Salah satu kenyamanan dengan PO Palala dan juga beberapa armada bus kini adalah ketersediaan tempat buat men charge HP. Ini yang dibutuhkan oleh para penumpang sehingga komunikasi tetap terjaga, seperti yang saya lakukan saat ini. Alhamdulillah sudah di episode ke lima trip report saya saat ini, tanpa takut battery akan low, ataupun lupa bawa power bank sekalipun.
Selain itu ada fasilitas AVOD di tiap seat nya. Penumpang tinggal bawa earphone atau headset saja, sudah bisa menikmati audio video. Selain Palala, yang ada AVOD nya adalah PO Sembodo. Yang lainnya baru sebatas TV LCDnya.
Tepat jam 9.30 Belibis masuk ke halaman RM Simpang Raya yang ternyata sudah didahului oleh ANS Kirana sebagai satu satunya wakil ANS yang datang duluan. Setelah Belibis diikuti oleh Sageso.
Sebagian penumpang langsung menuju kamar mandi, termasuk saya dan keluarga. Alhamdullilah sambil menunggu dua bidadari yang masih di kamar mandi, saya sempatkan juga sholat Dhuha dua rakaat.
Tak lama berselang kami masuk ke rumah makan, memesan satu porsi soto pake nasi, satu porsi tanpa nasi, satu teh manis hangat dan satu gelas teh telor. Sisanya kami menghabiskan nasi bungkus dengan daun pisang dan dendeng lambok made in asli #dapurbundonova. Plus sebungkus karupuak jariang nan kamek yang ada di meja makan. Total makan yang kami bayar 78.000 semuanya. Alhamdulillah, makan lamak, makan kanyang harga minimalis. Karena bekal dari rumah masih ada. Hanya tinggal sepotong dendeng saja lagi.
Dalam asyiknya makan, ada telpon dari Riko yang kebetulan sedang berada di tempat yang sama. Alhamdulillah, atas izin Allah kami dipertemukan di sini. Riko adalah adik saya juga dari kampung halaman di Limo Kaum. Profesinya sebagai driver truck yang bolak balik Batusangkar Jakarta, sering rehat dan makan di sini. Entah mengapa sebelum sampai di Simpang Raya saya sempat telpon dia, tapi tak terjawab. Dia call back saat saya lagi makan dan dia baru mau jalan meninggalkan rumah makan ini. Akhirnya dia tunda keberangkatan nya, dia ditemui dan temani saya makan, sambil ngobrol ringan. Sempat saya tanya, "Mau nggak pindah menjadikan bus driver?". Dia jawab dengan senyuman. Tentu ada plus minusnya. Semoga tanya saya tadi bisa menjadi bahan fikiran buat Riko ini. Hidup penuh dengan tantangan dan pilihan. Ya kan?
Tak lama kemudian kami berpisah. Kirana sudah siap jalan, Belibis dan Sageso pun demikian. Namun sebelum jalan, sambil menunggu penumpang naik ke dalam, crew Palala kompak membantu sedikit problem di wiper nya Sageso, seperti gambar yang saya ambil. Kekompakan sesama kru adalah satu kekuatan tersendiri. Bagi penumpang ini ada hikmahnya. Mereka yakin bahwa dalam perjalanan kenyamanan dan keselamatan adalah hal yang utama, apalagi sesama PO.
Penumpang sudah naik semuanya dan sang Bundo masih sempat membeli buah duku atas permintaan sang putri tercinta. Rp 25.000/kg harga yang dijual pedagang di sini. Laris manis. Banyak penumpang yang beli. Bundo mungkin dapat sisanya saja lagi. Namun tak mengapa, yang penting sang buah hati senang.
Dan ketika saya naik, sapaan saya ke bang Fadli Kumarang yang dibalik kemudi berbuah senyuman manis khas keramahan nya. Begitu juga dengan bang Rony yang mau istirahat di "kandang macan" nya. Dua orang Driver Belibis ini adalah ex Gumarang Jaya. Masih muda, usia sekitar 36 dan 31 tahun, tapi lincah nya di belakang kemudian, bukan main.
Saat ini menuju Muara Bulian hingga rehat berikutnya di RM Gunung Medan. Mengiringi ANS Kirana dan Sembodo Executive Plusnya. Sembodo ini adalah teman jalan sejak masuk kapal di Merak kemarin sore. Bahkan kami parkir bersisian.
Senin, 19/12/2022
11.22 WIB
https://dandidinda.blogspot.com/2022/12/malala-jo-palala-part-6.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar