Minggu, 18 Desember 2022

Malala Jo Palala (Part 3)

Selesai sholat dan makan dengan bekal yang dibawa dari rumah kami lanjut obrolan ringan bertiga. Obrolan ringan sehabis makan antara suami, istri dan anak adalah sesuatu yang asyik dan mengasyikan. Apalagi dalam suasana perjalanan seperti ini, saya yakin akan menjadi rekaman yang hebat dan kuat bagi si bungsu kami ini. Ada banyak memori yang bersileweran dalam momen makan bersama di Kapal seperti ini. Sudah jadi tradisi setiap pulang kampung. Namun nuansanya kali ini agak beda. 


Dulu ketika mobil baru saja masuk kapal, kami langsung cari tempat yang nyaman buat rehat dan tiduran, sholat dan makan. Saya yang makan lebih dulu, karena sebagai supir saya harus tidur selama di kapal untuk beberapa saat. Satu jam, dua jam tidur bagi saya sangat cukup untuk menempuh perjalanan malam selepas "menginjak" pulau Sumatra. Namun kali ini sangat sangat santai sekali. Saya bisa nimbrung ngobrol dengan Dhifa dan Bundanya. 


Puas ngobrol, kami keliling mencari suasana lain. Maklum di ruang lesehan tempat kami makan ini, pendingin ruangannya sangat kurang. Agak gerah. Namun untuk mencari ke tempat lain, agak susah juga. Karena hampir semua ruangan penuh. Bahkan lantai dan lorong pun terisi, saking overload-nya penumpang di kapal Port Link III ini. 


Kami bertiga mengitari kapal, luar dan dalam, sambil memanfaatkan momen photo berdua dengan sang Bundo. Si bontot masih belum mau ber-"kodak" bersama kami. 


Dan ketika sampai pada satu rungan ber AC dan bersofa banyak, memori kami berputar pada mudik lebaran bulan puasa yang lalu. Ruangan itu tempat kami rehat dan saya tertidur pulas di sofanya. Waktu itu kami pulang kampung berempat. Ada abang Imam. Kakak baru memulai kuliahnya di Islamabad Pakistan. Jadi nggak ikut bersama kami. 


Tak terasa sebagian penumpang sudah turun ke dek bawah, kami pun ikut menyusul. Di luar sudah mulai tampak pulau Sumatera. Bakauheni makin dekat. 


Dua bus Palala ternyata parkir berdekatan. Seri Al dan Seri B. Seri A menuju Payakumbuh dan seri B menuju Kota Padang. Dan yang saya ingat pasti bahwa bus yang kami tumpangi tadi berada bersisian dengan Executive Plus-nya Sembodo. 


Saya langsung masuk, diikuti oleh Dhifa dan Bundanya. Saya sempat bertanya kepada Bang Fadli Kumarang pilot-nya Belibis ini, dimana rehat dan berapa lama jaraknya ke sana. Alhamdulillah Palala punya supir yang ramah dan sigap menjawab tanya penumpangnya. Sekalian saya dapatkan nama FB beliau, yang akhirnya di-tag dalam trip report saya kali ini. Bang Fadli akan mengawaki Palala E03 ini hingga ke RM Bukit Indarung Bandar Jaya. 


Keluar dari kapal beriringan dengan bus NPM dan Bintang Permata Bunda. Menapaki tol Sumatra sepertinya sang Belibis tidak langsung tancap gas. Agak tersendat di tanjakan yang lumayan tinggi ini. Namun pasti, perlahan lahan kecepatan mulai meningkat selepas KM 33. Satu per satu kendaraan lain disalip oleng bang Fadli. 


Batas tipis antara siang dan malam mulai terlihat di ufuk barat. Masuknya waktu maghrib ternyata tampak jelas bagi saya di atas Palala ini. Gerimis sesekali menyirami tol yang kami tempuh hingga keluar di gerbang Toll Gunung Sugih. 


Jam 18.45 sang Belibis sampai di RM Bukit Indarung. Para penumpang sebagian besar menuju kamar mandi, berwudhuk dan sholat jamak qashar maghrib dan isya. RM ini sedang berbenah. Ada renovasi bagian depan rumah makan dan juga perluasan musholanya. 


Selesai kami sholat ternyata, Palala Seri B sudah sampai. Rumah makan rame. Kami tidak makan di sini, karena perut masih terasa kenyang. Dendeng lambok #dapurbundonova masih terasa nikmat. Warna merah sambelnya tadi menggoda untuk menambah porsi nasi dan kentang baladonya "lamak bana". Namun Dhifa minta dibelikan ea krim yang tadi sempat dia intip. Dan saya membeli sebungkus roti coklat kacang, buat ganjalan jika tengah malam nanti berasa lapar. 


Ketika naik ke bus, ternyata oh ternyata aroma pop mie menggoda "galang-galang". Ada beberapa anak anak menikmatinya. Maklum di bus Palala ini ada dispenser buat air panas. Jadi ortu tinggal siapkan pop mie nya saja. Begitu juga bagi yang mau ngopi atau bikin susu buat anaknya juga gampang. Semuanya siap seduh.


Tulisan ini saya tulis ketika sebagian penumpang sudah mulai lelap dalam impiannya masing-masing. Hanya musik dengan suasana sayup sayup sampai, menemani saya. Tol Sumatra yang gelap, dua bus Palala menikmati perjalanannya. Nyaris tak ada penerangan jalan. 


Bang Fadli, driver satu Belibis mungkin sudah tidur rehat sehabis makan di RM Bukit Indarung tadi. Kemudi diambil alih oleh bang Rony yang ditemani oleh bang Eri di depan. Ada satu lagi penumpang di bangku CC. 


Belibis ini akan tetap berjalan, merayap di sepanjang lintas Sumatra hingga nanti rehat subuh di RM Simpang Raya Bayung Lencir Sumsel. Semoga tak ada halangan, Allah lindungi kami dalam perjalanan malam ini. 


Tol Sumatra menuju Palembang

20.23 WIB


https://dandidinda.blogspot.com/2022/12/malala-jo-palala-part-4.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...