mengapa tak ada orang yg tergerak untuk menyingkirkannya.

Maka sang lelaki mendorong batu tersebut sekuat tenaganya agar bergeser ke tepi jalan. 

Memang cukup berat dan melelahkan, pantas saja orang² tidak ada yg mau melakukannya. Namun pada akhirnya ia berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut meski kelelahan.


Tanpa disangka, rupanya di bawah batu besar itu ada satu kantong uang emas. 

Sang lelaki merasa gembira memperolehnya !!


Rupanya raja memang sengaja meletakkan hadiah tersebut, sebagai kejutan bagi siapa saja yg tergerak menyingkirkan batu itu.


Demikianlah legenda tentang raja dan batu yg kerap kali diceritakan dari generasi ke generasi. 

Betapa banyak kebenaran yg disampaikan dalam kisah tersebut. Bahwa sebagian besar manusia hanya mengeluh saja ketika mereka melihat masalah.


Alih² mereka tertantang untuk mencari solusinya, justru yg dilakukan sebatas mengumpat dan menyalahkan orang lain. 

Mereka hanya menghindar dari masalah, bukannya menyelesaikan. Seperti peribahasa Arab berkata,


"Lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan."


Sangat sedikit sekali orang yang berani menghadapi masalah dan merasa perlu turut andil menanganinya meski hal itu bukan kesalahannya. 

Bagi orang-orang yang seperti ini, bersiaplah akan mendapat kejutan tak terduga sebagai hasil dari ikhtiar & ketulusannya. 


✍🏻 Ust. Arafat

Reposted by : @KajianAnNaffii

Senin, 19 April 2021

Hikmah: The Law of Attraction

 KEJUJURUAN YANG BERBUAH INDAH

(Cerita yang lagi Viral...)


30 tahun yang lalu, seorang istri pengusaha sukses di Washington tak sengaja kehilangan tasnya di dalam rumah sakit di malam musim dingin.


Sang pengusaha tampak sangat gelisah, lalu berusaha mencarinya pada malam itu juga.


Karena di dalam tasnya tidak hanya berisi 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp. 1.4 miliar, tapi juga ada informasi pasar modal yang sangat rahasia.


Ketika *Mr. Anderson,* si pengusaha tersebut, tiba di rumah sakit, dia melihat seorang bocah perempuan kurus sedang berjongkok.


Bocah itu tampak menggigil di sudut koridor rumah sakit yang sunyi sambil mendekap sebuah tas.


Si pengusaha langsung mengenali itu adalah tas isterinya yang jatuh.


Ternyata bocah bernama *Seada* ini, ke rumah sakit menemani ibunya yang sakit keras.


Ibu dan anak yang miskin ini, telah menjual semua barang-barang yang bisa dijual.


Uang yang terkumpul juga hanya cukup untuk biaya pengobatan semalam.


Apabila tidak ada uang, maka besok akan didepak dari rumah sakit.


Malam itu, Seada yang tak berdaya mondar-mandir gelisah di koridor rumah sakit.


Dia menatap ke atas dan memohon kepadaNya, agar dipertemukan dengan seseorang yang baik hati untuk menyelamatkan ibunya.


Tiba-tiba, tas yang terselip disisi tubuh seorang wanita yang turun terburu-buru dari lantai atas jatuh tanpa disadarinya ketika melewati koridor rumah sakit.


Mungkin ia merasa masih ada sesuatu di bawah ketiaknya, sampai-sampai tidak sadar tasnya jatuh.


Saat itu hanya ada Seada sendiri di koridor.


Dia berjalan mengambil tas itu, kemudian bergegas berlari ke pintu untuk menyerahkannya kepada wanita itu.


Sayangnya wanita itu telah naik ke mobilnya dan berlalu dari hadapannya.


Seada kembali ke kamar pasien tempat ibunya dirawat.


Ketika dia membuka tas itu, ibu dan anak ini pun tercengang melihat tumpukan uang tunai di dalamnya.


Detik itu juga, sempat terlintas dalam benak mereka kalau uang itu mungkin bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit ibunya.


Namun, ibu Seada menyuruh putrinya mengembalikan tas itu ke koridor, menunggu pemiliknya datang mengambilnya.


Orang yang kehilangan uang itu pasti sangat cemas.


_“Sebaiknya yang harus kita lakukan dalam hidup ini adalah membantu orang lain, kita pun akan ikut cemas dengan apa yang dicemaskan orang lain, dan hal yang paling tidak patut kita lakukan adalah mengambil harta yang tak jelas asal usulnya,”_ kata ibu Seada.


Mr. Anderson pun mendapatkan kembali tasnya. Dia terharu dengan sifat dan perilaku bocah itu.


Mr. Anderson pun membantu biaya perawatan ibu bocah itu.


Sayangnya meskipun Mr. Anderson sudah berusaha semaksimal mungkin, ibu Seada tak terselamatkan, ia meninggal dunia...


Dia meninggalkan anak perempuannya menjadi sebatang kara di dunia.


Mr. Anderson kemudian mengadopsi Seada, merawat dan menyekolahkannya.


Setelah mendapatkan tasnya, Mr. Anderson bukan saja mendapatkan kembali 100.000 dollar AS miliknya, tapi yang terpenting adalah informasi pasar modal yang hilang itu akhirnya didapatkan kembali.


Itu membuat bisnis pengusaha itu naik melonjak drastis dan menjadi milyuner.


Seada yang telah diadopsi oleh Mr. Anderson sejak ibunya meninggal ketika itu, telah menamatkan kuliahnya dan membantu bisnis sang milyuner.


Meski Mr. Anderson belum memberikan tugas sebenarnya, namun dalam praktik jangka panjangnya, kecerdasan dan pengalaman Mr. Anderson telah memengaruhi Seada secara tidak langsung.


Hal itu menjadikan Seada sebagai sosok pribadi yang matang.


Saat memasuki usia senjanya, Mr. Anderson selalu meminta pendapat Seada mengenai pandangannya.


Detik-detik menjelang masa kritisnya, Mr. Anderson meninggalkan sebuah surat wasiat yang mengejutkan. 


Begini bunyi surat itu.


_“Aku sudah kaya sebelum mengenal ibu Seada. Namun, ketika aku berdiri di depan ibu dan anak yang miskin dan sedang sakit yang tidak tergoda dengan setumpuk uang yang dipungutnya itu, apalagi saat itu mereka sedang sangat membutuhkan uang, aku merasa mereka bahkan jauh lebih kaya dari aku, karena mereka memegang teguh prinsip hidup yang mulia. Itu adalah prinsip yang sangat minim dimiliki pengusaha.”_


_“Harta yang aku dapatkan semuanya ini hampir berasal dari berbagai trik dan intrik. Adalah mereka yang membuat aku sadar bahwa modal hidup terbesar dalam hidup seseorang adalah perilaku.”_


_“Aku mengadopsi Seada bukan untuk balas budi, juga bukan karena simpati. Tapi aku  mengundang sesosok tauladan. Dengan adanya dia di sisiku, aku bisa mengingat hal mana yang pantas atau tidak dilakukan dalam bisnis. Inilah alasan pokok aku belakangan yang membuat usahaku terus berkembang makmur, dan aku menjadi milyuner."_


_"Setelah kematianku, seluruh harta dan aset aku wariskan pada Seada sebagai penerusnya. Ini bukan hadiah, tapi demi agar usahaku bisa lebih gemilang. Aku yakin putraku yang pintar bisa mengerti dengan pertimbangan matang aku selaku ayahnya.”_


Ketika putra Mr. Anderson pulang dari luar negeri, dia membaca dengan seksama surat wasiat ayahnya.


Dia segera tanpa ragu sedikit pun menandatangani persetujuan tentang surat warisan terkait harta termaksud.


_“Saya setuju Seada mewarisi seluruh aset ayah saya. Saya hanya meminta kesediaan Seada menjadi isteri saya...”_ katanya.


Melihat putra Mr. Anderson menandatangani surat persetujuan warisan tersebut, Seada merenung sejenak, lalu membubuhkan tandatangan.


_“Saya terima seluruh harta maupun aset dari Mr. Anderson, – Termasuk putranya...”_


*******


Sekarang, apakah anda telah mendapatkan hikmah dari kisah sederhana di atas ?


Jika Anda bersikap dingin pada orang lain, maka orang lain juga akan bersikap seperti itu.


Jika Anda sering mengkritik orang lain, Anda juga akan mendapatkan banyak kritik.


Jika Anda selalu memasang muka cemberut, orang lain juga akan membalasnya seperti itu.


Semua yang Anda berikan, akan kembali kepada Anda.


Selama Anda selalu bersikap baik, Anda telah menang.


Singkatnya seperti yang dikatakan ahli hikmah, 

_“Apabila anda membenci atau berperilaku buruk/jahat pada orang lain, maka dengan sendirinya anda juga akan mendapatkan balasan yang sama bahkan mungkin lebih dari itu.”_


Sama seperti pribahasa yang berbunyi, 

_“Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai.”_


Inilah yang dikenal sebagai *The Law of Attraction.*

Hukum Tarik-menarik, _Sunnatullah_, yang berlaku di alam semesta. 


Segala sesuatu yang anda lakukan pada orang lain, sejatinya itulah yang Anda lakukan pada diri anda sendiri.


Jadi jika Anda ingin mendapatkan sesuatu, maka anda harus membiarkan orang lain mendapatkannya dulu.


Jika Anda ingin berteman dengan seorang teman yang tulus, Anda harus bersikap tulus dulu padanya.


Jika anda ingin bahagia, maka bawalah kebahagiaan pada orang lain.


Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri adalah, berbuat lebih banyak sesuatu yang baik untuk orang lain.


Sering kali, saat kita membantu orang lain, tidak berarti kita akan kehilangan.


Tetapi justru karena Anda telah membantu orang lain, sehingga dengan demikian akan mendapatkan persahabatan dan teman.


Membantu orang lain sama dengan memberi sebuah jalan pada kita sendiri.


Dalam hidup itu seharusnya kurangi sifat egois, lebih peduli pada orang lain, maka dunia kita akan penuh dengan cahaya dan pesona...


_"Sebaik-baik manusia adalah, yang bermanfaat untuk manusia lainnya."_

(HR. Muslim).



Selamat beraktivitas dibulan yang penuh berkah ini, saudara-riku tercinta...

πŸ˜ŠπŸ™❤πŸ’•

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...