Jumat, 31 Januari 2020

Padang, I’ll be back someday….

Tulisan lama saya di majalah kantor, TEMBIKAR, majalah Host National Staff di British International School saat itu. 
Ini adalah perdana saya menulis ulang trip perjalanan sahabat saya, Cahyo Sakti bersama keluarganya saat mereka liburan ke Padang Sumatra Barat.

Ditulis 30 Mei 2011 dan diterbitkan di majalah tsb pada bulan Juni 2011. Sengaja judulnya saya ganti dengan yang di majalah dulu. Yang lainnya sama, termasuk photo photo yang ada.


***** 

Sumatera barat adalah salah satu wilayah di negeri ini yang sangat lengkap sebagai tujuan wisata. Mulai dari wisata Budaya. Sejarah, Pendidikan, Kuliner, Kesehatan, Alam maupun wisata khusus lainnya seperti MIFAN Water Park atau pun sejenis Water Boom plus outboundnya, semuanya ada di propinsi ini. Semuanya tersebar di hampir semua DATI II yang ada.
Menuju Sumatera barat bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno Hatta yang berbagai airline yang ada dengan harga tiket yang sangat variatif, Frekuesi penerbangan menuju Bandara International Minangkabau (BIM) sangat ramai mulai dari subuh hingga malam hari. Lamanya penerbangan dari Soekarno Hatta menuju BIM lebih kurang 1.20 menit. Saat akan ‘landing” di BIM kita akan terpesona dengan pemandangan pantai yang sangat kontras dengan suasana pegunungan, kombinasi biru dan hijau yang sangat semukau. Beberapa pulau kecil yang terdapat di sekitar kota padang pun terlihat.
Semakin dekat dengan bandara, jika cuaca cerah kita akan melihat dengan jelas Padang Kota Tercinta. Begitu juga dengan bukit kapur tempat beroperasinya pabrik semen tertua di Indonesia, Semen Padang, dan kampus Universitas Andalas yang kedua nya berada di antara hamparan pegunungan bukit barisan.
Perjalanan dari BIM untuk menjelajahi sumatera barat bisa dimulai dari mana saja tergantung pada pilihan kita. Namun menggunakan mobil carteran sekelas Xenia dan Avansa, masih dalam tarif yang sangat murah. Rata-rata Rp. 250.000,- per hari. Hal ini bisa kita booking jauh-jauh hari sebelum mendarat di ranah minang.
Namun bila ada saudara yang siap mengantarkan kemana kita pergi tentu hal ini akan menghemat dalam pengeluaran. Seperti yang kami rasakan ketika pulang pertama kali setelah sekian tahun menikah dengan gadis keturunan minang.
Liburan 4 hari di awal februari nan lalu sengaja aku alihkan ke sumatera barat bersama seluruh anggota keluarga. Selepas dari BIM kami dijemput oleh keluarga untuk memulai petualangan, Malam pertama kami menginap di Pangeran Beach Hotel di Kota Padang. Hotel yang terdapat di pinggir pantai padang ini merupakan salah satu hotel yang bisa direkomendasikan di antara beberapa hotel lainnya. Suasana yang menghadap langsung ke laut lepas, samudera Indonesia, merupakan pilihan yang tepat bagi yang suka dengan “sunset” dan “sunrise”. Hotel yang berada di tengah kota Padang memudahkan kita untuk menjelajahi wisata kuliner yangtersebar di seantero kota atau mengnjungi objek wisata seperti Hutan Raya Bung Hatta di Indarung dan Pantai Air Manis tempat legendanya si Malin Kundang. Tempat berbelanja untuk oleh-oleh yang terkenal di Padang bisa ditemui di Cristien Hakim, Nipah, dan Mahkota yang hampir semua orang tahu di kota Padang ini.
