Selasa, 20 Desember 2022

Malala Jo Palala (Part 7)

Rehat ketiga di RM Umega terasa sempit sekali waktunya. Sampai sekitar jam 18.20 dan berangkat lagi sekitar jam 19.00. Sebagian penumpang Palala 03 yang berjulukan Belibis ini ada yang sempat makan, tak sempat sholat, sholatnya di bus jadinya. Ada yang sempat sholat tak sempat makan, seperti saya dan keluarga, akhirnya makan sate di atas bus. 


Semuanya ini bisa dimaklumi. Penyebabnya adalah kemacetan yang terjadi sebelumnya di Sungai Lilin. Biasanya bus Palala dan bus lainnya masuk siang di RM Umega yang sangat legend ini, ini datangnya sudah menjelang maghrib. Bahkan bus NPM belum ada yang datang di sini. 


Para supir dan kru Palala ini, dugaan saya jauh lebih mementingkan kedatangan para penumpang jangan sampai terlalu larut sampai di tujuan. Begitu juga dengan kru bus yang juga harus berangkat lagi esoknya. Rerata PO bus harus putar kepala sesampainya di tujuan. Maklum musim liburan, penumpang membludak, baik dari ranah maupun yang dari rantau, bus langsung putar kepala. Kru juga butuh jaga stamina dengan rehat yang cukup sesampainya di kota tujuan terakhir. 


Dan kondisi di dalam bus menuju Kota Solok ini, ada tidur lagi sehabis makan, ada juga yang harus mengkoordinasikan kedatangan mereka dengan pihak keluarga by phone, terutama yang harus turun di jalan, bukan yang di terminal. Kalo di terminal InsyaAllah relatif masih aman, karena pihak bus maupun pedagang lainnya masih rame. Mengapa? Karena semuanya armada terlambat masuk, berarti pedagang masih harus sabar menanti di terminal tersebut. Belum lagi para content creator alias youtuber yang ada di Terminal Bareh Solok yang selalu rame meliput. 


Penumpang pertama Belibis yang turun ada di Muaro Kalaban. Seharusnya mereka tujuan akhirnya di "Kota Batiah" Payakumbuh, akhirnya memilih turun di sini. Ada sanak familinya di Kota Sawahlunto. 


Perjalanan malam menuju Solok kadang ada lancarnya, kadang ada tersendatnya. Tersendat karena adanya beberapa truk yang jalan beriringan dengan sangat lambat, bermuatan berat. Alhamdulillah bang Rony, second driver dari Belibis ini, agak lihai kalo jalan malam hari. "Lihai bawa mobilnya", kata anak Medan. 


Jam 22.26 bus masuk TBS. Ada pedagang "paragede" yang pertama kali masuk ke dalam bus. "Menjojokan" pergedel jagung mini-nya seharga 10.000 untuk 8 biji. Paragede yang enak, hangat dan lembut enak buat cemilan malam. 


Para penumpang yang turun di Solok mulai turun. Ada sekitar 30 menit lebih bus Belibis berhenti di sini, sembari menunggu Palala kedua yang datang. Ada administrasi yang diselesaikan oleh "Supir Satu" dengan agen Solok buat kedatangan hari ini dan juga untuk keberangkatan esok paginya. 


Bus Palala ini adalah bus pertama yang datang dari rantau. Meninggalkan bus ANS Kirana dan Johny Walker serta Sembodo Executive Plus masih di belakang. Mereka adalah teman se-iring sejak Muaro Bulian hingga masuk kabupaten Muaro Bungo. Info kedatangan Palala sebagai armada tercepat malam ini valid, karena saya mendengarkan langsung penuturan pedagang sate yang saya nikmati satenya malam itu serta agent dan youtuber yang ada. 


Sate di terminal Solok "lamak", meskipun yang dagang menggunakan semacam "bentor". Ini saya denger dari youtuber yang ada di TBS juga. Alhamdulillah seporsi sate ini dengan tiga tusuk sate ayamnya, hanya 10.000. Plus 2 ribu untuk sebungkus "karupuak lado" nya. Total makan sate dengan keripik singkongnya, saya hanya bayar seharga 14.000 saja. 


Sambil makan sate saya juga ngobrol dengan penumpang lainnya. Uda Son dan Uda Ali dua sahabat baru saya dalam perjalanan, yang dulunya mereka berdua adalah 'Penari Lintas Sumatra' seperti saya, yang akhirnya memilih Bus untuk pulang kampung akhir tahun ini. Beralih karena ingin yang praktis dan ringan dalam hal pembiayaan dan tetap bugar dalam perjalanan. 


Sampai dua bus Palala ini meninggalkan terminal Kota Solok ini, belum ada bus lainnya yang masuk. Belibis menuju kota Payakumbuh dan Sageso menuju kota Padang.


Di Sumani, turun lagi satu keluarga dan setelah itu kita menikmati suasana malam sepanjang Danau Singkarak hingga ke Ombilin. Lumayan indah dan syahdu juga suasana menjelang pergantian hari ini. Sebenarnya suasana jalan sore di sini yang saya harapkan. Akan banyak keindahan alam dan kuliner yang bisa kita nikmati dari atas bus. Sayang, malam pun tetap masih bisa menikmati keindahnya dengan lampu lampu para nelayan dari kejauhan. 


