Jumat, 30 Desember 2022

Silaturahmi di Oil City

Menjelang maghrib kami beranjak dari Perumnas Tahap 3 Duri. Ada kerinduan melewati area masa kecil dahulu di sekitaran lapangan kuning Duri Barat, yang telah berubah menjadi terminal. Terminal yang belum maksimal digunakan. 


Setelah memarkirkan kendaraan, saya menuju gerobak miso Pice. Saya berpikir beliau tak ingat sama sekali dengan saya. Namun dugaan saya salah. Melihat saya datang beliau sudah tersenyum dan menjabat tangan saya. Lama sekali tak bertemu dengan da Pice ini. Usia beliau beberapa tahun di atas saya. Namun lapangan kuning, yang sekarang menjadi terminal, dulunya adalah pemersatu bagi kami. Di sini kami bermain bola, dari seluruh penjuru, dari delapan mata angin. Di sini kami saling kenal satu sama lainnya, dari segala umur. Selain bermain bola, di lapangan ini kami bermain dan bertanding layangan dulunya. Istilah "balandik" dulu sangat familiar bagi kami, dan saya rasa istilah ini sudah hilang dari peredaran. Mungkin hanya generasi saya ke atas saja yang masih ingat kata "balandik" ini. 


Setelah memesan mieso da Pice ini, saya melihat bang Madi. Bang Madi dulunya jago sepakbola. Pemain handal dengan klub Venusnya. Saya sempat masuk tim Venus Junior tetapi tak bisa berkarir di bola kaki ini seperti teman saya Dodi Yuzarman. Saya akhirnya lebih fokus ke studi. Walau masih main bola, saya nggak banyak mengikuti kompetisi antar sepak bola. Selain itu saya juga sempat cedera bahu ketika usia 13tahun. Ada yang retak di bahu sebalah kiri waktu itu. Teman saya Dodi dll sempat lanjut menjadi pemain club Venus ini. Klub yang sangat disegani waktu itu, selain PS. Caltex, PS. RMI dsb. 


Dari bang Madi saya akhirnya mencicipi teh talua nya. Bang Madi ini sudah sangat jauh berubah. Alhamdulillah, kami sama sama sholat maghrib di mushola yang ada di terminal ini. Musholah yang cukup rame jamaah nya ketika saya sholat maghrib tadi malam. 


Setelah selesai sholat dan membayar apa yang dimakan dan diminum saya, saya lanjutkan silahturahmi ke rumah Gesfi Kenda. Dari wall efeknya saya mendapatkan kabar bahwa mama dan adiknya meninggal dalam waktu yang berdekatan beberapa waktu yang lalu. Alhamdulillah, bisa ketemu dengan papanya Iges, yang sekarang menjadi pak RW 09 Duri Barat. Selain menyampaikan duka, kehadiran saya juga untuk merawat silaturahim almarhum mah ibu saya dengan keluarga Iges ini. Banyak cerita kami di sini. Menjelang azan ista saya Nova dan Dhila pamit melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya. 


Sebenarnya pengen berlama lama di kawasan pertanian ini, bersilaturahmi dengan lanjut dengan teman teman ibu lainnya, yang juga anak anak mereka adalah teman teman saya juga, namun waktu terlalu kasip. Sudah ada lagi janji dengan teman teman alumni SMP Gaya Baru jam 20 di warung juice Melvia Body. 


Sudah di infokan oleh Imel di WAG kami, dan katanya ada ketan durian yang menjadi jamuan malam nantinya. Awal nya saya agak ragu juga, karena malam ini bertepatan dengan final leg pertama Indonesia vs Singapura. Ragu saya hanya sedikit yang bisa hadir. Dan ternyata... 


Lumayan banyak yang datang. Lapeh taragak jo kawan kawan. Ada Hendra Sutra Samsuar SH Megawati, Susanty Lee Syaiful. Habis durian nna dibali, habis katanya nan dimasak dek Imel. Suasana perkawanan kami masih seperti dulu dan juga bangga karena sang bundo Nova dan Dhila pun bisa "masuk" dalam obrolan kami malam itu. "Sabana mantap, sabana sero basuo jo kawan lamo".


30 Desember 2021


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid021iTtSTpag1s6YUPwHd6o6UhpmkjRyHQEszNsGcyRoPRo7g5AHkX9UveZveNHfJswl&id=750344173&mibextid=Nif5oz



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pijar Park Kudus

Setelah sarapan dengan soto Semarang Mat Tjangkir porsi kecil kami lanjutkan balik ke penginapan sekitaran alun alun Kudus. Simpang Tujuh Re...