Setelah melepas penat semalaman, esoknya kami meluncur ke Danau Maninjau via kabupaten pariaman. Sepanjang perjalanan yang kami tempuh mengingatkan akan dahsyatnya gempa yang terjadi pada 30 september 2009 nan lalu. Bekas reruntuhan bangunan sepanjang perjalanan masih terlihat. Namun pesona pantai yang terhampar di sepanjang jalan yang kami lalui dapat mengobati kegundahan tersebut. Begitu juga dengan wisata kuliner yang terkenal dengan aneka olahan ikan yang ada di sepanjang pantai ini. Di antara rumah makan yang terkenal di kawasan ini adalah Rumah Makan Gulai Ikan Pauah.
Memasuki Danau maninjau, seolah mata tak puas – puas nya menatap kawasan danau terbesar di Sumatera Barat ini, Danau yang dikelilingi oleh jejeran bukit barisan yang terjal sepanjang sisinya sangat memukau. Penginapan yang kami tuju disini adalah Nuansa Resort Hotel.
Di Maninjau ini kita akan ditemani oleh aneka masakan ikan air tawar, daging dan sayuran sesuai dengan pilihan selera masing-masing. Makan apapun disini dijamin enak, atau bahkan lebih enak. Udara yang dingin, apalagi menjelang malam hingga pagi hari membutuhkan kita akan tambahan jaket yang esktra tebal.
Jika ada kesempatan bisa melakukan tambahan “exercise” di Maninjau ini dengan bersepeda mengelilingi semua sisi danau ini. Jalan yang sangat bagus, udara yang sangat segar, penduduk yang ramah akan memberi kesan tersendiri. Butuh waktu lebih kurang 5/6 jam untuk mengelilingnya dengan kecepatan yang standar. Jika ingin mengelilingi danau ini dengan sepeda sebaiknya dilakukan di pagi hari. Namun bila tidak mau capek, acara keliling danau ini bisa dilakukan dengan sepeda motor dengan kisaran waktu 1.5 atau 2 jam. Baik sepeda ataupun sepeda motor bisa disewa di sekitar pasar Maninjau dekat Hotel yang kami tempati.
Di area penginapan hotel juga tersedia kapal-kapal yang bisa mengantarkan kita untuk menjelajahi danau dengan harga sewa yang sangat terjangkau. Dari tengah danau kita dibuat takjub dengan pesona alam yang luar biasa ini. Kemana mata memandang yang terlihat adalah jajaran bukit barisan yang ditumbuhi pepohonan nan hijau. Di  beberapa titik tertentu bekas longsoran akibat gempa 2009 masih terlihat.
Ke Bukittinggi
Selepas check out dari hotel tujuan kami adalah Bukittingi, kota wisata, kota tujuan utama bagi semua pelancong dari berbagai daerah ke Sumatera Barat ini. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melanjutkan perjalanan adalah check kesiapan fisik kendaraan.
Menuju Bukittingi dari Maninjau ini kita akan melewati tanjakan yang panjang, penuh dengan tikungan yang tajam. Area ini lah yang terkenal dengan nama kelok 44. Bagi yang suka mabuk jalanan alias mual, disarankan untuk minum obat antimabuk sebelum berangkat.
Namun semuanya ini akan terbalas dengan segala kepuasan ketika sudah mencapai setengah perjalanan. Karena pemandangan yang sangat indah pun akan membuat mata seakan tidak mau lepas melihat pesona danau maninjau dari ketinggian. Jika sempat parkirkan mobil barang sejenak untuk mengambil view yang ada. Ada rumah makan yang terdapat di pinggang bukit ini yang menjadi tempat rehat, sambil menikmati panorama alam yang jarang kita temui di tempat lain. Daerah yang terkenal untuk melihat keindahan danan Maninjau dari ketinggian adalah “Ambun Pagi”.

