Alhamdulillah, akhirnya mampir juga di sini. Padahal sudah beberapa kali direncanakan, namun selalu saja ada halangan. Sudah lama melihat lokasi ini sepanjang jalan yang ditempuh ke Kapau terutama sejak tahun 2013. Sebuah penantian yang lama juga.
Menjelang sore berakhir, setelah trip silaturahmi ke Situjuah menemui Datuak Itam. Dingin tangan sepanjang perjalanan dengan motor harus dihangatkan sejenak menjelang sampai di Kapau. Angin dingin dan cuaca yang sangat bersahabat membuat bagian yang terbuka menjadi dingin.
Ketika masuk ke Kawa Daun yang ada di daerah Biaro ini parkiran sudah penuh dengan mobil dan motor. Menyelip di antara mobil dan akhirnya bisa juga terparkir dengan rapi Mio yang saya tunggangi sedari Situjuah Kab. 50 Kota tadi. Ada sekitar 40 an menit berkendaraan plus rehat sebelum nya di masjid cantik dan mungil di pinggir jalan saat adzan mulai berkumandang. Kecepatan rata rata antara 40-50 km/jam.
Sangat mengasyikan mengendarai Mio di "labuah luruih" antara Payakumbuh dan Bukittinggi ini. Di saat sepi, agak bisa dipacu mendekati angka 60 dan di saat macet di tanjakan Baso, bisa slap slip di kiri atau kanan mobil yang berjalan perlahan. Di beberapa titik menjelang SPBU terlihat antrian mobil yang kadang memakan badan jalan. Begitu juga mendekati pasar Baso. Namun semuanya bisa dilewati, tanpa mengabaikan keamanan dan keselamatan sesama pengendara. Waspada di jalan raya, harus senantiasa dijaga. Jangan sampai lengah.
Nah menjelang ke simpang Ampek Tanjuang Alam, kita rehatkan badan sejenak di sini. Suasana yang sedikit dingin, kita hangatkan dengan segelas Kawa Talua Jahe dan gorengan yang ditawarkan di dalam piring rotan yang dihidangkan.
Ternyata setiap pengunjung yang datang, yang memesan minuman yang dipesan, gorengan ini adalah hidangan wajibnya. Terserah pengunjung mau makan berapa dan apa saja, nanti dibayar ketika akan meninggalkan lokasi ini.
Ada banyak pilihan minuman di sini dengan berbagai harga yang bisa disesuaikan dengan ukuran kantong masing masing. Tetapi sejauh yang saya amati di "price list" yang terpasang di banner yang ada di dalam ruangan tak ada yang mahal mahal amat. Harga termahal bagi segelas minuman hanya Rp. 12.000,- yakni Kawa Telor Jahe. Yang lainnya dibawah itu dan yang terendah hanya Rp. 4.000,-. Sedangkan untuk setiap gorengan dihargai Rp. 1.500,- satu nya. Murah bukan?
Alhamdulillah, dalam keramaian ini saya bisa menikmati alam yang terbentang di bagian belakang. Area persawahan, rumah penduduk dan pepohonan memenuhi kaki, pinggang hingga ke puncak Gunung Marapi yang berdiri kokoh menjaga Ranah Minang. Dan dibalik gunung Marapi tersebut, adalah kampung halaman saya. Luhak Tuo Tanah Datar.
Sambil menikmati Kawa Talau Jahe yang enak dan InsyaAllah sangat berkhasiat, disertai dengan tiga buah gorengan, catatan ini saya tuliskan. Alhamdulillah tulisan ringan, sambil menikmati kuliran yang ringan juga, hobby menulis ini tersalurkan.
Di antara keriuhan pengunjung, baik dari anak muda yang sepantaran, maupun orang tua yang disertai anak anaknya, kunikmati tegukan terakhir dari Kawa ini. Telornya terasa, Jahe nya pun terasa. Kehangatan mengalir di tenggorakan setiap tegukannya. Alhamdulillah. InsyaAllah bentar lagi kita lanjutkan perjalanan ke rumah, yang jaraknya hanya 4.2km dengan waktu tempuh sekitar 8-10 menit.
Biaro, 29/12/2022
Jam 17.17 WIB.
Bagi yg mau ke sana bisa klik link berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar