Sabtu, 06 Juli 2024

Hamparan Permadani Alam

Menjelang jam 7 pagi tadi sengaja keluar rumah untuk kembali olahraga jalan kaki, untuk ketiga kalinya selama sampai di Kapau sejak Minggu malam. Dua hari pertama, Senin dan Selasa kami jalan kaki berdua bersama Bundo. Namun pagi tadi saya jalan sendiri. Rabu Kamis hingga Jum'at rehat jalan kaki, karena ada aktivitas lainnya.


Setelah sampai tadi malam dari Pekanbaru, jam 00.30 dini hari, tidur dan tetap subuh di Surau, Alhamdulillah kondisi tubuh tetap prima, seperti tidak ada capeknya. Makanya pagi ini saya usahakan kembali berolahraga.


Keluar dari rumah, cuaca hangat. Beda dengan hari hari sebelumnya yang berkabut dan dingin tentunya. Pagi cerah, Singgalang dan Marapi kelihatan jelas dari kejauhan. Tak ada kabut atau awan yang menutupi mereka.


Baru saja melangkah keluar dari rumah, saya "kodak-lah" hamparan sawah yang ada di sekitaran rumah. Kodak rancak tentunya. Alhamdulillah empat gambar pertama yang saya posting di awal melangkah, ternyata mendapat respon yang luar biasa dari para sahabat FB saya. Bagaikan lukisan alam. Saya pun takjub sebenarnya.


Setelah memosting, langkah kaki saya teruskan ke jorong Baringin Koto Tangah. Memilih rute berbeda dari dua rute sebelumnya juga berbeda. 

Memasuki gapura Jorong Baringin, sebelah kanan jalan kita akan diperlihatkan rambu rambu yang bertuliskan Asmaul Husna sepanjang jalan. Sebuah rambu yang langka yang mungkin tidak kita temui di jalan pedesaan seperti ini. Jorong yang luar biasa. Semuanya jelas terbaca. Bertuliskan Allah Yang Maha Esa di atas setiap nama-nama Allah yang ada di sepanjang jalan itu. Saya akui ini keren. Wali Jorong dan masyarakat nya hebat hebat. Mengingatkan 99 nama nama Allah bagi setiap yang melewati.


Beberapa view rumah gadang, mushola dan bentangan sawah yang luas sepanjang mata memandang. Apalagi ketika keluar dari jorong Baringin, belok ke kiri menuju Jorong Tambuo Nagari Koto Tangah. 



Di sebelah kiri kita, hamparan permadani yang Allah titipkan di nagari ini menghadap ke dua gunung yang tegak menjulang. Gunung Singgalang dan Gunung Marapi yang sangat kokoh berdiri. Begitu juga di sebelah kanan, hamparan yang sama jelas kelihatan. Batasnya bukit barisan yang berjejeran. Hijaunya menyegarkan dan udaranya segar tak terkirakan. Oksigen bebas yang tak berbayar, bebas dihirup memenuhi rongga paru paru kita. Udara nya bersih.



Hamparan permadani yang berwarna hijau dan kuning, yang menjadi sumber ekonomi bagi para petani. Negeri ini memang menjadi salah satu  lumbung pangan bagi Sumatra Barat ataupun propinsi tetangga. Dengan nama berasnya Kuruik Kusuik, Sokan dan Anak Daro menjadi beras primadona bagi rumah makan yang ada di ranah Minang atau pun yang ada di perantauan. Beras premium dengan harga nya juga di atas rata-rata.


Kembali ke laptop, hamparan sawah yang kuning dan hijau ini, berbatasan gunung dan bukit yang juga hijau serta beratapkan langit yang biru, seakan-akan mata ini tak puas memandang anugerah yang Allah titipkan kepada Nagari Koto Tangah dan Kapau ini.

Masya Allah, nikmat mana lagi yang kau dustai.


Di ujung jalan, di perempatan, langkah saya arahkan ke kiri menuju Pakan Kamih. Sepanjang jalan rada banyak kendaraan. Motor dan mobil agak berpacu di sini, membuat saya harus berhati-hati dalam melangkah. Waktu telah menunjukan jam 7.50. Hampir satu jalan saya berjalan dan teringat pesan yang dijanjikan Nova bahwa jam 8-an usahakan sudah sampai di rumah karena ada hal lainnya yang akan kami kerjakan. Marandang.


Langkah kaki makin saya cepatkan. Di pertigaan Simpang Gobah, belok ke kiri menuju Dangau Baru. Di sini pun sama. Sawah kiri dan kanan jalan terhampar. Beda dengan jalan di Pakan Kamih tadi yang banyak berisikan rumah dan "kadai" di sepanjang jalannya. Di sini puas memandang alam yang terbentang sepanjang jalan menuju rumah di perbatasan antara Nagari Koto Tangah dan nagari Kapau.


Allah telah titipkan negeri yang subur ini untuk kita nikmati. Untuk dikelola dengan sebaik mungkin. Padinya menjadi, ladangnya pun ada di sana sini. Ternak pun bisa berkembang dengan baik sekali. Nikmat Allah SWT ini harus disyukuri. Bukan untuk dikufuri.


Jam 8.30 sampai di rumah. Satu setengah jam berjalan dengan jarak tempuh diperkirakan sekitar 7-8 km.


Kapau, 6 Juli 2024

18.06 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...