Di Ombilin, da Son dan keluarga nya pun turun. Saya ikut bantu bantu mengeluarkan barang mereka dari bagasi bus. Bantu mereka artinya juga membantu diri saya sendiri, suatu saat kelak. Ini prinsip yang saya coba lakukan. Membantu orang lain, sejatinya kita membantu diri kita sendiri. So simple kan? 


Lanjut menuju Batusangkar, jalan menanjak dan agak sempit mulai terasa. Dan di Simpang Gobah Rambatan, bang Ali pedagang Cipulir dan keluarganya pun turun. Tak berselang lama satu keluarga lagi, udanya ini pedagang di Tanah Abang, turun bersama istri dan dua putri mereka. Sama sama orang Turawan dan saling kenal mereka ini. 


Pergantian hari kami ada di terminal Dobok Piliang Batusangkar. Saya yang sengaja pindah ke depan sejak dari Ombilin, menikmati obrolan bersama kru Palala dan seorang youtuber dari Solok, yang aslinya orang Jawa kelahiran Lampung, Teddy JNP. Saya sempat melihat rumah orang tua yang sekarang dikontrakan di jalan lintas Limo Kaum. Ada satu lagi rumah yang sedang dibangun oleh Nitha, sepupu saya. Dan di Limo Kaum pun naik satu orang lagi youtuber yang akan meliput Palala ini esok hari ketika mulai start dari Kuranji Kota Payakumbuh. 


Tak terasa jam satu dini hari kami sudah berada di Padang Panjang dan sempat melihat Sembodo yang melintas di depan. Sembodo yang tak masuk ke terminal Dobok tentunya. 


Beriringan berjalan, bahkan sempat meninggalkan Sembodo ini ketika ada penumpang yang turun di Panyalaian Padang Panjang. Jam 01.30 bus Palala ini masuk di Jambu Aia, tempat agennya. Penumpang yang di Bukittinggi pun turun di sini. Di sini supir berkoordinasi dengan agent untuk pergantian beberapa spare part bus dan validasi penumpang untuk esok harinya. 


Setelah selesai urusan, perjalanan Belibis ini lanjut ke kota terakhir, Payakumbuh. Saya turun di Simpang Tanjung Alam, sesuai yang dijanjikan oleh bang Rony Baron. Jam 01.40 saya turun untuk merampungkan perjalanan bersama Palala 03 yang sangat menyenangkan. Menyenangkan karena saya dapat saudara baru, sesama penumpang dan kru Palala, serta dinda Teddy sebagai youtuber di ranah minang yang bukan orang minang. Selama di perjalanan kami selalu bercanda, penuh kebahagiaan. Keren kan? 


Amni Deka yang sudah menunggu di Simpang Tanjung Alam, sangat ringan tangan membantu mengangkat barang barang kami. Dan sebelum lanjut ke rumah, kami masih sempat memesan dua teh telor dan satu sekoteng buat dibawa pulang. Satu lagi teh telor buat pak Yos, "assisten driver" yang juga turun di sini. Pak Yos ini sebenarnya adalah supir Gumarang Jaya, yang sempat kehilangan SIM nya. So sementara waktu dia menjadi stokar sementara buat Palala hingga selesai nanti SIM nya yang lagi proses di kota Bukittinggi. Dan bang Fadli Kumarang dan bang Ronny ApRinando Maniacreceh ini adalah juga mantan drivernya Gumarang Jaya juga. Mantap juga kan hubungan baik mereka. Bersaing, namun tetap bersahabat. Saling membantu pun tetap. Keren kan? 


Dan sebagai penutup tulisan ini, saya pribadi menyampaikan pesan kepada para owner PO Bus apapun itu. Jadikanlah para driver ini sebagai keluarga besar PO anda, sebagai bagian terbesar dari asset perusahan anda. Di tangan mereka inilah maju mundur nya perusahaan yang anda miliki, yang anda kelola dan yang anda jalani. Andil mereka sangat menentukan akan kepuasan para penumpang. Berikan service terbaik kepada para driver anda semuanya. Kepuasan yang mereka dapat dari perusahaan akan memberikan kepuasan juga kepada pelanggan bus tentunya. 


Saat ini loyalitas penumpang sangat tergantung kepada service yang diberikan, baik dari segi armada maupun keramahan para driver dan agent yang Anda miliki. Dan itu saya dapatkan selama perjalanan bersama Palala E03 berjulukan Belibis ini. Pertahankan, kalau perlu bisa ditingkatkan. 


Terimakasih kepada Bang Fadli dan Bang Ronny Baron sebagai Driver 1 dan 2 Belibis, serta bang Indra Tan Sati sebagai agent di Kreo. Keramahan anda semuanya sangat berkesan bagi saya pribadi. 


Kapau, 20 Desember 2022

21.13 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Car Free Day 15/09/2024

 Car Free Day  Minggu 15 September 2024 Sabtu siang Akbar, sepupunya Imam datang ke rumah. Dari kampus Untirta Sindang Sari Serang Banten be...