Sesampai di Bukittinggi kami langsung menuju hotel yang udah di booking jauh hari sebelumnya, yakni hotel the Hills. Hotel yang jaraknya “sepelemparan batu” dari jam gadang ini bener bener ruarrr biasaaaa. Pemandangan dari jendela yang menghadap ke gunung singgalang sangat eksotis. Belum lagi arsitektur dan interior nya yang bernuansa minang dicampur dengan unsur kolonial. Wahhhh bener bener keren deh, apalagi buat yang honeymoon. Hotel ini muanteepp banget.
 Semua lokasi wisata di Bukittingi ini bisa kita tempuh dengan berjalan kaki. Ada Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, Kebun Binatang, Jembatan Limpapeh, dan Museum Rumah Gadang. Ada Ngarai Sianok, Lobang Japang yang terkenal sebagai tempat persembunyian di zaman penjajahan dahulunya. Rugi juga rasanya bila tidak menikmati lorong-lorong yang ada di bawah pusat kota ini. Selain itu kita juga bisa melakukan wisata sejarah ke Museum Bung Hatta serta rumah masa kecil Bapak Koperasi ini.

  Ngarai Sianok

Kemeriahan Jam Gadang di Malam Hari
Pasarnya pun terkenal ramai, terlebih ketika hari Rabu dan Sabtu, semua orang tumpah disana. Selain kota wisata, bukittingi juga adalah kota perdagangan. Ada Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur Kuning yang terkenal. Para pedagang dari Jambi, Riau, Sumatera Utara bahkan Malaysia pun ada disini. Jadi selain plesiran, bagi yang suka shopping, bukittinggi ini bisa juga menjadi salah satu tujuan.
Bagi yang suka bordiran dan sulaman terawang, disini dengan sangat mudah di cari. Di pasar atas ini harga mukena, kain, dan kebaya bordir sangat miring. Untuk baju koko sulaman terawang bisa ditawar seharga Rp75.000 saja. Bakal kain yang sudah dibordir bisa didapat dengan harga Rp 50.000 saja (untuk atasan) dan Rp 100.000 untuk stelan (tergantung jenis kainnya juga). Yang paling premium adalah bordir krancang yang katanya membuatnya sulit banget karena hand made. Untuk sebuah bahan kebaya krancang bisa dihargai 400-500 ribu (apalagi yang terbuat dari sutera... wah bisa lebih mahal).

Untuk urusan perut alias yang senang dengan wisata kuliner,  Bukittinggi TOP Banget dah. Yang mesti didatangi adalah warung nasi Kapau yang ada di LOS LAMBUANG (Lambuang=perut). Hehehe, ini tempatnya wiskul terkenal, dimana orang padang berada pasti ingat dengan tempat ini.

Hai kawan! Kalau orang Padang pulang dari rantau, tak makan disini berarti belum pulang kampong, menteri aja makan disini booo. Rasa, bentuk penyajian dan suasananya tidak akan pernah anda temui di tempat lain. Makanan disajikan seperti tangga (bertingkat). Pedagangnya berdiri di atas, dengan cekatan mengambilkan makanan yang jauh dari jangkauannya memakai sendok yang begitu panjang (+/- 2 meter). Kita duduk di bangku panjang di depan hidangan sambil menengadah melihat keunikannya. Jangan lupa anda bisa memesan cindua langkok (cendol dicampur emping beras pulut) yang terletak disamping nasi kapau oleh penjual yang berbeda.
Di Pasar Ateh kita bisa belanja oleh-oleh: Kerupuk Sanjai, Kacang Tojin, Rendang Telur, dendeng yang siap goreng, aneka ikan kering dan makanan khas minang lainnya. Ataupun bisa mampir di Sanjai Mintuo, Nitta sebagai tempat membeli buah tangan.

Back to Jakarta
Setelah puas menikmati suasana bukittinggi, menjelang pulang ke Jakarta kami teruskan perjalanan menuju kota padang panjang.
Di padang panjang, kota serambi mekah, kita bisa mampir di Minang Fantasi (Mifan) di Padang Panjang, area yang selalu ramai di akhir minggu dengan aneka permainan air dan outbound. Atau bisa mampir di sate Mak Syukur atau sate Saiyo yang terkenal, atau makan di RM Datuak yang semuanya ada di dekat area Mifan tersebut.
Selepas itu kita bisa istirahat sejenak di Lembah Anai dengan menikmati panorama AIA TAJUN, air terjun. 
Lingkungan Lembah Anai sangat mengagumkan. Hutan tropis yang lebat yang mengesankan dan merupakan hutan lindung. Didasarnya mengalir Sungai Batang Anai dengan airnya yang bening dan kelihatan sebuah air terjun setinggi 40 meter dekat sekali dengan jalan raya.
Selepas lembah anai ini ada satu lagi maskot wisata yang mesti kita singgahi yakni Anai Resort Golf Course dan MALIBO ANAI tempat wisata dan penginapan yang sangat menarik seperti daerah puncak, bogor. Namun suasana di sini sangat lah tenang dan jauh dari keramaian. Dan bagi yang senang golf, tempat ini salah satu event yang sering di pakai di sumatera barat.
Anai Resort terletak 550 m di atas permukaan laut, merupakan Golf Course terbaik di Sumatera Barat yang berstatus Internasional dengan 18 hole, dirancang oleh Designer Lapangan Golf International Thomas dan Perret. Berbagai fasilitas terdapat di lokasi bungalow seperti kolam renang alami dan restoran.
Perjalanan yang panjang, yang sangat menyenangkan bagi kami sekeluarga. Memang benar bahwa sumatera barat adalah tempat salah satu tujuan wisata yang lengkap. Dengan hanya menggelilingi sebagian kecil, mungkin sepertiga bagian dari Sumatera Barat dalam liburan 4 hari tiga malam februari yang lalu memberi keyakinan bahwa daerah ini adalah syurga bagi segala wisata yang ada. 

Padang, I’ll be back someday….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...