RM Bukit Indarung adalah rehat pertamanya PO Palala ini. Ada dua bus Palala yang beriringan masuk ke rumah makan ini menjelang jam 7 malam. Belibis datang lebih awal disusul oleh Sageso. Rehat di sini selama hampir satu jam. Penumpang sholat dan makan.
Sageso keluar lebih dahulu disusul oleh Belibis. Kendali Belibis diambil alih oleh Bang Rony. Bang Fadli Kumarang istirahat. Jalan malam di tol Sumatra yang relatif kurang penerangan, tak membuat Palala 03 ini kurang greget larinya. Jalan berdua dengan Sageso terasa asyik ditemani cahaya rembulan yang seperempat. Satu per satu kendaraan lain didahului.
Terlelap dalam keheningan bus dengan iringan musik yang seadanya hingga terbangun ketika sudah sampai di kota Palembang. Bus "nyolar" selepas sekitar pergantian hari. Duo Palala mengantri di SPBU sekitar terminal Alang Alang Palembang. Alhamdulillah tak begitu panjang antriannya. Belibis di depan, baru Sageso.
Dalam antrian ini saya mampir sejenak ke Alfamart yang ada di SPBU ini membeli air mineral yang sudah menipis dan beberapa batang silver queen buat Dhifa. Penghilang kejenuhannya nanti.
Tak lama sesudah "nyolar", bus jalan kembali menuju lintas timur Sumatra. Dinginnya AC makin terasa membuat tubuh ini spontan menarik selimut dan bantal yang disediakan oleh PO Palala ini. Selimutnya cukup tebal. Hampir semua penumpang terlelap.
Tersentak bangun kembali ketika macet parah menjelang subuh menjelang daerah Sungai Lilin. Ada truk patah as katanya. Macet dua sisi. Jadi teringat "Horor di Lintas Sumatra" saat mudik ramadhan kemarin. Ketika Palembang-Betung itu ditempuh selama 12 jam. Bisa dilihat lagi catatan saya berikut: http://dandidinda.blogspot.com/2022/04/horor-di-jalintim-trip-report-2.html?m=1
Sholat subuh kami laksanakan di bus dengan tayamum saja. Sang supir sempat minta maaf kepada penumpang karena tak bertemu dengan mushola atau mesjid selama macet parah ini. Bang Rony meminta penumpang untuk sholat di dalam bus saja. Alhamdulillah saya dan Dhifa sudah melaksanakannya.
Ada kebanggaan dengan si bontot ini. Dia tak perlu lagi ditunjuki bagaimana ber-tayamum. Satu semester di pondok sudah bisa diandalkan bagaimana menjalankan ibadah di perjalanan. Sudah paham semuanya, tanpa perlu bimbingan lagi dari ortunya. Itu kami amati sejak dia dijemput di Mahad Riyadhul Qur'an Kudus, Sabtu lalu.
Sepagi ini masih dalam kemacaten. Sepertinya bus Palala kami adalah yang di depan. Banyak bus lainnya yang berada di belakang, seperti NPM, ANS, Sembodo dll. Belibis ini masih bisa ngeblong di iringi oleh Sageso di belakangnya.
Dan baru beberapa menit ini baru papasan dengan bus-bus dari ranah minang yang menuju Jakarta. Ini menunjukkan bahwa macet terjadi di dua sisi. Baru mulai beranjak perlahan, tak lagi tertahan seperti sebelumnya. Prediksi saya ada keterlambatan sekitar 3-4 jam dari waktu normalnya.
Semoga sebentar lagi kami bisa rehat di RM Simpang Raya. Makan pagi judulnya. Karena sarapan telah kami lakukan di dalam bus. Dengan segelas kopi panas dan sepotong roti ba'da subuh tadi.
Dan kemudi Belibis sudah kembali diambil alih oleh bang Fadli. Gantian bang Rony nya yang istirahat di "kandang macan".
Menikmati dendang Panbers sambil menuliskan trip report ini
07.12
https://dandidinda.blogspot.com/2022/12/malala-jo-palala-part-5.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar